Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Tio
Meskipun Fitri di minta untuk mengasuh Devan, namun Fitri tak lepas tugas menjaga keperluan rumah. Setelah selesai mengurus Devan, seperti biasa Fitri ikut membantu Susan dan Intan untuk bersih bersih dan mencuci. Fitri tau diri, ia di sini untuk melunasi hutang hutang kedua orang juta yang nominalnya lebih dari ratusan juta rupiah. Tak sedikitpun gadis itu mengeluh, karena sejak kecil sudah menjadi sifatnya yang pekerja keras dan mandiri.
Suatu ketika, Fitri berasa di balkon lantai 2, dia sedang mengangkat jemuran yang lumayan banyak, Fitri tak menyadari jika sepasang mata telah memperhatikan dirinya, bahkan sejak ia meaniki tangga.
Gadis yang masih berusia 19 tahun itu bersenandung membaca sholawat, sambil menarik satu persatu kain yang di jemur.
Udara di atas sana sangat cerah dengan angin kencang bertiup dari arah belakang rumah besar itu membuat beberapa helai jemuran menjadi beterbangan seperti layangan.
Tanpa Fitri sadari tiba-tiba sebuah tangan besar memeluknya dari belakang, pergerakan tangan besar itu yang melewati bagian perut membuat Fitri merasa tak nyaman. Fitri pun menunduk, untuk memastikan ada apa di bagian perutnya. Dan betapa Fitri sangat terkejut saat sebuah tangan besar melingkar di bagian perutnya. "Astaghfirullah...!! siapa ini?" pekiknya terkejut.
Fitri tau, jika tangan yang melingkar itu adalah tangan seorang pria, dan itu sangat sekali jelas terlihat, Fitri berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu denga melepas beberapa kain jemuran yang baru saja di angkatnya. Namun, rasanya Fitri sangat kesulitan untuk melakukannya, pasalnya pria di belakangnya itu seakan sudah mengunci pergerakan Fitri dari belakang.
"eh, siapa kamu? Jangan kurang ajar ya..!! lepas! lepaskan aku!" pekik Fitri meronta.
Pri itu pun mengangkat Fitri ke sebuah ruangan tak terpakai yang berada tak jauh dari area jemuran itu.
Masih dalam keadaan tak bisa memastikan siapa pemilik tangan yang telah mengangkatnya itu, Fitri hanya bisa meronta dan berteriak. "eh... lepaskan! kau mau bawa aku kemana? jangan macam macam deh! Ayo lepaskan aku. pekerjaanku masih banyak." pekik Fitri berteriak.
Setelah masuk ke ruangan kosong itu, Pria tersebut barulah melepaskan Fitri di sana. Fitri menoleh dan melihat siapa pria yang telah berlaku tak senonoh itu. "tuan Tio?"
"Ya, ini aku Fit. Kenapa cuma aku gendong ke sini saja, heboh banget sih. kenapa? kayak anak kecil saja. Aku itu bukan mau menculik kamu. Aku itu membawa kamu ke sini itu hanya untuk mengajak kamu bersenang-senang, itu saja. Heboh banget!!" Dengus Tio.
"bersenang-senang? maksudnya mas Tio?" dahi Fitri berkerut tanda ia tak paham.
"polos sekali kamu, fit. Wah ternyata aku harus mengajarkan kamu banyak hal. Kamu lugu banget, tapi, aku sangat menyukai itu. Aku senang gadis lugu seperti kamu." Tio menatap intens ke arah Fitri, sedikit ia menggigit bibir bawahnya, seakan ia membayangkan bagaimana rasanya menggigit bibir Fitri yang ranum dan merah tanpa pewarna.
Tio berjalan mendekat perlahan ke arah Fitri, membuat Fitri jadi mundur perlahan seirama dengan langkah Tio yang terus mendekat.
"tuan Tio mau apa? jangan macem macem, tuan. Nanti saya berteriak lo!!" Satu tangan Fitri terangkat ke depan dan menunjuk ke arah Tio untuk memberikan peringatan.
"Fit, kok masih nanya, aku kan udah bilang, ayoo kita bersenang-senang. Aku akan mengajak kamu terbang ke syurga. Aku sangat yakin kau belum pernah merasakannya. Ayolah... rasanya sangat nikmat. Aku yakin kau tak akan menolak." kata Tio dengan satu tangan berusaha menyentuh wajah Fitri.
"tidak, tuan. Saya paham apa yang tuan maksud. Jangan tuan. Ini tidak benar. Kita bukan muhrim. Jangan mendekat." Tolak Fitri.
Tio terkekeh bercampur kesal, ia tau memang tak akan mudah untuk menjinakkan betina kampung seperti Fitri. Butuh tenaga dan keterampilan ekstra untuk meluluhkan hatinya.
"ayoolah, Fit. Tidak akan ada yang tau. Kita di sini hanya berdua. Kamu itu sangat cantik dan seksi. Hanya saja orang orang tidak Menyadarinya, karena kamu membungkus tubuh molek kamu dengan baju baju besar dan kampungan seperti ini. Tapi, aku tidak terkecoh, Fitri. Aku masih bisa melihat keindahan di balik busana kamu ini. Percayalah, aku yakin kamu pasti akan ketagihan jika mendapatkan sentuhan ku. Aku akan melakukannya dengan lembut. Kau tidak akan merasakan kesakitan sedikitpun, aku akan memanjakanmu. Dan setelah ini, aku juga akan memberikanmu banyak uang. Kau berada di sini karena hutang, kan? lumayanlah nanti uangnya bisa kamu kirimkan ke orang tuamu untuk mencukupi kebutuhan mereka di sana." kata demi kamar Tio rangkai untuk meluluhkan dan membujuk hati Fitri.
Namun, Fitri sama sekali tak terkecoh, ia paham betul kemana arah pembicaraan Tio. Dengan segala persiapan Fitri harus menjaga diri, bersiap dan memperhitungkan langkah apa yang harus ia ambil.
Tio terus berjalan mendekat, hingga Fitri kepentok dinding. Fitri sudah tak bisa berjalan mundur lagi hingga Tio benar-benar sudah berada di depannya.
"tuan, biarkan saya pergi! saya masih banyak pekerjaan." kata Fitri.
"Fitri, ayoo lah! Jangan jual mahal. Toh biarpun kita bersenang-senang, apa salahnya? kamu kan belum bersuami? dan aku juga masih belum punya istri. Kita sama sama single. Tak ada halangan yang menghalangi kita. Juga di sini tidak ada orang. Hanya kita berdua."
Fitri semakin terjepit, bagaikan cicak yang menempel di dinding. kedua tangan Tio sudah bertumpu pada dinding di samping kanan dan kiri Fitri. membuat Fitri tak bisa bergeser lagi. Wajah Tio terus mendekati wajah Fitri, membuat keduanya saling tatap dan bertemu pandang. "dari dekat, kau sangat cantik sekali, Fit. Aku tak bisa bosan memandang wajahmu yang ayu ini." kata Tio, ia pun tak sedikitpun melepas pandangan dari wajah cantik Fitri, apalagi saat ia memandangi bibir ranum Fitri, membuat Tio menggigit bibir bawahnya karena tak sabar.
"tidak, tuan. Jangan lakukan apapun, Meskipun kita berdua, tapi ada Allah yang melihat kita." sahut Fitri.
Tio terkekeh, merasa sangat lucu apa yang baru saja di katakan Fitri. "meskipun Tuhanmu melihat kita, lalu apa yang bisa ia lakukan? ia tidak akan memarahimu, kan?" kata Tio dengan suara berat di tenggorokan. Jakunnya naik turun, ia sudah tak sabar ingin segera menyatukan bibirnya ke bibir Fitri yang ranum.
"aku harus pergi!" Fitri berusaha mendorong tubuh Tio, tapi tak sedikitpun Tio bergeser dari tempatnya. Pemuda itu justru semakin dalam menatap Fitri dan merapatkan tubuhnya ke arah Fitri.
"tidak, tuan. Jaga batasan anda. jangan sampai saya juga berbuat kasar pada tuan. Jangan salahkan saya jika saya menyakiti tuan." Fitri memperingatkan.
"lakukanlah, aku suka gadis kasar sepertimu. Semakin kamu meronta, aku semakin tertantang untuk menaklukkan singa betina seperti kamu. Ayoklah aku suka gayamu!" Kata Tio semakin bersemangat.