Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Kemarahan Keenandra
Keenan menggebrak meja kaca sehingga terbelah dua. Emosinya mencuat kepermukaan saat melihat Jasmine menghilang dari apartemennya.
"Berani sekali dia pergi tanpa izin ku! Awas saja aku akan memberikan hukuman penuh padanya." Keenandra langsung menghubungi asisten Kyan untuk menjemputnya ke rumah serta mengantarkan ke tempat sang mertua.
"Segera kemari sepuluh menit dari sekarang! Antarkan aku menemui istriku, dia kabur dari rumah." Keenandra mengadu pada sepupu sekaligus merangkap sebagai asisten pribadinya.
"Siyappp, Tuan."
Kyan gegas mengambil kunci mobil. Dia tidak ingin di amuk oleh atasan sekaligus saudara sepupunya yang tak berakhlak tersebut.
"Giliran dekat di dzolimi. Giliran jauh sudah seperti kebakaran jenggot. Aku berharap nona Jasmine kaburnya jauh, biar tahu rasa si Keenandra siapa suruh mengaduk hati anak orang seenak jidat.'' Kyan mengomel, hatinya setengah ikhlas untuk menjemput Keenandra.
"Lain kali aku antarkan saja mobil ke apartemennya. Kalau dimanjakan bak seorang raja seperti ini kapan mandiri dan dewasanya," rutuk Kyan dengan perasaan kesal.
Sttttt.
Tidak butuh waktu lama, dalam kurun waktu sepuluh menit asisten Kyan sudah sampai di hadapan apartemen mewah berkelas milik Keenandra. Dia pun disambut oleh wajah sangar Keenandra.
"Cepat susul istriku! Ponselku terhubung dengannya. Aku telah memasang GPS khusus mendeteksi di mana keberadaan istriku saat ini. Baru ditinggal tidur tiga puluh menit dia sudah menghilang."
Kemarahan Keenandra terlihat nyata. Rasanya saat ini dia ingin menghis4p d4r4h orang habis-habisan seperti apa yang dilakukan oleh psikopat gila.
"Makanya kalau jadi suami itu, istrinya mesti dijaga baik-baik. Bukannya dimarahi atau disudutkan terus-menerus. Aku bisa menebak jika nona Jasmine merasa diabaikan olehmu. Sehingga ia kabur dari rumah. Kau harus beranggung jawab mengenai hal ini." Kyan mencerocos kesal saat mendapati Keenandra berwajah masam.
"Ini urusan pribadiku. Kau tak perlu turut campur. Cepat susul istriku!" bentak Keenandra dengan tampang beringasnya.
"Astaghfirullah, istighfar Bos! Anda terlalu takut kehilangan nona Jasmine. Baiknya jika tidak ingin lepas dari genggaman, hendaknya dipegang erat-erat." Kyan mencerocos. Di luar jam kerja mereka dia bebas untuk mengomeli Keenandra.
"Kau tahu apa tentang perasaan! Menikah saja belum. Sebaiknya jangan banyak bicara! kerjakan tugasmu sebagai sopir atau asisten. Tak perlu memberiku nasehat, kecuali kamu sendiri sudah menemukan wanita idamanmu." Keenandra menggerutu kesal. Rasanya ia ingin sekali mencubit lisan Kyan yang berani mengoceh tak jelas.
"Aku hanya memberikan peringatan. Jika sudah kehilangan kau akan menyesal. Di luar sana banyak sekali sosok pemuda Sholih yang mendamba l berdampingan dengan nona Jasmine. Anda akan rugi besar jika menyia-nyiakannya." Kyan tetap membela Jasmine. Dia tidak rela jika wanita Sholihah itu dipermainkan oleh Keenandra.
"Aku curiga jika kamu menyukai istriku. Buktinya dari tadi kau kau selalu membelanya." Keenandra merudung pria yang biasa ia sapa dengan nama Kyano tersebut.
"Terserah kamu mau berkata apa! aku hanya memberikan nasehat dan solusi. Jika kamu tidak berkenan ya sudahlah. Mohon maaf, setelah ini aku tidak ingin ikut campur lagi dengan urusan kalian. Kecuali jika kamu main tangan pada istrimu, jangan salahkan aku ikut bertindak tegas atas ketidakhormatanmu terhadap seorang wanita." Kyano memberanikan diri untuk memberikan ultimatum pada saudara sepupunya tersebut.
"Kau terlalu banyak ceramah! Lama-lama sikapmu hampir persis dengan istriku. Kenapa dia tidak berjodoh denganmu saja!" oceh Keenandra dengan rasa cemburu buta.
"Subhanallah, kamu cemburu padaku!" kekeh Kyano sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Siapa yang cemburu padamu? aku hanya kesal saja. Sudahlah jangan dibahas lagi!" Keenandra melongos sambil melihat keluar jendela. Dia merasa kesal mendengar penuturan Kyano.
"Lisan bisa mengatakan tidak cemburu tetapi hati tidak ada yang tahu. Namun, aku melihat dari caramu, kamu begitu sangat tidak suka jika istrimu bicara atau berdekatan dengan pria lain." Kyano terus merudung Keenandra. Tapi, pria arogan itu terus menyangkal, dia tidak ingin dianggap bucin pada Jasmine.
Sementara, Jasmine sendiri kini telah berada di mansion orang tuanya. Umma Hanin merasa terkejut karena putrinya pulang sendirian.
"Suamimu kemana, Nak? Umma khawatir jika abah pulang dari mengantar adikmu ke pondok pesantren nanti beliau akan bertanya-tanya mengapa kamu keluar rumah tanpa ditemani suamimu. Apalagi kalian baru menikah." Umma Hanin terlihat gelisah. Dari sejak awal dia sudah bisa menebak seperti apa pernikahan yang dihadapi oleh anaknya.
"Mas Keenan sedang sibuk dengan urusan pekerjaan umma. Kami baik-baik saja. Jasmine kemari hanya ingin mengambil motor maticku berikut beberapa gamis dan seragam mengajarku, Umm." Jasmine tersenyum tipis di balik cadar. Di hadapan sang umma ia terlihat tegar. Padahal, perasaannya begitu sangat getir.
"Syukurlah, Nak. Umma kira kalian sedang bertengkar."
"Tidak, Umma. Kami hanya saling menyesuaikan diri. Kami baik-baik saja." Jasmine berusaha untuk menyembunyikan segala kesedihan dan tekanan dalam pernikahannya.
"Baiklah, umma buatkan minuman dulu. Kamu terlihat lelah," ucap umma Hanin. Dia mengira putri mereka sudah menikmati malam pengantin bersama sang menantu sehingga terlihat lemas.
"Syukron, Umm. Aku izin ke kamar dulu, mau berbenah."
Jasmine tersenyum sembari menaiki tangga menuju lantai atas kamar yang bersebelahan dengan kamar sang adik, Qafiya Nurul Jannah. Tetapi, sekarang sang adik sudah kembali ke pondok diantar oleh abah Hanan.
"Ya Allah bahagiakanlah putri kami dalam pernikahannya. Maafkan kami jika dia merasa tertekan dengan perjodohan ini!" sesal umma Hanin.
Wanita paruh baya itu masih mengingat jelas saat dihotel menantunya Keenandra menyes4p barang berbahan nikotin. Hal itu membuatnya merasa khawatir jika sang putri merasa tidak nyaman bersuamikan pria yang masih belum meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Belum sempat umma Hanin melangkahkan kakinya ke dapur. Bel pintu rumah mereka pun berbunyi. Pertanda ada tamu yang berkunjung.
"Siapa?'' pikir umma Hanin. Dia pun berjalan menuju pintu ruang tamu.
"Nak, Keenan?" Umma Hanin sedikit terkejut dengan kedatangan sang menantu secara tiba-tiba bersama asisten Kyano.
"Iya, Umma. Saya hanya ingin menanyakan keberadaan istri saya. Apakah dia ada di sini?" tanya Keenandra tanpa berbasa-basi. Bahkan dia pun tidak mengucapkan salam pada sang mertua. Karena kesehariannya tidak pernah seperti itu.
"Assalamu'alaykum, Umma." Asisten Kyan mewakili Keenandra dalam memberikan salam. Dia tidak ingin pemimpin perusahaan Kalandra Group tersebut dicap buruk oleh mertua sendiri.
"Wa'alaykumussalam warramahtullahi. Silahkan masuk!" sahut umma Hanin sembari menyambut hangat kedatangan dua pria tampan di hadapannya.
Keenandra menghembus nafas berat. Dia baru menyadari akan ketidakhormatannya pada sang mertua. Dia lupa jika menikah dengan anak seorang Kyai. Tetapi, dia tetap terlihat elegan seolah tak terjadi apa-apa.
"Bolehkah saya menemui istri saya, Umma?" tanya Keenandra dengan sedikit kelembutan. Padahal, dia sudah setengah mati mengatur perkataannya.
"Tentu saja boleh, Nak Keenan. Dia ada di lantai atas kamarnya.
Pria itu pun tak sabar ingin melabrak sang istri. Dia meninggalkan asisten Kyan sendiri di ruang tamu sedangkan umma Hanin pergi ke dapur untuk membuat minuman dan mengambil camilan untuk mereka.
"Ini kamarnya, kamu tidak akan bisa lepas dariku," batin Keenandra dengan mendorong pintu kamar Jasmine yang tidak terkunci.
"Astaghfirullah, niqabku!" teriak Jasmine saat menyadari keberadaan sang suami tanpa diduga masuk ke dalam kamarnya.
"Bidadari syurgakah yang turun dari langit ketujuh!" batin Keenandra saat melihat kecantikan sang istri yang kini tanpa mengenakan penutup wajah.
"Pergi! Mengapa masuk kamar tanpa seizinku?" teriak Jasmine sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa malu sekaligus kesal karena Keenandra bisa melihat kecantikan di balik cadarnya.
"Aku suamimu, aku berhak atasmu!" tegas Keenandra sembari mendorong tubuh Jasmine ke tembok.
"Le-lepas! Hmptttt."
dan orang tua keenan dan Jasmine tau perlakuan kenann terhadap Jasmine sangat menyakiti Jasmine... seharusnya sebagai orang tua menanyakan keinginan anaknya bukan memaksa kan kehendak nya.. dan orang tua kenaan tidak berterus terang kepada abba dan umma tentang kenaann dan sekarang Jasmine yg harus menanggung kebencian dan kekesalan akibat kekecewaan dari perjodohan ini.