cerita ini mengisahkan tentang persahabatan dan juga percintaan saat SMA, di mana ada 3 laki laki yang sudah bersahabat sejak SMP. salah satu dari mereka sangatlah pemilih dalam pacaran, ia adalah Arba Panjaitan. Karena hal itu, mereka pun membuat sebuah taruhan. apakah taruhan itu? dan siapa kah yang akan menang dalam taruhan tersebut? yuk tanpa berlama-lama lagi, gass langsung baca aja 😉
sebelumnya mohon di baca dulu teks di bawa!
-Di mohon untuk membaca dengan benar.
-Di mohon jangan lompat bab.
-Dan jangan bom like.
-Sebisa mungkin jadi lah pembaca setia 🙏🏻
sekian terima kasih 🙏🏻 happy reading 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tanzila mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 [ Ice cream!! ]
...🌷 happy reading 🌷...
...--------------------------------...
"Sorry, Liz. Gua emosi bet Ama nih bocah, susah bet di bilangin!" Ucap Arba sembari menatap Cila kesal.
"Lahh, kak Liza kenal sama Abang ku?." Tanya Cila yang baru sadar, jika Arba terlihat dekat dengan Liza.
"Iya, dia teman sekolah kakak." Jawab Liza sembari tersenyum ramah pada Cila.
"Hem...apa jangan jangan, ini yang bang Arba bil-" ucapan Cila pun terhenti, karena Arba langsung membekap mulutnya. Padahal, sedikit lagi Cila hampir menyebutkan bahwa Liza cewek yang Arba ingin temui.
"Loh, kenapa lu bekap, Ar. Dia lagi ngomong loh?!" Tanya Liza yang bingung melihat Arba yang tiba-tiba membekap Cila.
"Hehe, omongan nih bocah biasanya ngelantur. Jadi, lu gak usah pikirin apa yang mau dia bilang." Jawab Arba sembari tersenyum paksa, ia sangat takut Cila berbicara sembarangan di depan Liza.
"Arghh....sakit, Cila!!" Teriak Arba saat tiba-tiba mendapatkan gigitan di tangan nya.
"Tangan kau Bau!!" Marah Cila sembari menjauhkan tangan Arba yang tadi membekapnya.
"Sembarangan aja, orang wangi gini kok!" Jawab Arba yang tak terima di bilang tangan nya bau, sembari mencium tangan nya yang tadi ia gunakan untuk membekap mulut Cila.
"Ihhh, malah bau Jigong kau tangan ku!" Ucap Arba yang sedikit kaget saat mencium tangan nya yang tadi membekap mulut Cila.
"Bodo amat...oh ya, kak Liza. Mending kau jangan mau sama Abang ku, dia ini udah Gak ganteng, paok pulak. Duit masih minta mamak, bisa bisa nya dia mau jadikan kak Liza pacar!" Ucap Cila yang menjelek jelek kan Arba di depan Liza, Liza yang mendengar nya hanya bisa tertawa, sedangkan Arba. Kepalanya sudah panas, ingin rasa nya ia membuang Cila ke jurang.
"Kau mau jewer lagi ha?!" Ucap Arba sembari menatap tajam ke arah Cila.
"Nah, tengok lah kak Liza. Marah marah aja kerjaan nya, memang gak sayang dia Ama aku." Adu Cila pada Liza sembari bersembunyi di belakang Liza.
"Cari aman kau ya, tengok aja pulang nanti" Arba pun tak bisa berbuat apa apa, jika Cila sudah bersembunyi di belakang Liza, ia pun memilih duduk dari pada terus meladeni Cila yang selalu membuat nya emosi.
"Btw, dia siapa Lu Liz?." Tanya Arba sembari melirik ke arah Nathan.
"Adek gua, tadi nyokap minta gua buat jagain dia. Tapi udah ada janji Ama lu, ya udah gua ajak aja sekalian. Eh ternyata lu juga bawa adek lu." Jawab Liza sembari merangkul Nathan yang sedang bermain mobil mobilan nya di tempat duduk.
"Adek lu anteng ya, beda Ama nih bocah. Ngereok Mulu, gak bisa diem bentar aja." Ucap Arba yang melihat perbedaan Cila dan Nathan. Karena jika di lihat lihat, Nathan lebih tenang dan tak banyak tingkah, berbeda dengan Cila yang tingkah nya ada saja dan tak bisa diam dalam Waktu lama.
"Iya, dia orang nya emang agak pendiam. Tapi dia juga bisa ngereok kok, cuma gak sembarang orang aja yang bisa bikin dia ngereok." Jawab Liza
"Sama dong kayak Jeje, Jeje dulu juga gitu. Dingin banget, tapi kalo ketemu yang se-frekuensi , kayak kita, langsung dah tuh keluar Kodam nya." Arba jadi teringat Jeje yang dulu, Jeje yang sangat dingin seperti kulkas 1000 pintu.
"Hahaha, emang Kodam Jeje apaan?." Tanya Liza yang penasaran.
"Monyet es kutub." Jawab Arba bercanda.
"Ehh bang Arba, ku bilangin bang Jeje kau ya. Kau ngatai dia monyet es kutub, ku bilangin kau bang." Ucap Cila yang tiba-tiba ikut dalam obrolan mereka, ia berencana ingin mengadukan Arba yang sudah bilang bahwa Kodam Jeje adalah monyet es kutub.
"Ikut ikut aja kau, orang aku cuma bercanda kok!" Ketus Arba, ia sangat kesal jika sudah berbicara dengan Cila.
"Nyenyenye, tetap Cila bilangin." Ledek Cila yang sangat senang jika melihat wajah kesal Arba.
"Memang minta ku hantam kau ya, tunggu aja di rumah kau!" Batin Arba yang berusaha sabar, ia tak ingin marah marah di depan Liza.
"Cila, Nathan. Mending kalian berdua beli ice cream aja deh, panas panas gini mantap tu kalo makan ice cream." Ucap Liza sembari mengeluarkan uang nya untuk mereka beli ice cream.
"Ice cream...mau mau!!" Jawab Cila yang sangat excited, berbeda dengan Nathan yang hanya berdiri dari duduk nya untuk menerima uang dari kakaknya.
"Ehh, gak usah, Liz. Pake uang gua aja, soal nya si Cila jajan nya banyak." Ucap Arba sembari mencegah Liza memberikan uang pada mereka, lalu ia pun mengambil uang nya di dalam dompet dan memberikan nya pada Cila dan juga Nathan.
"Ada aja alasan bang Arba ini. Padahal, gak banyak aku jajan loh. Gak apa lah, ku jajan kan banyak banyak, supaya bang Arba gak bohong." Batin Cila yang paham maksud Arba yang bicara bahwa Cila jajan nya banyak, padahal Cila merasa diri nya tak seperti itu.
"Nih, kau beli lah ice cream atau jajan sepuas kau. Beli kan juga kawan mu, jangan kau makan sendiri uang itu!" Ucap Arba sembari memberikan uang sejumlah 50 ribu pada Cila.
"Oke, siap bang. Cila jajan dulu ya sama Nathan." Pamit Cila sembari menarik tangan Nathan dengan penuh semangat, dan tak lupa dengan jalan melompat lompat, seperti anak kecil pada umumnya.
"Akhirnya, pergi juga tuh anak. Gua jadi bisa berduaan deh sama Liza." Lega Arba saat melihat Cila sudah pergi jauh dari mereka.
"Ar, lu orang Medan ya?." Tanya Liza tiba tiba, Karena ia sangat penasaran sedari tadi. Gara gara Cila dan Arba yang terus menggunakan logat Medan.
"Gak tau juga sih, nyokap Ama bokap gua yang orang Medan. Soalnya gua lahir nya di Jakarta, masa iya gua juga di bilang orang Medan." Jawab Arba yang bingung, sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Loh, kenapa lu lahir di Jakarta, kenapa gak di Medan juga?." Tanya Liza dengan raut wajah serius, ia menjadi bertambah penasaran dengan kehidupan Arba.
"Nyokap Ama bokap gua awal nikah merantau ke Jakarta, terus kebablasan ngebuat gua. Udah deh, jadi gua lahir nya di Jakarta." Jawab Arba yang sedikit tau, mengapa ia lahir di Jakarta bukan nya di Medan. Karena saat ia kecil, bunda nya pernah bercerita padanya.
"Oh begitu, terus lu bisa bahasa Medan gimana?." Tanya Liza lagi sembari melihat ke arah Arba.
"Waktu gua umur 8 tahun, gua di bawa pulang kampung ke Medan. Karena keseringan dengerin orang ngomong bahasa Medan, jadi gua kayak terbiasa dan ikut ikutan ngomong pake bahasa Medan. Tapi pas pulang ke jakarta, yah gua kembali lagi pake bahasa yang lama. Bisa di bilang, gua paham dan ngerti lah kalo orang ngomong bahasa Medan." Cerita Arba panjang lebar mengenai masa kecil nya. Liza pun mendengar kan dengan serius, ia sedikit merasa iri dengan masa kecil Arba yang terlihat sangat bahagia. Karena bisa pulang kampung, selama Liza hidup, ia tak pernah merasakan yang nama nya pulang kampung.
...🌷 bersambung 🌷...
...--------------------------------...
Aku author Tanz >.<
Sekian, terima kasih 🙏🏻
See you tomorrow, my month 👋🏻
Kenapa Zionku tiba-tiba nongol?😂
Jangan gitu lah Ar. Kasihan Bunda mu sama dua teman mu yang sayang sama kamu🥰🤗
Jangan gitu lah Ar. Kasihan Bunda mu sama dua teman mu yang sayang sama kamu🥰🤗