Mengisahkan tentang Ling Yi, seorang gadis desa yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat itu pula, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya itu akhirnya menjadi saksi bisu tentang kepedihan, kesedihan, kemarahan, serta kebencian yang memuncak dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Tidak bisa aku maafkan! Penderitaan ini, aku pasti akan mengingatnya seumur hidupku!"
"Akibat ulah mereka, aku sampai harus kehilangan ibuku, ayahku, tempat tinggal, serta semua harta bendaku,"
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, aku pasti akan menghabisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghancurkan TKP
"Tunggu sebentar, ayah,' ucapnya lembut, sembari mengusap pundak ayahnya untuk menenangkan.
Ling Yi kemudian menoleh menatap gu yang ada di belakangnya yang tak lain merupakan markas Malam Hitam.
"Xiao Feng, Yan Cheng, menurut kalian, apakah kekuatan kita cukup untuk menghancurkan tempat ini?" tanya Ling Yi dengan wajah seriusnya. Xiao Feng dan Yan Cheng pun kembali menatap gua itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
"Tempat ini sudah di jadikan sarang oleh Malam Hitam untuk melakukan perbuatan bejat yang tidak bermoral, dan sudah membuat banyak warga desa tersiksa di dalam sana. Aku tidak ingin membiarkan tempat ini kembali di jadikan sarang bagi mereka untuk mengulangi perbuatan yang sama. Tempat ini, aku tidak sudi jika membiarkannya terus berdiri tegak!" ucap Ling Yi dengan tegas, dengan wajah yang memerah penuh dendam.
"Itu benar. Perbuatan mereka, sama sekali tidak bisa di maafkan. Ayo! Aku rela menggunakan seluruh kemampuanku untuk bisa menghancurkan tempat ini!" ucap Yan Cheng.
"Hm... apa kalian serius?" timpal Xiao Feng sembari menyeringai, menikmati semangat membara dari kedua sahabatnya yang semakin membuatnya tertantang.
"Baiklah! Ayo kita lakukan!" ucapnya, dengan seringai yang memudar dan kembali memasang wajah yang dingin.
"Semuanya mundur!" perintah Xiao Feng dengan tegas. Para prajurit dan warga desa pun berhamburan mundur, dan berlindung cukup jauh di belakangnya. Berbeda dengan Ling Chen yang masih dengan setia berdiri di sebelah putri kesayangannya.
"Ayah, berlindunglah di belakang kami. Aku tidak ingin kamu terluka," ucap Ling Yi dengan lembut. Namun sang ayah ternyata telah ikut menatap pintu gua itu dengan tajam.
"Tidak, Ling Yi!" ucapnya dengan tegas. "Di sini, hanya ada kita berempat yang mempunyai kemampuan khusus. Tidak hanya kalian, ayah juga ingin membalaskan dendam ayah terhadap tempat itu. Jadi, kita berempat harus bersatu untuk bisa menghancurkan gua itu!"
Itu benar. Para prajurit, warga desa, semuanya hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan khusus, berbeda dengan mereka berempat yang memiliki keistimewaannya masing-masing.
Meski di awali dengan rasa cemas, lambat laun Ling Yi mulai menepis rasa cemasnya itu untuk bisa membiarkan ayahnya ikut berjuang dan membalaskan rasa dendamnya.
Ling Yi kemudian meluruskan kedua tangannya ke depan dengan telapak tangan yang tegak terbuka menghadap ke gua itu, di ikuti oleh Zhang Hao, Yan Cheng, dan juga Ling Chen yang langsung sigap dengan gerakan yang senada.
"Baiklah, sekarang!" teriak Ling Yi, lalu dengan cepat mulai melancarkan serangannya. Dengan perpaduan kekuatan yang ia ciptakan bersama ayahnya, Ling Yi berhasil mengeluarkan kobaran api yang cukup dahsyat melalui telapak tangannya, menyembur tiada henti, menembus masuk ke dalam gua itu hingga merambat ke sudut-sudut terowongan bawah tanah.
Xiao Feng dan Yan Cheng juga tidak mau kalah. Mereka berdua juga mengeluarkan serangan mereka yang paling kuat, dan menciptakan pemandangan yang cukup membuat orang-orang yang melihatnya merasa tercengang.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk membuat gua itu yang semula tenang, kini berubah bergetar hebat. Kemampuan elemen gelombang cahaya milik Xiao Feng, dan juga kemampuan elemen bayangan milik Yan Cheng, berhasil terpadu dengan sempurna dan menghasilkan serangan yang cukup dahsyat, yang mampu merontokkan langit-langit bebatuan berjatuhan menutupi akses di dalam gua, dengan kobaran api yang menyala-nyala di dalamnya.
"Bertahanlah! Sedikit lagi!" teriak Xiao Feng, di ikuti dengan meningkatnya serangan yang ia lancarkan.
"Ayolah... aku harus bisa! Aku pasti bisa!" pekik Ling Yi dalam hatinya, yang menaruh harapan besar pada kemampuannya sendiri.
Di sebelahnya, sang ayah mulai mengukir senyuman haru di wajahnya, merasa bangga dan takjub melihat kemampuan serta keberanian yang telah berhasil di kuasai oleh putrinya sekarang ini.
"Terima kasih, Ling Yi. Aku tidak menyangka kamu sudah sedewasa ini. Kini, sudah giliranku untuk membantumu, dengan mewariskan seluruh kemampuanku ini padamu," batin Ling Chen.
Di tindihnya punggung tangan Ling Yi menggunakan tanggannya, lalu memejamkan mata, seraya membisikkan mantra-mantra di mulutnya.
Dari situ, tiba-tiba saja kemampuan Ling Chen meningkat drastis, menghasilkan serangan api yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Wajahnya memerah bergetar, keringat bercucuran di pelipisnya dengan kedua mata yang terus terpejam.
Bammm!!
Gua itu meledak, menciptakan ledakan amat dahsyat hingga membuat mereka berempat terdorong mundur beberapa langkah dengan kedua tangan yang menyilang melindungi wajah mereka. Tempat itu akhirnya roboh, menyisakan bebatuan yang hancur berkeping-keping. Debu tanah berterbangan menutupi pandangan dalam beberapa saat, hingga akhirnya di ikuti oleh sorak-sorai dari warga desa yang bertepuk tangan dengan meriah atas keberhasilan mereka.
"Uhukk! Uhukk... uhukkk..."
Ling Chen, pria tua renta itu justru terlihat terkulai lemas bersamaan dengan robohnya gua itu. Ia jatuh berlutut dan terbatuk-batuk cukup parah hingga menampakkan cipratan darah yang keluar dari mulutnya.
"Ayah! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa malah jadi seperti ini?" ucap Ling Yi yang langsung berlutut di sebelah ayahnya. Kedua tangannya melekat di pundak sang ayah dan memasang raut wajah penuh kekhawatiran.
Setelah batuknya mereda, Ling Chen hanya tersenyum sayu menatap putrinya itu. "Ayah baik-baik saja, Ling Yi. Jangan khawatir. Sudah sepantasnya jika ayah mewariskan seluruh kekuatan ayah padamu sekarang, dan beristirahat di usia tua ini, dengan kembali menyandang status murni sebagai kalangan manusia biasa," lirihnya dengan senyuman yang tak pernah memudar.
Ling Yi pun tidak mampu berkata-kata lagi. Ia hanya bisa memeluk sang ayah dan menangis haru, yang langsung mendapat pelukan lemah dari sang ayah.
"Terima kasih, ayah. Terima kasih banyak..." lirih Ling Yi dengan tubuh gemetar sesenggukan. Sang ayah pun mengangguk dan membelai kepalanya dengan lembut.
"Ling Yi, kita sudah berhasil. Ayo, kita tinggalkan tempat ini sekarang juga, supaya ayahmu bisa mendapatkan penanganan secepatnya dari tabib istanaku," bujuk Xiao Feng dengan lembut, berusaha membujuk Ling Yi dengan senyuman hangat yang terukir di wajahnya.
Ling Yi pun mengayunkan tangan menghapus air matanya, dan membersihkan noda darah di sudut bibir ayahnya dengan selembar kain Yan ia robekkan dari pakaiannya.
Ia lalu bangkit, berusaha memapah tubuh sang ayah untuk berdiri tegak. Namun, dengan cepat Xiao Feng dan Yan Cheng langsung menghampirinya dan mengambil alih untuk memapah tubuh sang ayah, hingga menempatkannya di tengah-tengah mereka.
"Sudah, biar kami saja," ucap Yan Cheng, dengan wajah datarnya.
"Tenanglah, kamu jalanlah duluan. Kami pasti akan membawa ayahmu dengan aman," timpal Xiao Feng sembari tersenyum lembut.
"Kalian... terima kasih..." lirih haru dari Ling Yi yang terpaku dengan perlakuan baik dari sahabatnya.
"Tentu, Ling Yi. Ini bukan apa-apa. Tidak perlu sungkan," timpal Yan Cheng.
"Terima kasih banyak... kalian memang anak yang baik..." ucap Ling Chen yang menatap Xiao Feng dan Yan Cheng bergantian, dan mendapat senyuman ramah dari kedua pemuda tampan itu.
Dengan hancurnya markas Malam Hitam, maka berakhir pula urusan mereka di tempat ini. Mereka pun kembali memasang wajah penuh riang, dan melanjutkan perjalanan menuju tempat yang mereka idamkan.
🤗