tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Leni.
Pembangunan rumah akan dilaksanakan oleh tukang dari kota, dengan pekerja dari kampung ini, sekeliling tanah pak rt dan nek Ijah sudah di pagar batako setinggi 2 meter, kecuali bagian depan yang mungkin akan dibikin gerbang dan pagar besi.
Candra dan Leni bolak balik berusaha menemui Dika, tapi sangat susah karena Dika tidak setiap hari ke sana.
Dan sore ini Candra dan Leni akan menghadiri syukuran ke rumah pak rt, karena mereka diundang untuk hadir.
"dapat uang dari mana pak rt ya pak? Sebanyak itu uangnya.. Padahal harga tanah yang dijual pada si Dian itu pasti tak seberapa, ini kabarnya berangkat umroh semua, termasuk Ardi sekeluarga. " kata Leni.
"dari abangnya si Dian itu pasti, mereka menjual mahal lahan itu, karena penuh kenangan, enak bener hidup mereka ya, mana rumah panggung mereka juga mau diperbaiki. " Candra dan Leni sibuk membicarakan keluarga pak rt.
"Diva, kamu punya nomer telepon Yudi atau Dian gak? "
Diva yang mau main ke depan rumah itu menggeleng.
"sudah puluhan tahun bu, mana ada lagi, sedangkan ketika mereka disini saja saya tak punya, buat apa emang? " tanya Diva.
"kali aja ada, coba telpon Yudi, bilang saja kalau kamu sepupunya Diana, mau minta bantu gitu. " jawab Candra santai.
"nggak ada pak, udah ah saya mau ke depan dulu, menunggu Dika, siapa tahu di mau di jodohkan sama Deva, hehe. " kata Diva iseng.
Candra dan Leni saling pandang.
"mmmm boleh juga tuh, Dika kan anak Yudi lain ibu sama Dian, bolehlah menikah sama Deva. " kata Candra.
Leni pun terlihat antusias.
Semenjak ada pembangunan di lahan nyaris kosong itu, desa terlihat mengeliat ramai. Dika yang ingin pembangunan cepat selesai, mengerahkan banyak tukang, dan selanjutnya akan menjadi urusan pak Dide, yang emang urusannya lapangan andalan Yudi. Sepanjang jalan ada saja warga yang berjualan buah buahan, Dika tentu saja senang melihat itu.
Dika dan Yogi menyempatkan diri untuk hadir di acara selamatan pak rt.
Candra hadir dengan semua keluarganya.
"dijual berapa tanah kosong tak berguna itu bu rt? " tanya Leni tanpa basa basi. Leni hanya tersenyum.
"saya kurang tahu bu Leni, pak rt hanya minta kami berdua di umrohkan, eh.. Nak Dika menyuruh pergi kami semua, kami hanya mengikuti saja kok. " jawab bu rt.
5 buah koper berlogo travel umroh terletak di samping tivi.
"terus uang kalian cukup gak buat belanja keperluan disana, atau kalian meminta kami datang buat urunan uang belanja selama disana ya? " tanya Leni julid. Karena masih sangat jarang orang kampung sini yang bisa pergi ke tanah suci itu, meski pak rt juga bukanlah orang tak berada, tapi untuk ukuran sini lumayan berada.
"Astagfirullah.. Jahat sekali mulutmu bu Leni, kami hanya meminta doa kepada warga, semoga perjalanan umroh kami berjalan lancar. Tak ada maksud pamer atau minta uang segala. " jawab bu rt lembut.
Leni hanya mengangkat bahu.
Bidan Ros mendekat.
"saya dan Asri berangkat malam ini saja bu rt, dijemput sama Nisa dan suaminya, agar bisa istirahat dulu katanya. " kata Ros.
"hah? Bu bidan dan Asri ikut juga? " tanya Leni kencang.
"Alhamdulillah, dikasih rezeki oleh Allah lewat tangan nak Dika. " jawab Ros sopan.
"dibayarkan oleh Dika juga? Apa hubungan bu bidan sama Dika? " tanya Leni lagi.
Ros menghela nafas.
"tak ada hubungan apa apa kami bu Leni, saya juga gak tahu kalau mau didaftarkan kemaren, namanya rezeki, ya gak saya tolaklah " Ros menjawab dengan tenang.
Leni makin kesal, sementara keluarganya yang jelas jelas ada hubungan sama Dika, tak ada di tawarkan sama sekali.
Dika dan Yogi lewat di depan mereka. Diva dan Leni mendadak diam, apalagi Diva, yang segera menelpon Deva yang tak kunjung datang.
"cepatlah Dev, acara mau dimulai ini. " pesan Diva.
"iya ma sabar ih, ini mau jalan. " balas Deva. Tanpa banyak basa basi, acara pembacaan doa pun di mulai, Dika dan Yogi duduk disamping pak rt.. Terlihat gagah dengan baju koko dan celana bahan.
Selesai acara pembacaan doa, Deva baru datang dengan dandanan seperti mau ke pesta, gamis bercorak warna warni mencolok mata, dan kerudung ala ala ibu pejabat. Diva mengajak duduk agak dekat ke bu rt.
Ketika acara makan makan dimulai, Deva mendekat ke arah Dika yang duduk menunggu antrian mengambil makanan.
"mau saya bantu ambilkan mas? " tanya Deva dengan suara di lembut lembuti. Deva menoleh cepat.
"maaf mbak, biar saya ambil sendiri saja, terimakasih. " jawab Dika santai. Deva mati kutu, tak tahu musti ngapain lagi, hingga dia kembali duduk dekat Diva.
"kenapa cemberut? "
"sombong sekali dia ma. " jawab Deva. Diva mendelik
"kamu saja yang gak bisa mengambil hatinya, sudahlah.. Nanti mama bantu kamu dekat sama dia. " bisik Diva. Bu rt dan Susi geleng kepala melihat kelakuan ibu dan anak itu.
Dan ternyata Diva dan Deva harus kecewa, karena Dika dan Yogi pulang lebih cepat. Dan Diva terlambat mengetahuinya.
"bu rt besok mau diantar ke bandara sama warga ya? " tanya Diva.
"nggak bu, karena hanya kami jamaah yang dari sini, jadi kami dijemput sama pihak travel nanti Subuh. " jawab bu rt ramah. Diva terlihat kecewa. Tapi bu rt tak peduli.
"pak rt ini diam diam saja kalau dapat proyek kakap ya, tak ajak ajak. " kata Candra.
"saya tak tahu juga kalau nak Dika berminat pada tanah itu Candra, dan saya hanya meminta di umrohkan berdua saja, tapi nak Dika malah memberangkatkan Ardi dan keluarganya, sudah rezeki. "
"terus mau bikin apa si Dika itu disana pak? " tanya Candra, padahal sudah pernah di bilang juga.
"rumah Dian itu kata nak Dika pak. "
"apa sih pekerjaan si Dian itu di kota pak? Banyak sekali uangnya, gak mungkin juga si Yudi yang membuatkan, dia saja tak mengakui kalau Dian itu anaknya, kerja gak bener kali ya? " bertubi tubi pertanyaan Candra. Pak rt menghela nafas.
"berdoa yang baik baik saja Candra, benar gak benarnya bukan urusan kita. " jawab pak rt.
Candra merengut kesal.
Tak lama rumah pak rt pun sepi, karena acara sudah usai.
"berkali kali pak rt bilang itu rumah punya si Dian, apa sih pekerjaan anak ha*am itu? " omel Diva kesal. Tadi dia menanyakan sama Susi, jawaban Susi itu rumah Dian. Mereka sudah sampai dirumah dan masih duduk di ruang tamu.
"iya ya Va, sama bapakmu pak rt juga bilang begitu, eh.. Ternyata bidan Ros dan Asri anaknya itu, juga diberangkatkan umroh oleh si Dika itu pak, astaga.. Kenapa kita yang notabene keluarga, tak diajak sama sekali. " omel Leni kesal.
Deva nampak senyum senyum melihat hpnya.
"kenapa kamu Dev? " tanya Diva.
"aku menemukan sosial media si Dika itu ma, dan sudah aku follow. " jawab Deva tertawa. Tapi matanya menyipit melihat sebuah foto.
"ma sini.. Ini si Dian bukan ya ma? " tanya Deva sambil memperlihatkan sebuah foto.
Diva mendekat dan menatap foto di hp Deva.
Mata Diva membelalak sempurna.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂