NovelToon NovelToon
MR. TIAN AND THE CRAZY GIRL

MR. TIAN AND THE CRAZY GIRL

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ameliya

Greyna Joivandex, gadis berusia 18 tahun, dipaksa menikah dengan Sebastian Ferederick, direktur kaya berusia 28 tahun, oleh ibunya. Pernikahan yang terpaksa ini membawa Greyna ke dalam dunia yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang melimpah, Sebastian tampaknya memiliki segalanya, tetapi di balik penampilannya yang sempurna, terdapat rahasia dan konflik yang dapat menghancurkan pernikahan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ameliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

"Aghhh!" teriak gadis dengan rambut pendek, suaranya penuh kesal. Ia duduk di atas tubuh pria yang sedang tengkurap, matanya memandang ke bawah dengan ekspresi kesal.

"Udah gue bilang, kerja yang bener! Gimana sih, anying?" tanyanya dengan nada kesal.

Salah satu anak buahnya, yang sudah babak-belur dan belum tersungkur di dinding, menjawab dengan suara lemah, "Susah, boss... Dia lebih kuat dari kita semua."

Gadis itu menghela napas dan melempar uang ke langit. "Halah, bilang aja kalian kerja malas! Dasar enggak becus!" ia memaki anak-anak buahnya.

Setelah itu, ia menutup pintu dan meninggalkan anak-anak buahnya yang terluka. Sepuluh pria itu menghela napas lega setelah bosnya keluar.

"Ayo, kerumah sakit," ucap salah satunya, bangun dan memapah temannya yang terluka.

Mereka semua berjalan perlahan-lahan, merasakan sakit dan lelah setelah pertarungan yang sengit. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana bisa kalah dari satu gadis yang mereka incar.

"Sayang, kamu aja yang treatmen sendiri, nanti kalau udah selesai, aku jemput. Aku enggak usah," rengek Tian.

"Emang kenapa sih?" tanya Grey, menunduk dan memandang Tian "Kan biar muka kamu makin handsome, masa iya enggak mau?"

Tian menggelengkan kepalanya, masih tidak yakin. "Bukan gitu, tapi..." katanya, suaranya pelan.

Grey menunduk, matanya masih memandang Tian. "Enggak bakal sakit, udah kamu diem lihat aja nanti hasilnya," ucapnya dengan senyum.

Lalu, Grey mengecup singkat pipi Tian, membuat sang empunya seketika memerah seperti kepiting rebus. Tian merasakan jantungnya berdegup kencang, dan wajahnya semakin memerah.

Satu jam berlalu, dan Tian masih merasakan sedikit sakit. "Gimana, enggak sakit kan?" tanya Grey.

"Enggak, sayang," jawab Tian dengan senyum paksa.

Tiba-tiba, handphone Tian berbunyi. "Sayang, tolong angkat teleponnya," pinta Tian yang sedang fokus menyetir.

Grey segera mengangkat telepon dan menjawab, "Halo."

"Si-siapa ini?" tanya pria di seberang telepon dengan suara gugup.

"Orang dong, masa kambing," sewot Grey, membuat Tian meringis mendengar ucapan istrinya.

Tian segera mengambil alih telepon dari Grey. "Halo."

"Boss, lagi di mana?" tanya Dom, suara pria yang sebelumnya berbicara dengan Grey.

"Dijalan pulang kerumah. Ada apa?" tanya Tian.

"Ahh, tidak. Kami berniat mengajak bos makan siang. Enggak jadi, udah makan berdua aja sama nyonya Grey. Udah dulu, yak," jawab Dom sebelum mematikan telepon.

Dom menghela napas lega dan mengelus dadanya. "Apes, hampir aja."

"Gimana?" tanya Xander yang sudah makan duluan.

"Lagi jalan sama istrinya," jawab Dom sambil duduk dan makan.

Saat mereka melewati jalan sepi, segerombolan pemotor menghentikan mereka dengan menghadang mereka secara tiba-tiba. Mereka muncul di jalan dan membuat Tian mengerem mendadak.

Grey melotot melihat empat pria bertato dan berotot membawa tongkat bisbol, sambil menatap ke mobil mereka dengan mata yang tajam. "Anyingggg, orang suruhan siapa lagi ini?" batin Grey memijat pelipisnya dengan kesal.

"Dari kelompok mana mereka?" batin Tian menatap satu persatu tatonya dengan mata yang tajam.

"WOI KELUAR KALIAN!" teriak salah satu pria dengan kumis tebal, suaranya keras dan menakutkan.

"Sayang, kamu tunggu di mobil ya, jangan keluar," perintah Tian sambil mengenggam tangan Grey dengan kuat.

"Takut," ucap Grey sambil meremas tangan Tian dengan lembut.

"Hei, tatap aku. Kamu diem disini, kalau misalkan aku kalah, telepon polisi," ucap Tian dengan tenang, sebelum keluar dari mobil untuk menghadapi pria-pria tersebut.

"Ayo, sayang. Kamu pasti bisa," ucap Grey dengan semangat, melihat suaminya berjalan menghampiri mereka.

"Dari geng mana kalian?" tanya Tian sambil menggaruk kepala, bagaimana tidak, ini masih siang hari, waktunya mengisi tenaga, malah diajak ribut.

"Ah, banyak bacot lo! Hajar!!" satu pria melayangkan pukulan di wajah Tian, namun dengan sigap, Tian menghindarinya. Begitu juga salah satu pria yang melayangkan tongkat bisbolnya, Tian dapat menghindarinya dengan mudah.

Melihat keadaan yang sedikit menegangkan, Grey segera keluar dari mobil juga, mematahkan wiper mobil Tian. Ia berlari dan memukul salah satu pria dengan rambut botak.

"Jalang sialan!" teriak pria itu, segera menghampiri Grey.

"Om, lo ganggu tau enggak?" ucap Grey yang berlari dan melompat, segera mengunci kepala pria itu dengan kedua kakinya, hingga terjatuh ke aspal.

"Aghh!" pria botak itu berusaha melepas kaki Grey, tetapi tidak bisa, yang akhirnya pingsan.

"Woi, sini lo!" teriak Grey, menunjuk pria dengan celana jeans pendek tersebut.

"Bocah curut!" ucap pria itu, menghampiri Grey. Baru saja hendak melayangkan tongkat bisbolnya, Grey sudah melempar wiper mobil tersebut, hingga mengenai wajahnya.

"Aghhhhh!" teriak pria itu, kesakitan memegang alisnya.

"Ihhh, sakit!" ucap Grey, bergidik ngeri melihat darah yang mengalir jatuh ke aspal. Matanya memandang ke bawah, melihat darah yang mengalir dari wajah pria itu, dan ia merasa sedikit mual.

Grey menghela napas dan menoleh ke arah Tian, yang sedang memukul salah satu pria lainnya. Ia melihat Tian dengan mata yang tajam, dan merasa sedikit khawatir. Tian terlalu bersemangat dalam berkelahi, dan Grey khawatir ia akan terluka.

Tapi Tian terlalu kuat, dan ia berhasil mengalahkan pria-pria itu satu per satu. Grey melihat dengan bangga, dan merasa sedikit lega karena Tian tidak terluka.

Setelah berkelahi, Tian dan Grey berdiri di tengah jalan, napas mereka terengah-engah. Mereka saling menatap dan tersenyum, dan Grey merasa sedikit lega karena mereka berhasil mengalahkan pria-pria itu.

"Ayo, pergi," kata Tian, menarik tangan Grey dengan lembut.

"Bentar, sayang," jawab Grey, berlari mengambil wipernya yang tadi ia lempar. Ia berlari kembali dan memberikannya ke Tian dengan cengegesan.

"Ini, sayang," ucapnya, membuat Tian menghela napas dan mengangguk.

Tian menerima wiper mobil tersebut dan memandang Grey dengan mata yang tajam. "Kamu benar-benar tidak sabaran, ya?" ucapnya dengan senyum.

Grey tersenyum dan memeluk Tian. "Aku hanya ingin membantumu, sayang."

Untuk kesekian kalinya, Tian terkejut dengan Grey yang tiba-tiba bisa bela diri. Dulu, ia terkejut karena Grey bisa masak dengan lezat, dan beberapa hari lalu, Grey membuat kue yang sangat enak.

Tian tidak bisa membayangkan apa lagi yang bisa dilakukan oleh Grey. Ia merasa seperti tidak mengenal istrinya sendiri. "Apa lagi yang kamu bisa lakukan, Grey?" tanyanya dalam hati.

"Entah apa lagi nanti. Mungkin Grey tiba-tiba bisa ngomong sama hewan?" Ia tidak bisa membayangkan apa lagi yang bisa dilakukan oleh Grey.

1
R.A9
semangat
R.A9
bagus
R.A9
Cakep,, lanjut thorrr
R.A9
update thorrrrrr
BULAN
Ceritanya seru, lanjuttt
Elle
Semangattttt
Elle
LANJUT
reffi
lanjut kak
reffi
Semangat
Bumi
Bagus kak
R.A
ceritanya bagus
Alexis
Lanjut
Alexis
SEMANGAT KAK
Cleo
Semangat nulisnya
Esma_04
ceritanya bagus kak.
semangat
QueenRaa🌺
Keren ceritanya kak✨️ Semangat up!!
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!