Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Aku rindu, rindu pada kisah lama yang indah namun telah direnggut paksa oleh keadaan. Hanya bisa dikenang dengan sisa rasa yang masih mengendap di sudut hati.
🔥🔥🔥
Setelah Bram pergi, Aluna terhenyak duduk dengan tubuh lemas. Bagaimana pun juga dia merasa kejadian ini telah menggoyahkan pertahanannya. Dia menangis.
Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Diperlakukan sangat memalukan oleh orang yang mengaku sangat mencintainya. Hanya karena informasi yang tidak akurat yang dia dapatkan, Aluna mendapatkan perlakuan yang sangat memukul hati dan jiwanya.
Hatinya sangat sakit . Dia sangat terluka. Tuduhan yang tidak berdasar sama sekali, menimpa dirinya. Untung di dekatnya ada orang-orang hebat yang mendukungnya. Aluna sangat beruntung saat dia terpuruk, dia bersama orang-orang yang baik yang membelanya.
"Sudah beb jangan bersedih. Untuk apa kamu memikirkan orang yang tidak punya hati seperti mereka. Biarin saja apa kata mereka. Kita semua tahu keadaan yang sebenarnya."
Juan mengusap bahu Aluna yang terlihat naik turun karena terisak. Dia menelungkupkan mukanya di atas meja. Dia merasa sangat malu. Di hadapan para pengunjung dituduh yang bukan-bukan.
Seharusnya Bram tahu, Aluna dipegang saja tidak mau, bagaimana bisa hamil. Sebuah tuduhan yang tidak berdasar. Pasti karena ada yang memprovokasi sehingga membuat Bram jadi gelap mata.
"Beb, mending cuci muka. Biar seger. Tunjukkan pada mereka kalau kamu tidak terpengaruh oleh kata-kata mereka. Tunjukkan kalau kamu kuat tanpa mereka. Biar mereka semakin kebakaran jenggot." Juan masih mengusap bahu Aluna. Dia terlihat begitu perhatian pada Aluna.
" Benar, tidak usah dipikirkan. Hari ini saya bangga kamu sudah berubah. Jadi teruslah jadi Aluna yang kuat." Arga ikut berbicara untuk mendukung Aluna.
" Iya lun, sebenarnya kita sudah tahu semuanya. Beberapa kali kita bertemu mereka berdua, namun karena kami tidak ingin ikut campur urusan kamu, jadi kami diam saja. Apalagi saat kamu sampai tertabrak mobil pak Arga. Eh... Keceplosan." Azlan menutup mulutnya. Arga terlihat mendelik ke arahnya.
Sebenarnya kenyataan itu akan disembunyikan dan akan diberitahukan saat Aluna tenang . Tapi malah Azlan keceplosan.
" Maafkan saya ya Aluna. Waktu itu saya buru-buru dan kamu lewat mendadak di depan saya. Bukan saya ingin lari . Tapi kata Azlan jangan diberitahu dulu . Takut kamu semakin terpuruk. Sekali lagi saya minta maaf." Arga berkata penuh penyesalan.
Aluna mengangkat mukanya dan menatap Arga dan Azlan bergantian. Dia mengusap wajahnya yang berantakan.
" Beb cuci muka dulu yuk. Muka kamu lecek banget. Tak sedap dipandang walaupun masih tetap cantik.. " Juan tersenyum jahil saat berkata demikian.
"Benar lun, Sono kamu cuci muka. Ingus sama iler kamu kemana-mana." Azlan juga menggoda Aluna.
Aluna mengusap wajahnya kasar lalu berdiri dan berjalan menuju toilet.
" Gue antar beb, siapa tahu gue bisa membantu mengucek muka kamu agar kembali bersih.." Juan tersenyum sambil mengikuti Aluna .
Aluna berhenti dan berbalik. Menatap Juan dengan dengan pandangan kesal . Namun justru terlihat lucu di mata Juan.
" Hahaha. Ayo ke toilet. Nanti gue cium kalau cemberut begitu.." Juan menarik Aluna , bergegas menuju toilet wanita. Dan Juan hanya menunggu di pintu. Dia hanya berjaga-jaga takut ada Bram atau alisha yang tiba-tiba muncul. Karena tadi mereka masih terlihat di sekitar rumah makan tersebut.
Aluna telah memperbaiki riasan wajahnya. Dia terlihat lebih segar dan juga semangat. Wajahnya sudah tidak terlihat seperti tadi. Sekarang lebih bersih dan berseri. Dia merasa senang telah lepas dari Bram.
Sebenarnya sudah sejak lama dia ingin mengakhiri semuanya. Namun dia belum menemukan cara yang tepat. Dia beruntung ada alisha yang membuka jalan. Dan dengan kejadian ini, dia bisa mengetahui siapa orang yang benar-benar tulus padanya.
" Hah, lega rasanya." ucap Aluna sambil berjalan keluar dari toilet.
" Syukurlah."
"Heh.." Aluna terkejut mendengar suara Juan yang ternyata masih menunggu di depan pintu toilet wanita.
" Kenapa? kaget ya? bukannya sudah tahu kalau gue masih menunggu di sini." Juan tersenyum dan menggandeng tangan Aluna.
" Apa-apaan ini." Aluna menghentakkan tangannya berusaha lepas dari genggaman Juan.
" Kenapa? Biar yang cemburu semakin cemburu. Hehehe.." Juan tersenyum menatap Aluna.
" Tidak perlu seperti ini! Anda dengar apa yang mas Bram ucapkan? Dia mengira saya hamil. Dan hamil dengan anda. Benar-benar tidak masuk akal." Aluna mendengus sambil menggelengkan kepala dan berjalan mendahului Juan. Tak berapa lama dia berhenti saat dari pantulan kaca di sisi luar ruangan terlihat Alisha sedang tertawa terbahak.
" Jadi dia ada juga disini."
" Memang ada dari tadi. Bahkan saat kamu muntah tadi, dia berdiri di sini. Gue yakin dia yang memberitahukan pada lelaki brengsek itu tentang keadaan kamu, beb."
" Jadi begitu. Baiklah. Saya sekarang jadi tahu bagaimana dia yang sebenarnya." Aluna tersenyum.
" Jangan senyum begitu. Gue bisa diabetes.." Juan terbahak.
" Hem. Tidak jelas anda." Aluna berjalan semakin cepat berjalan untuk kembali ke meja mereka.
"Beb, jangan terlalu formal sana gue." Juan mengejar langkah Aluna.
" Makan dulu, pesanannya sudah datang. Jangan sampai kamu sakit." Azlan menyambut Aluna dan Juan yang datang dan duduk di kursi masing-masing.
Mereka menikmati semua yang tersedia di meja dengan khidmat. Sesekali terdengar obrolan ringan dari Azlan dan juga Juan yang membuat mereka tertawa. Arga adalah sasaran empuk untuk bahan ejekan. Dia tidak pernah marah. Paling hanya berdecak saja.Tapi senyum selalu terhias di bibirnya.
Sedangkan Aluna menikmati makanan dengan perlahan. Otaknya masih belum bisa berpikir dengan normal. Masih ada yang mengganjal di hatinya. Benar dia lega bisa lepas dari Bram, Namun bagaimana pun juga, cara putus hubungan dengan sebab sebuah perselingkuhan meninggalkan trauma tersendiri.
Apalagi yang berkhianat adalah sahabatnya sendiri. Orang yang paling dekat dan paling dipercayai bisa berbuat begitu kejam. Sungguh suatu hal yang tidak terduga bisa dialami seorang Aluna.
Gadis lugu yang selalu berpikir positif ini, tentu saja sangat terluka. Namun dia berusaha terlihat baik-baik saja. Bahkan saat ini dia menjadi seorang gadis yang sangat berbeda dari sebelumnya. Berpenampilan elegan dan tentu saja semakin cantik.
" Makan yang banyak beb, kamu butuh tenaga untuk menghadapi kenyataan." Juan meletakkan lauk miliknya di piring Aluna.
" Jangan..Ini sudah cukup. terlalu banyak saya tidak bisa menghabiskan." Aluna menatap Juan yang tersenyum sambil mengunyah makanannya.
" Biar sedikit berisi tubuh kamu. Biar tambah seksi. " Juan mengedipkan mata pada Aluna. walaupun mulutnya penuh tak hentinya dia berbicara.
" Jangan ganggu Aluna. Biar dia makan dulu." Arga mendelik menatap Juan.
" Siapa yang mengganggu kak, cuma menambah gizi pada gadis kurus ini."
" Kamu ya." Arga terlihat mau melempar Juan dengan sendoknya.
" Makan dulu, berantem nya nanti.." Ucap Aluna tanpa sedikitpun memandang mereka. Fokusnya masih pada piringnya yang bertambah isinya. Entah bagaimana menghabiskan. Apa dia mampu. Karena biasanya dia hanya makan sedikit.
Semua kembali diam. Makan dengan hening. Hanya suara sendok dan piring yang beradu.
" Tidak enak amat makan nasi Padang memakai sendok." Aluna meletakkan sendoknya dan kemudian mencuci tangannya dengan air kobokan yang disediakan. Menyuap dengan tangannya tanpa merasa sungkan.
" Wah benar juga." Azlan mengikuti apa yang dilakukan Aluna. Dia terlihat makan semakin lahap.
" Benar, terasa lebih nikmat." Juan mengikuti jejak keduanya.
Melihat itu semua, Arga pun ikut juga. Dengan meninggalkan semua tata cara makan seorang bangsawan, mereka menyuap makanan dengan tangan. Pertama kali terlihat aneh. Namun lama-lama mereka terlihat biasa dan bahkan makan terlihat begitu lahap.
Aluna menatap satu persatu dari mereka dengan tersenyum. Suasana makan jadi tambah ramai dengan candaan-candaan mereka. Sudah tidak ada rasa sungkan pada diri Aluna.
"Ada ya ceo makan seperti tidak makan seminggu.." Ucap Aluna menahan senyum.
" Benar sekali beb, makan seperti orang kelaparan. Hahahaha.." Juan malah terbahak melihat cara mereka makan.
" Ini memang nikmat sekali. Biasanya kita makan memakai sendok dan garpu. Tapi kali ini benar berbeda. Saya suka. " Arga ikut menimpali.
Tak berapa lama makanan mereka habis tak bersisa. Mereka benar-benar seperti orang-orang yang kelaparan. Satu persatu mereka mencuci tangannya di wastafel yang telah tersedia.
" Kenyang sekali." ucap Juan dan Azlan berbarengan.
" Maaf pak, kapan kita kembali ke kantor." Tanya Aluna melihat jam dipergelangan tangannya.
" Memangnya kenapa?" tanya Azlan.
"Saya mau ke mushola terlebih dahulu. Takutnya nanti tidak sempat sholat dhuhur."
" Baiklah, kita ke mushola terlebih dahulu. Di restoran ini ada mushola atau tidak?" Tanya Arga sambil melihat ke sekeliling restoran tersebut.
"Sepertinya ada, namun terlihat banyak yang mengantri. Bagaimana kalau kita ke masjid saja. Kelihatannya di depan sana ada masjid yang lumayan besar. Bagaimana kalau kesana saja."
"Baiklah, ayo keburu terlambat kita." Mereka bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Azlan ke kasir terlebih dahulu untuk membayar semua tagihan.
Namun saat semua sampai di pintu, mereka tertegun. Mereka semua terdiam, saat di depan sana, mereka melihat Alisha berteriak. Menjerit ketakutan.
"Ada apa di sana mas." Juan bertanya pada orang yang lewat di depannya.
" Ada ular di dalam tas wanita itu." jawabnya sambil berlalu.
" Ular di dalam tas?" Mereka semua tersenyum. Apalagi saat mereka melihat segerombolan lelaki duduk di bergerombol.
" Pasti kerjaan mereka. Hahaha.." Juan tertawa terbahak ketika menyadari apa yang terjadi.
" Ternyata ular mainan. Teriaknya sudah histeris. Memalukan.." Ucap beberapa orang yang lewat.
Mereka semua tersenyum dan berjalan menuju mobil yang diparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.
" Bukan saya yang membalas. Akan ada orang yang sengaja atau tidak akan berbuat seperti yang dia lakukan padaku. Bisa jadi lebih.."
Pembalasan pertama tak butuh waktu lama. Rasa malu yang sama telah diterima.
Tunggu selanjutnya. Akan ada yang membuat dia berteriak histeris bahkan sampai pingsan. Tunggu saja....
Bersambung
Terima kasih untuk yang sudah mampir
Lopee❤️❤️❤️