Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.
Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!
Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!
Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Yunita baru pulang dari magang. Bibirnya belepotan es krim, rambutnya acak-acakan
“Mas!!!” serunya sambil memeluk dari belakang.
Biasanya Yudhistira akan menegur, “Cuci tangan dulu,” atau “Tas taruh dulu,” tapi hari ini beda.
Yudhistira menatapnya dengan wajah… seperti anak kecil habis dikerjain senior.
“Nita…” panggil Yudhistira
“Hmm?”
“Aku diteror.” ujar Yudhistira
Yunita langsung heboh.“DITEROR?! SIAPA?! APA?! DIMANA?! MAS DIPUKUL?! MAS DISIHIR?! MAS DIGEBUK MURID?!”
“Tidak… bukan begitu…” jawab Yudhistira
“Terus apa?!” tanya Yunita heran
Yudhistira menelan ludah.“Ada guru baru.”
“Oke.”
“Ia… genit.” ujar Yudhistira
“Oke…?”
“Ia… menggoda aku.” lanjut Yudhistira
Yunita langsung diam.
Diam.
Diam lima detik.
Lalu meledak:
“HAH??????????????????????”
Yudhistira mengangguk, sangat lemah.
“Nama dia Adelina. Dia panggil saya ‘Pak Yudhis’ dengan suara… aneh. Dia ikut di depan kelas. Dia berdiri dekat. Dia nanya jam pulang. Dia—”
Yunita langsung lompat dari sofa.“MAS, KENAPA KAMU NGGAK NGUSIR?!”
“Sudah.”
“TERUS?!”
“Dia bilang… dia suka tantangan.”
Yunita langsung menutup wajah.
“Astaga… jenis cewek paling berbahaya…”
“Makanya aku lapor kamu.”
Yunita melotot.“Mas!! Kenapa lapor dengan wajah sedih begitu?!”
“Supaya kamu bantu,” jawab Yudhistira polos.
Yunita refleks tertawa keras.“HAHAHAHAHA MAS SAYA TERTAWA BUKAN KARNA SENENG, TAPI KARNA INI KONYOL SEKALI!”
“Ini tidak konyol. Ini serius. Aku tidak nyaman.”
Yunita langsung mendekat dan memegang kedua pipinya.“Mas… gini ya…” katanya dramatis.
“Aku bakal bereskan.”
“Bereskan gimana?” tanya Yudhistira
Yunita tersenyum.“Dengan cara perempuan barbar.”
Besoknya Badai Barbar Datang ke Sekolah, Yudhistira deg-degan.
“Nita, kamu beneran mau masuk sekolah?”
“Iya, aku izin ke tempat magang. Hari ini aku cuti khusus membereskan masalah keluarga.”
“Itu… kedengarannya seperti… mau ada perang.”
“Ada.”
Yudhistira memijat pelipis.“Please jangan berlebihan.”
“Aku cuma mau mengenalkan diri baik-baik.”
“Dengan gaya kamu?”
“Tentu.”
Itu saja sudah membuat Yudhistira pusing.
----
Ruang guru sepi.
Miss Adel sedang memoles lipstik.
Saat itu—
BRAK!
Pintu terbuka.
Masuklah Yunita… dengan aura barbar penuh percaya diri. Rambut diikat tinggi, dengan gaun gaya remaja cantik dan segar, dengan ekspresi seperti, “Aku gak takut dosa.”
Miss Adel berbalik.“Oh? Kamu siapa yaaa?”
Yunita tersenyum……senyum yang menandakan mati kau.“Hai. Aku Yunita.”
“Oh, murid sini?” tanya Adel
“Dulu iya.” jawab Yunita
“Sekarang?”
“Sekarang istri guru sini.”
Miss Adel masih santai.
“Oh ya? Guru mana?”
Yunita melipat tangan.
“Guru paling kamu goda sejak kemarin.”
Miss Adel membeku.
Yunita mendekat satu langkah.
“Nama suamiku Yudhistira. Kamu tau?”
Miss Adel tersenyum kaku.
“Oh… jadi kamu istrinya…?”
“Iya.”
Yunita menunjuk tanda cincin.
“Ini cincin nikahnya.”
Lalu menunjuk wajah.
“Ini muka istrinya.”
Lalu menunjuk dada.
“Dan ini dada yang gak bakal diem kalau ada cewek godain suaminya.”
Miss Adel mundur sedikit.
“I-ini… kayaknya salah paham—”
“Salah paham dari mana? Kamu nanya jam pulang Mas Yudhis. Kamu pindah-pindah cari tempat duduk dekat dia. Kamu panggil ‘Pak Yudhis’ pake suara becek-becek… ya kan?”
Yudhistira yang baru sampai ruang guru langsung panik melihat dua harimau ini.
“Nita, jangan—”
Yunita mengangkat tangan.
“Mas, diam. Ini urusan perempuan.”
Yudhistira langsung duduk patuh.
Ia tahu level barbar istrinya.
Miss Adel menelan ludah.“Itu… aku cuma… bercanda—”
“Bercanda?”Yunita mendekat lebih dekat, tatapannya tajam.
“Lain kali kamu bercanda sama suami orang, aku bisa jadi dosen, dosen yang ngasih nilai F di wajahmu.”
“…..”
“Dan tolong catat, Bu Adel ondel ondel.”Yunita tersenyum elegan.
“Suamiku itu bukan tipe gampang jatuh cinta. Kamu genit dikit? Dia langsung mual. Jadi daripada kamu buang energi, mending cari pria lain yang mau digoda.”
Miss Adel akhirnya mengangkat tangan menyerah.
“O-oke… oke… maaf… aku aku gak tahu setahan itu istrinya…”
Yunita menepuk pundaknya.
“Gitu dong. Sekarang ayoo… kita bersahabat. Aku gak suka musuh.”
Miss Adel mengangguk cepat-cepat.
Dan sejak hari itu… ia menjaga jarak 10 meter dari Yudhistira.
----
Keluar dari ruang guru, Yudhistira memegang kepala.
“Nita… kamu… itu…”
“Aku apa?”
“Menakutkan.”
Yunita tersenyum manis.
“Tapi masalah selesai kan?”
“Ya… selesai.”
“Terus Mas mau cium aku sebagai ucapan terima kasih?”
“….”
“Mas?”
“… iya.”
Dan untuk pertama kalinya, Yudhistira mencium istrinya di parkiran sekolah, sesuatu yang bahkan tak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Yunita memeluk pinggangnya.
“Mas… kalau ada yang ganggu Mas lagi, langsung bilang aku ya.”
Yudhistira menatapnya lembut.“Aku lapor kamu karena kamu rumahku.”
Yunita memucat.“Mas jangan ngomong gitu, nanti aku nangis.”
“Kalau nangis pun gak apa. Aku ada.”
Dan Yunita benar-benar menangis.“Mas… aku cinta banget sama kamu.”
“Aku juga.”
Sejak hari itu, Miss Adel tak berani mendekati Yudhistira. Tiap Yudhistira lewat, ia langsung pura-pura sibuk atau sembunyi di belakang lemari.
Guru-guru lain sampai bertanya,
“Bu Adel, kenapa kalau Pak Yudhis lewat kamu ikut tiarap?”
Adel hanya menjawab lirih,“Istrinya… lebih mengerikan dari matematika.”
Yudhistira dan Yunita menjalani hari lebih tenang.
Dan setiap malam, mereka tertawa mengingat kejadian itu.
“Nita,” kata Yudhistira suatu malam.
“Hm?”
“Terima kasih sudah membela aku.”
“Kamu suamiku. Tentu aku bela.”
“Walaupun caramu… ekstrem.”
“Tentu. Aku barbar.”
Yudhistira tersenyum lembut.
“Dan itulah yang aku cintai.”
Yunita langsung menjerit manja.
“MAS KOK NGOMONG GITU MALAM-MALAM???”
“Kenapa?”
“AKU JADI MAU PELUK MAS KENCENG-KENCENG!”
“Ya sini.”
Dan malam itu mereka tertawa, berpelukan, dan merasa hidup mereka semakin lengkap dan untuk pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri yang sesungguhnya.
Karena cinta mereka, meski dimulai dari paksaan… kini tumbuh dengan cara yang paling unik: penuh tawa, drama, kecemburuan, tapi sangat, sangat tulus.
Bersambung
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏