Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Zavion melirik ke samping, berbisik ke telinga bumi, " kau saja yang buka pintunya."
Bumi mendengus, ia pikir Zavion adalah seorang pemberani yang tak kenal takut, tapi hanya mendengar suara-suara aneh itu langsung membuat nyali Zavion ciut. Bumi membuka pintu pelan, matanya menyorot tajam ke dalam.
"kalian mencari siapa?" Satu suara lembut bertanya dari belakang, keduanya kompak menoleh.
kosong.
Tidak ada, pemilik suara itu tidak ada.
"Sepertinya kita dalam masalah. Suara tidak berwujud itu pasti milik hantu,"ujar Zavion dengan suara bergetar.
"hantu? disini juga ada hantu?" Tanya Bumi.
"tidak ada hantu, yang ada hanya aku hihihi..."
Meremang bulu kuduk Zavion mendengar suara tawa itu, tanpa sadar dia memegang erat tangan Bumi.
"Siapa...siapa yang mempermainkanku! Tunjukan dirimu!"
Suara yang tiba-tiba ada itu menyebabkan Zavion menjadi sangat gelisah. Dia melakukan yang terbaik untuk mencoba menemukan siapa yang berbicara.
Hening.
Tidak ada lagi yang menjawab.
"Kita haru masuk ke dalam untuk mencari tahu,"Bumi mengusulkan, lagipula tidak ada yang bisa di dapatkan dengan hanya berdiri menunggu disini seperti orang bodoh.
"Apa yang kalian lakukan disini?" seorang gadis cantik berjalan keluar, suaranya lembut dan wajahnya bersinar di dalam perpustakaan yang bercahaya remang.
Bumi membatu, untuk sesaat kakinya seperti tidak lagi berpijak di lantai. Rahangnya mengeras, tapi matanya di penuhi oleh rindu. Delima, gadis yang sedang berdiri di depannya sekarang sangat mirip dengan Delima atau mungkin memang dia?
" Kami mendengar suara-suara aneh dari dalam, apakah terjadi sesuatu?" Berbeda dengan Bumi, Zavion mengajukan pertanyaan sambil tersenyum ramah.
Gadis itu balas tersenyum lantas menjawab, "Ah, itu...aku sedang berlatih sihir sembari membersihkan rak buku. Minggu ini aku bertugas menjaga perpustakaan rahasia."
"Baiklah, kau akan pergi sekarang?" Zavion bertanya lagi, sebenarnya hanya ingin mengobrol dengan gadis itu. Zavion belum pernah bertemu wanita yang sangat cantik seperti yang sedang ia ajak bicara sekarang.
Dia mengangguk, mengunci pintu perpustakaan rahasia dan pergi begitu saja.
"Siapa... namamu?" Tanya Bumi dingin, menatap punggung gadis itu tanpa ekspresi.
"Alia."Gadis itu menjawab, dia berhenti dan tersenyum, " Kau sendiri siapa?"
Bumi mengepalkan tangan, dia marah melihat senyuman itu. Nama yang berbeda dan orang yang berbeda, namun Bumi tetap merasakan kebencian yang sama.
Tidak ingin berlama-lama melihat gadis itu, Bumi bergegas pergi. Saat melewati Alia, matanya menyorot dingin, lebih dingin dari salju yang sedang turun di luar.
"Hei, bumi, tunggu!"
Bumi mengabaikan teriakan Zavion. Dia terus berjalan meninggalkan perpustakaan, menerobos hujan salju yang turun deras. Dia akan kembali ke kamar dan melupakan pertemuan nya dengan Alia. Setelahnya dia berharap mereka tidak pernah bertemu lagi.
Sementara itu, setelah melakukan banyak usaha dengan pertarungan antara Brian Beldiq dengan Donovan, pria iblis itu berhasil di ringkus dan saat ini sedang di kurung dalam penjara bawah tanah.
Murid-murid dan guru yang menonton kembali bubar, salah satu murid yang ada di sana menarik sudut bibirnya membentuk seringaian aneh.
"Selamat Donovan." Bisiknya pelan entah kepada siapa, setelah itu dia juga pergi, kembali ke asrama.
" Kenapa kau menyusup ke akademi Langit Hitam?" Tanya Ambaraga, salah satu guru penyihir yang biasanya mengurus murid nakal. Namun saat ini dia mempunyai pekerjaan baru, yaitu membuat Donovan buka mulut.
Sudah setengah jam sejak Ambaraga menanyakan pertanyaan yang sama, Donovan masih enggan bersuara. Dia tetap memasang wajah datar dan menatap tanpa minat.
" Kau di suruh Raja iblis untuk mengacau?"
Donovan bungkam.
"Kau harus menjawab nya atau kau ingin mencoba penjara hitam?"
Penjara hitam adalah penjara paling mengerikan yang pernah ada. Segala macam penyiksaan luar biasa kejam ada di sana. Selain penyihir jahat kelas kakap, iblis juga banyak yang di tahan di sana. Jika sudah masuk ke sana mustahil untuk kabur.
Donovan tetap tidak bergeming, membiarkan pria tua itu mengoceh tanpa berniat menjawabnya.
"Baik, baik, baik." Ambaraga bertepuk tangan, mata tua nya berbinar seolah baru saja menemukan sesuatu yang menarik.
"Aku akan membawakan mu ramuan jujur hehe. Jika kau meminumnya kau akan bercerita tanpa bisa berhenti."
Setelah mengatakan itu pria tua itu segera pergi dengan kekehan panjang.
Donovan menatap benci pada pintu yang di tutup, dia harus kabur secepatnya sebelum orang tua cerewet itu kembali.