"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Merahasiakan Sosok Misterius
Ariel membeku, matanya ditahan untuk tidak berkedip guna tidak kehilangan momen melihat jelas wajah sosok yang sudah pasti laki-laki itu.
Dua tangan kokoh laki-laki itu masih membopong tubuh Ariel.
*Bukankah ini kesempatan untuk aku mengetahui siapa dia*!
Ariel mengulurkan tangannya, bermaksud melepaskan topi hitam lelaki itu. Dengan cepat si pemilik topi menahan tangan Ariel. Matanya menatap tajam Ariel, dari sorot mata itu berkata ‘jangan lancang!’
Mendapati Ariel yang berusaha melihat wajahnya, sosok misterius itu langsung melepaskan tubuh Ariel.
“Nona Ariel…..!”
Teriakan Imel terdengar dari balik tembok wanita itu sudah bangun. Jangan sampai dia memergoki.
Si misterius terlihat sedikit terkejut saat mendengar suara Imel, dia berusaha melarikan diri tapi Ariel menahan lengannya, “Tunggu! Kau tidak bisa kabur begitu saja. Apa tujuanmu sebenarnya?”
Lelaki itu bungkam.
“Aku akan berteriak, apa kamu tahu ada berapa penjaga di kastil ini? dan apa kamu tau betapa kejamnya tuan muda yang tinggal di kastil ini? Aku yakin kamu tidak akan selamat,” Ariel mengancam, berharap lelaki misterius itu takut.
Mendengar ancaman Ariel, di balik masker hitamnya lelaki ini menyeringai. Tangan Ariel yang menahan lengannya ia terkam, menarik gadis itu sampai terjerembab dalam pelukannya. Masih tidak mengeluarkan sepatah kata pun tapi lelaki itu memberi tahu Ariel dengan gerakan tangannya jika dia tidak takut dengan ancaman yang dilontarkan wanita itu.
“Nona….Anda dimana….!”
Suara Bibi Imel kembali terdengar.
“Bi….” Baru Ariel ingin berteriak memanggil Imel, lelaki itu membungkam Ariel.
Dengan gerakan memutar tubuh Ariel, lelaki itu mengganti posisi membelakangi Ariel, kedua tangan wanita itu ia cengkram ke belakang. Sedikit mendorong si misterius mengarahkan Ariel pada pohon yang menjadi tangga untuk dia sampai ke Hutan.
Perlahan lelaki itu melepaskan cengkraman tangannya, Ariel tidak beraksi dia juga tidak lagi berniat memanggil Imel.
Dirasa aman. Lelaki misterius itu langsung berlari ke dalam Hutan.
Siapa sebenarnya orang itu?
Tentu pertanyaan ini yang ada di benak siapapun.
…..
“Astaga! Nona dari mana saja,” Imel dengan nafas tersengal menangkup pundak Ariel, dia sudah mengelilingi seisi Kastil untuk mencari Nonanya. Panik bercampur khawatir menyelimuti hati Imel.
“Aku di taman belakang.”
Taman belakang….
“Tapi…saya sudah mencari Anda lebih dari dua kali di sana, Anda tidak ada.”
Ariel diam sejenak, batinnya bergelut. Apa dia harus memberitahu sosok itu kepada Imel?
“Nona!”
Setelah melewati perang batin, Ariel memutuskan untuk tidak memberitahu sosok itu kepada Imel atau siapapun.
“Aku ada di pojok, tengah merapikan bunga-bunga yang tidak tertata dengan baik.”
Semoga dengan alasan ini Bibi Imel mempercayainya.
Ariel langsung memperlihatkan yang kebetulan tangannya kotor, “Ini, lihatlah! tanganku kotor, aku juga membersihkan rumput di sana.”
Imel terlihat ragu, ini masih sangat pagi kenapa harus merapikan bunga-bunga?
“Seharusnya Anda tidak perlu melakukan itu nona.” Tapi wanita paruh baya ini harus mempercayai Ariel.
“Tidak apa-apa, aku suka melakukannya.”
Syukurlah…bibi Imel percaya….
“Kalau begitu aku ke kamar dulu, aku ingin membersihkan diri.”
Imel mengangguk.
…..
Di dalam kamar Ariel membodohi dirinya sendiri, kenapa tidak memberitahu Imel?
Bukankah jika dia memberitahu, penyusup itu akan segera ditangkap!
Meskipun wanita ini membodohi dirinya sendiri tapi jauh di lubuk hati kecilnya setuju, jika dia memang harus merahasiakan keberadaan sosok misterius itu. Ariel ingin tahu siapa orang itu.
….
Usai membersihkan diri, tepat pukul 06.30.
Ariel mendatangi kamar Alfred, dia ingin melakukan tugas paginya yaitu menyiapkan air hangat untuk suaminya.
“Nona!” Panggil Arthur sebelum Ariel mengetuk pintu kamar Alfred.
Ariel menoleh, “Saya ingin menyiapkan air untuk mandi, tuan muda.”
Arthur berjalan mendekati, “Tidak sekarang, sebaiknya Anda kembali satu jam lagi.”
“Kenapa?”
“Tuan muda, masih tidur.”
Masih tidur! Bukankah ini aneh, tidak sesuai dengan apa yang diceritakan Imel, jika lelaki itu selalu tepat waktu dalam hal bangun dan tidur.
Dalam keheranan Ariel mengangguk, “Baiklah!”
“Sebaiknya Anda ikut saya sekarang, ada yang ingin saya bicarakan.”
Arthur berjalan terlebih dahulu menuju ruang kerja diikuti dengan Ariel di belakangnya.
….
“Berpura-pura menjadi istri yang bahagia!” Ariel mengulangi kata-kata yang baru saja diucapkan Arthur, memintanya untuk terlihat seperti istri yang bahagia dan mendapatkan cinta sepenuhnya dari suami. Dan ini hanya pura-pura didepan keluarga Smith.
“Ya! Tidak susah bukan?”
*Tidak susah! Dia bisa bilang seperti ini karena bukan dia yang melakukannya*....
“Aku akan melakukannya dengan baik. Berapa lama aku di sana?”
“Hanya satu minggu, dan di waktu ini Anda harus mendapatkan kepercayaan kakek Roma dan tuan Marion.”
*Aku rasa ini yang sulit, mendapatkan kepercayaan dua orang tua itu*....
“Apa…saat saya tinggal disana selama satu minggu, saya tetap diizinkan untuk menjenguk ayah saya?”
“Tentu, asal Anda tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan kerugian untuk tuan muda.”
Dia bicara seolah-olah aku selalu menyebabkan kerugian untuk tuannya.
“Aku mengerti.”
….
“Tuan, apa saya boleh masuk?” Ariel yang baru saja mengetuk pintu kamar Alfred, memastikan jika lelaki itu mengizinkannya masuk kedalam kamar.
Eeemm....
Hanya suara ini yang Ariel dengar dari dalam kamar.
Wanita ini mendorong pintu yang sebenarnya sudah sedikit terbuka. Dengan langkah penuh hati-hati seperti menginjakkan kaki di atas kaca yang rapuh, Ariel berjalan mendekati Alfred yang tengah duduk menghadap jendela dengan tirai abu-abu.
Dia benar-benar baru bangun…masih terlihat piyama yang melekat di tubuh tegap lelaki itu.
“Saya akan menyiapkan air hangat untuk Anda mandi.”
Kata Ariel dan langsung berjalan menuju bilik tempat biasa lelaki itu membersihkan badannya.
Saat memasuki kamar mandi, Ariel mendapati lantai tempat itu sudah basah sampai kedinding…. Shower yang menggantung pun seperti habis digunakan, terbukti dengan sisa air yang masih menetes di sana. Tapi bak mandi yang biasa Alfred gunakan untuk berendam masih kering dan bersih.
Ariel yang sudah seringkali memasuki kamar mandi dan hafal betul dengan tata letak benda-benda di sana ditambah bingung saat mendapati beberapa botol sabun, ada di bawah. Sebelumnya benda itu tersusun di rak atas, dia yang menyimpannya.
Jika Alfred yang baru saja menggunakan kamar mandi, tidak mungkin dengan kondisi dia yang hanya bisa duduk di kursi roda dapat mengambil botol sabun di rak atas. Jika memang dia sudah mandi, untuk apa Ariel menyiapkan air hangat?
Apa Arthur yang baru saja mandi di sini?
“Apa yang kau lakukan!”
Tiba-tiba saja Alfred muncul dari belakang, suara berat lelaki itu mengejutkan Ariel yang sedang berperang dengan praduga.
Ariel menoleh ke sumber suara, dengan perasaan was-was bercampur takut.
minimal 2bab sehari🥰
lanjut thooor