NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:251
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan

Malam itu, suasana di taman kecil terasa lebih tenang dibandingkan biasanya. Setelah pertemuan singkat dengan Elma, Ryan kembali ke rumahnya, tetapi pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ia melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Elma  sebuah kekuatan yang tak ia pahami, tetapi terasa seperti jawaban atas kegelapan yang menghantuinya.

Di kamarnya, Ryan duduk di tepi tempat tidur, menatap tangannya yang terluka akibat latihan sebelumnya. Bayangan gelap masih terlihat samar di kulitnya, berdenyut seperti makhluk hidup. Ia menghela napas panjang ketika pria berjubah hitam muncul dari sudut ruangan.

“Kau masih terlalu lamban, Ryan,” kata pria itu tanpa basa-basi. “Jika Hery menyerangmu lagi dalam keadaan seperti ini, kau tidak akan bertahan.”

Ryan mengangkat pandangannya. “Aku tahu. Tapi aku butuh waktu. Kekuatan ini... sulit dikendalikan.”

Pria itu melangkah mendekat, matanya memancarkan ketegasan. “Waktu bukanlah kemewahan yang kau miliki. Hery semakin kuat setiap harinya. Jika kau tidak menguasai kegelapan dalam dirimu, maka kau akan menjadi mangsa berikutnya.”

Ryan mengepalkan tangannya, rasa frustrasi memenuhi dirinya. Namun, ia tahu bahwa pria itu benar.

“Apa yang harus kulakukan?” tanyanya akhirnya.

Pria berjubah hitam tersenyum tipis. “Kita akan mempercepat latihanmu. Malam ini, kau tidak hanya akan melawan bayangan biasa. Aku akan memanggil sesuatu yang lebih kuat.”

Sementara itu, di tempat lain, Elma berdiri di tengah lingkaran cahaya yang melingkar di sekelilingnya. Wanita berjubah putih berdiri di depannya, matanya memancarkan kehangatan tetapi juga ketegasan.

“Kau telah menunjukkan potensi yang luar biasa, Elma. Tetapi potensi saja tidak cukup. Untuk melawan kegelapan, kau harus mampu menggunakan cahayamu tanpa ragu sedikit pun,” kata wanita itu.

Elma mengangguk. “Aku siap. Apa yang harus aku lakukan?”

Wanita itu melambaikan tangannya, dan lingkaran cahaya di sekitar Elma mulai memudar, digantikan oleh bayangan yang merayap perlahan dari segala arah.

“Latihan ini akan menguji tekadmu. Cahaya dalam dirimu adalah satu-satunya senjata yang kau miliki. Jika kau gagal mempertahankannya, bayangan ini akan menghancurkanmu,” katanya dengan nada serius.

Elma merasakan dingin menjalar di tubuhnya saat bayangan-bayangan itu mendekat. Ia memejamkan matanya, memanggil cahaya dalam dirinya. Namun, bayangan itu menyerang lebih cepat dari yang ia duga, memaksanya untuk mengangkat tangannya dan menciptakan perisai cahaya yang bergetar di sekelilingnya.

“Jangan hanya bertahan,” seru wanita itu. “Seranglah! Gunakan cahayamu untuk memukul mundur kegelapan.”

Dengan napas terengah-engah, Elma memfokuskan pikirannya. Ia melepaskan gelombang cahaya dari tubuhnya, menghancurkan beberapa bayangan. Tetapi bayangan yang lain segera menyerangnya dari arah lain, membuatnya kehilangan keseimbangan.

“Fokus, Elma! Kau tidak bisa membiarkan emosi menguasaimu,” kata wanita itu dengan nada tegas.

Elma bangkit kembali, meskipun tubuhnya gemetar. Ia memejamkan mata dan memusatkan semua energinya pada cahaya di dalam dirinya. Ketika ia membuka mata, cahaya itu meledak, menciptakan lingkaran energi yang memukul mundur semua bayangan di sekelilingnya.

Wanita berjubah putih tersenyum tipis. “Bagus. Tapi ini baru permulaan. Kegelapan yang akan kau hadapi jauh lebih kuat dari ini.”

Di taman, Ryan berdiri di tengah lingkaran bayangan yang bergerak mengelilinginya. Pria berjubah hitam berdiri di kejauhan, memandangnya dengan tatapan dingin.

“Makhluk ini tidak seperti bayangan sebelumnya,” kata pria itu. “Ia memiliki kesadaran dan kekuatan yang jauh lebih besar. Jika kau tidak bisa mengalahkannya, maka kau tidak akan pernah siap menghadapi Hery.”

Ryan mengepalkan tangannya. Ia tahu bahwa ini adalah ujian yang harus ia lewati. Bayangan itu menyerangnya dengan kecepatan luar biasa, membuat Ryan hampir tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Ia mengangkat tangannya, menciptakan perisai gelap yang berhasil menahan serangan pertama. Namun, bayangan itu segera menyerang lagi, menghancurkan perisainya.

“Kau harus lebih cepat, Ryan. Kegelapan tidak akan menunggu hingga kau siap,” kata pria itu tajam.

Ryan menggertakkan giginya. Ia memanggil kekuatan gelap dalam dirinya, menciptakan gelombang energi yang memukul mundur bayangan itu. Tetapi makhluk itu kembali dengan kekuatan yang lebih besar, menyerangnya tanpa henti.

Tubuh Ryan mulai melemah, tetapi ia menolak untuk menyerah. Ia mengingat janji yang ia buat pada dirinya sendiri untuk melindungi Elma dan semua orang yang ia sayangi. Dengan teriakan penuh tekad, ia memusatkan seluruh energinya dan meluncurkan serangan terakhir yang menghancurkan bayangan itu sepenuhnya.

Pria berjubah hitam mendekatinya, matanya menunjukkan sedikit rasa puas. “Kau sudah lebih baik, Ryan. Tetapi jalanmu masih panjang. Kau harus terus mendorong batasmu jika ingin bertahan.”

Ryan mengangguk, meskipun tubuhnya terasa lemah. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak bisa berhenti di sini

Ketika malam semakin larut, Ryan dan Elma kembali ke jalan yang menghubungkan taman dan tempat pelatihan Elma. Keduanya bertemu dan berbicara singkat tentang latihan masing-masing, namun suasana menjadi canggung saat Ryan merasakan adanya ketegangan yang tak bisa ia jelaskan.

“Kau tahu, Ryan, terkadang aku merasa kau menyembunyikan sesuatu,” kata Elma dengan nada tenang tetapi menusuk.

Ryan terdiam, tidak tahu bagaimana menjawab. Ia menghindari tatapannya, merasa bahwa kegelapan di dalam dirinya mungkin terlalu banyak untuk diceritakan.

Elma melanjutkan, “Apa pun itu, aku harap kau ingat bahwa kau tidak sendirian. Jika kau butuh seseorang untuk berbagi, aku di sini.”

Ryan akhirnya menatapnya, tetapi sebelum ia sempat merespons, Elma tersenyum dan melangkah pergi menuju rumahnya. Ryan tetap berdiri di tempat, memandangi punggung Elma yang perlahan menghilang di kejauhan. Dalam hatinya, ia merasa semakin berat dengan rahasia yang ia pendam, namun ia juga merasakan percikan kekuatan baru  keinginan untuk melindungi Elma dengan segala yang ia miliki, meskipun itu berarti menghadapi kegelapan yang terus menggoda jiwanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!