NovelToon NovelToon
Heroes

Heroes

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi
Popularitas:87.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.

Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memendam Kesedihan

Suara dentingan terdengar ketika Liam menaruh peluru yang berhasil dikeluarkan dari tubuh Shalom ke wadah stainless. Hampir dua jam lamanya pria itu berkutat di ruang operasi dibantu oleh Jalal. Setelah berhasil memperbaiki limpa Shalom yang robek setelah terkena peluru, pria itu juga berhasil mengeluarkan peluru yang sudah berpindah dari lokasi semula.

Kini dokter bedah itu hanya tinggal menjahit jaringan yang robek. Tangannya bergerak cepat memainkan jarum dan benang. Liam mengikat benang dan pekerjaannya selesai. Pria itu mengangkat kepalanya kemudian melihat pada Jalal.

“Tutup dengan baik.”

“Baik, dok.”

“Bella, kamu bertanggung jawab mengawasinya pasca operasi.”

“Baik, dok.”

Liam meninggalkan tempatnya, membiarkan Jalal yang menyelesaikan operasi. Pria itu melepas sarung tangan dan jas bedah lalu memasukkannya ke dalam tempat sampah medis. Selanjutnya dia keluar dari ruang operasi. Tujuannya sekarang menemui Aisyah. Dia cukup khawatir melihat kondisi wanita itu.

“Di mana Ais?” tanya Liam pada salah satu personil Oscuro.

“Sepertinya dia ada di dapur.”

Bergegas Liam menuju dapur. Langkah pria itu nampak terburu. Dalam waktu lima menit, dia sudah sampai di dapur. Nampak Aisyah tengah menikmati hidangan ditemani Agam, Ilsa dan Ayumi. Liam langsung mendekati Aisyah. Wajah wanita itu sudah kembali ceria.

“Ais, kamu baik-baik saja?”

“Iya, dok.”

“Biar kulihat.”

“Dokter Ryan sudah memeriksa ku. Aku juga sudah menjalani rontgen, semuanya baik.”

Tanpa mempedulikan jawaban Aisyah, Liam langsung memeriksa keadaan perawatnya itu. Luka lebam melingkari sebelah mata wanita itu. Lalu di hidungnya juga terdapat plester untuk menutupi luka, lalu sudut bibirnya yang sedikit pecah. Pasti pukulan yang dilayangkan Lavi cukup keras hingga meninggalkan luka seperti ini.

“Apa yang terjadi?” tanya Liam setelah memeriksa keadaan Aisyah.

“Aku, Jalal dan dokter Ryan sedang menolong Shalom. Dia kesulitan bernafas dan kami bermaksud melakukan intubasi. Saat aku hendak memberikan obat penenang, tiba-tiba Lavi datang. Awalnya dia hanya mendorong ku. Tapi ketika aku tetap berusaha menyuntik Shalom, Lavi menyerang ku.”

“Brengsek! Kenapa dia selalu cari gara-gara dengan mu? Apa masalahnya?” geram Liam. Rahang pria itu nampak mengeras. Gurat kemarahan nampak jelas di wajahnya.

“Aku sudah lama di sini, dan baru sekarang aku melihat Lavi bersikap sebrengsek itu. Atas nama Lavi aku minta maaf,” ujar Felix mencoba menenangkan Liam.

“Ortega sudah tahu apa yang dilakukan Lavi. Aku harap dia bisa menghukumnya,” lanjut Agam.

“Aku tidak yakin, Lavi sudah cukup lama di sini. Dia itu tipe oportunis, dia senang menjilat Ortega. Bukan tidak mungkin dia melakukannya lagi sekarang,” sambung Ilsa. Dia memang tidak terlalu menyukai Lavi yang senang menjilat Ortega demi kepentingannya sendiri.

Tidak ada tanggapan dari Felix, sejatinya dia mengakui apa yang dikatakan Ilsa. Hanya saja dia tidak mau memperkeruh suasana dan membuat Liam semakin emosi.

“Tenanglah Liam. Kamu pasti lelah menjalani dua operasi berturut-turut. Mau ku buatkan apa?” Felixx berusaha mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

“Aku baik-baik saja, Liam. Lupakan saja, aku yakin Lavi tidak akan mengganggu ku lagi setelah ini.”

Mendengar ucapan Aisyah, emosi Liam sedikit mereda. Pria itu menarik kursi di samping Aisyah seraya menyebutkan pesanan. Felix langsung mengambil peralatan, dia sendiri yang akan membuatkan pesanan dokter bedah tersebut.

***

Waktu telah sudah hampir tengah malam. Suasana di markas Oscuro sudah sepi. Agam keluar dari kamarnya, seperti biasa dia akan berkeliling untuk memeriksa keadaan. Berusaha mencari celah agar pria itu bisa mendapatkan apa yang diincarnya.

Sejenak Agam berdiri di dekat area ruang kerja Immanuelle. Pria itu memutar otak bagaimana caranya memasuki ruangan kerja ahli IT tersebut. Dia sudah memiliki usb yang berisikan virus buatan Armin. Dia harus menyambungkan usb selama sepuluh menit agar virus bisa masuk dan merusak sistem di markas Oscuro.

Dengan kemampuan Immanuelle, pasti pria itu akan tahu kalau komputernya ditanami virus. Tapi setidaknya membutuhkan waktu untuk itu. Virus yang diciptakan Armin tidak langsung menyerang sistem secara langsung, tapi secara perlahan. Armin bisa masuk dan meretas sistem Immanuelle, memberikan waktu untuk Agam masuk ke dalam ruangan Ortega.

Sampai saat ini Agam belum menemukan cara untuk masuk ke ruang Immanuelle. Ruangannya memang tidak boleh dimasuki siapa pun kecuali Ortega. Terakhir dia mendengar Ayumi berusaha masuk ke sana namun akhirnya gagal. Setidaknya Ayumi berhasil lolos dan tidak memicu kecurigaan Immanuelle.

Setelah beberapa saat, Agam meninggalkan tempat tersebut. Dia masih belum kembali ke kamarnya, melainkan menuju ke tempat lain dulu. Ketika pria itu melintasi ruangan yang dijadikan tempat shalat, tanpa sengaja telinganya mendengar suara tangis. Walau suaranya pelan, namun karena keadaan yang sepi membuat Agam bisa mendengarnya.

Karena penasaran, Agam mendekati ruang shalat. Nampak di sana Aisyah tengah duduk bersimpuh sambil memegangi mukena. Tangannya mengusap wajahnya beberapa kali, menghapus buliran bening yang terus keluar dari kedua matanya.

Wanita itu menarik nafas dalam. Dibereskannya peralatan shalat yang digunakannya kemudian bangun dari duduknya. Dia terkejut ketika melihat Agam berada di dekat pintu masuk mushola.

“Kamu baik-baik saja, Ais?”

“Ya.”

“Apa Lavi mengganggu mu lagi?”

Tak ada jawaban dari Aisyah. Memang benar dua jam yang lalu Lavi kembali mengganggunya. Pria itu tidak berbuat kasar, tapi mengucapkan kalimat yang membuat hatinya sakit. Bahkan beberapa kali Lavi melontarkan kalimat bernada pelecehan padanya. Tak tahan mendengar ucapan Lavi, Aisyah sempat menamparnya tadi. Ketika Lavi hendak membalas, muncul Rene. Melihat kehadiran Rene, Lavi pun memilih menyingkir.

“Dia pasti mengganggu mu lagi,” ujar Agam lagi karena Aisyah tak kunjung menjawab pertanyaannya.

“Kenapa kamu tidak menggunakan alat yang ku berikan. Apa kamu membawanya?”

“Ya.”

Aisyah mengeluarkan benda bulat kecil yang diberikan Agam padanya dari saku celana. Agam mengambil alat tersebut kemudian memijit tombol di bagian tengah. Seketika jam di tangan Agam mengeluarkan suara diiringi dengan warna layar jam yang berubah merah.

“Alat ini berfungsi dengan baik, Ais. Aku harap kamu bisa menggunakannya di saat genting. Aku bersungguh-sungguh.”

“Terima kasih, Mario.”

“Bagaimana kalau ku buatkan minuman untuk menenangkan pikiran mu?”

Dengan gerakan kepala Agam meminta Aisyah mengikutinya. Keduanya berjalan menuju dapur. Agam segera mencari bahan yang dibutuhkan untuk membuatkan minuman. Felix kerap membeli bahan rempah asal Indonesia dan saat ini pria itu sedang mencari jahe dan serai.

Agam mencuci serai dan jahe kemudian mengirisnya. Dia memasukkan dua gelas air lalu merebusnya hingga menjadi satu gelas. Pria itu menyaring minuman ketika memindahkan ke dalam gelas. Dia menambahkan dua sendok the madu kemudian memberikannya pada Aisyah.

“Rebusan jahe dan serai ditambah madu bisa menjadi minuman untuk menjaga kondisi tubuh dan menghilangkan stress.”

“Terima kasih.”

Harum aroma serai yang bercampur jahe langsung terhirup oleh Aisyah. Setelah panasnya sedikit berkurang, wanita itu menyeruputnya pelan. Rasa hangat langsung menjalari tubuhnya.

“Bagaimana?”

“Enak. Aku tahu kalau Indonesia menghasilkan banyak rempah. Tapi baru sekarang aku meminum minuman dari rebusan rempah dan rasanya juga enak. Terima kasih, Mario.”

“Sama-sama. Sekarang, bisakah kamu ceritakan soal apa yang dilakukan Lavi tadi?”

Aisyah meletakkan gelas yang isinya sudah berkurang setengah. Wanita itu kemudian menceritakan apa yang dilakukan Lavi padanya, termasuk kata-kata tak senonoh yang pria itu lontarkan. Tangan Agam mengepal erat. Dia saja geram dan marah mendengarnya, apalagi Aisyah. Pantas saja kalau pria itu mendapat tamparan.

“Aku tidak mengerti kenapa Lavi begitu membenci ku. Dan alasan yang dikatakannya hanya karena aku seorang Palestina. Bukankah aku yang seharusnya membencinya? Kota kelahiran ku hancur, keluarga ku meninggal semua karena serangan dari Israel, negaranya. Tapi aku tidak pernah melampiaskan kemarahan ku pada sembarang orang walau dia berasal dari Israel. Tapi Lavi..”

Aisyah tak meneruskan ucapannya. Mata wanita itu kembali memanas. Tanpa dapat ditahan, airmatanya kembali mengalir. Agam mengambilkan tisu lalu memberikan padanya.

“Maafkan aku, Mario. Aku tidak bisa menahannya.”

“It’s okay. Aku mengerti rasa sesak yang kamu rasakan. Kamu harus melepaskannya.”

“Ya, selama ini aku menahannya. Aku tidak mau Liam melihatnya. Dia pasti akan langsung menghajar Lavi. Aku tidak mau menimbulkan kerusuhan di sini.”

“Liam sangat peduli pada mu.”

“Ya, dia sudah seperti Kakak ku sendiri. Dia benar-benar menjaga ku seperti keluarga sendiri. Mungkin karena dia diberi amanah oleh almarhum Ayah ku. Sebelum meninggal, Ayah ku menitipkan ku padanya.”

“Apa penyebab Ayah mu meninggal?”

“Ayah meninggal saat sedang membantu membawakan bantuan untuk warga Gaza. Mobil yang mereka kendarai dicegat tentara Israel dan semuanya dibantai habis.”

“Mereka benar-benar biadab.”

“Kadang aku merasa bersalah, memilih keluar dari sana di saat banyak saudara ku yang masih berjuang di sana.”

“Tidak perlu merasa bersalah, Ais. Semua orang berhak melakukan apapun demi kehidupan yang lebih baik. Aku yakin banyak yang ingin segera keluar dari situasi buruk itu. Namun mereka memilih bertahan karena Gaza adalah tanah kelahirannya. Mereka tidak mau tanah kelahiran mereka dikuasai orang asing begitu saja.”

Kepala Aisyah mengangguk pelan. Setiap mengingat saudaranya yang masih bertahan di Gaza, hati Aisyah terasa teriris. Karenanya dia mendukung upaya Liam yang berusaha menggalang dana kemanusiaan untuk membantu warga Gaza di tengah kesibukannya sebagai dokter. Tak jarang Liam memberikan semua penghasilannya untuk warga Gaza dan hanya menyisakan sedikit untuknya.

“Sudah malam, sebaiknya kamu tidur sekarang.”

Wanita itu menghabiskan dulu sisa minumannya baru kemudian meninggalkan dapur. Lebih dulu Agam mematikan lampu dapur. Jika tidak, bisa dipastikan Felix akan mengamuk keesokan harinya.

Dengan langkah pelan tanpa suara, keduanya kembali ke area di mana kamar para personil Oscuro berada. Agam lebih dulu mengantarkan Aisyah ke kamarnya. Di saat bersamaan Ayumi membuka pintu kamar. Dia kembali menutup pintu ketika melihat Agam dan Aisyah walau tidak rapat. Dia mengintip dari sela-sela pintu.

“Ingatlah untuk menggunakan alat yang kuberikan kalau Lavi mengganggu mu lagi. Aku akan dengan senang hati menghajarnya. Bahkan kalau perlu aku patahkan kaki dan tangannya.”

Terdengar tawa pelan Aisyah. Hati wanita itu menghangat mendengar ucapan Agam. Setelah Liam, ternyata masih ada orang yang peduli padanya.

Sementara itu Ayumi terus mengintip dan menguping pembicaraan keduanya dengan hati panas. Kecemburuan kembali melanda hatinya.

“Masuklah.”

“Night, Mario.”

“Night, sleep tight.”

Hanya anggukan kepala yang diberikan Aisyah. Wanita itu membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar. Setelah pintu kamar Aisyah menutup, Agam baru beranjak. Namun sudut matanya melihat pintu kamar Ayumi tidak tertutup rapat. Khawatir terjadi sesuatu pada wanita itu, Agam membalikkan tubuh kemudian mendekati pintu kamar Ayumi.

“Ayumi, apa yang kamu lakukan?”

***

Ayumi jadi cakcak bodas😂

Kira² kompas hatinya Agam mengarah ke siapa ya?

1
nelynovianti
cerita yg menginspirasi dan menambah wawasan ttg dunia yg lenuh intrik dan rahasia
Cindy
lanjut kak
⍚⃟𝐑ͮ𝐡ͥ𝐬ᷮᵇᵃˢᵉ fjR ¢ᖱ'D⃤ ̐🍻
pasti Zayn dan Armin sudah punya planing jika mereka terpojok.pasti udah di amankan itu senjata oleh Penti dengan bantuan atasannya.
⍚⃟𝐑ͮ𝐡ͥ𝐬ᷮᵇᵃˢᵉ fjR ¢ᖱ'D⃤ ̐🍻
kalau Ferdy bertemu Ayumi,apakah dia masih menganggap Ayumi sebagai tunanngannya?atau berpura2 seolah2 mereka adalah orang asing yang tidak saling mengenal?
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
aamiin
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
jadi ikutan deg2an nih,semoga saja Febri baik2 saja dan penyamaran Agam gak terbongkar
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
hah kamu gak tahu aja klo Ayumi adalah Dela
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
nah kan bener Ferdy ini pengkhianat negara yg dicari Zyan,tapi wajar sih dia berbuat begitu bagaimana pun dia pasti marah dan kecewa sama negaranya apalagi hasil otopsi ayahnya mendapatkan keracunan
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
apa yg terjadi sama Duta ya,apa bener dia menyimpan kemarahan atau akting semata
yuqana
agam dan penti beraksi🤩🤩🥰🥰
Febri Nayu
aamiin.. ada apa dibalik kisah ferdy
Febri Nayu
Ferdy jare teko Indonesia tapi kok jahat
Febri Nayu
aku Ferdy muncul.. apakah Ferdy bagian dari Zyan ?
choowie
dia tunanganmu dodol
choowie
siapa ya...kayanya ada yg memfitnah duta ya
dewi rofiqoh
Semoga penti mengirimkan sinyal palsu keberadaan truk senjata itu, seperti dulu waktu menyamarkan lokasi markas kepada musuh
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
heuheuheuheu jd ikut resah dan gelisah 🤭
Ria alia
Semoga truk ama c penti ga ada disitu 🤲
Kaya’y c dela ga bakaln mau nerusin deh tapi dia bingung jg apa alasan’y ya 🤔
Endang 💖
gimana ni penti DLAM bahaya ini
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
keputusan yg tepat Yum..... kamu bagus milih Agam untuk mengungkapkan perihal Ferdy......👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!