"Gue sudah bilang kalau lo itu tulang rusuk gue, mau menjauh seperti apapun juga endingnya lo akan tetap jadi milik gue"
"Bangun gih mimpi lo kayanya ketinggian nanti jatuh sakit"
"Ada lo kan, jadi jatuh juga bakal kepelukan lo"
"Dasar playboy"
"Gue akan berubah jika lo jadi cewek gue Giselle!"
"Sorry selera gue bukan lo"
***
Hidup Giselle yang rumit semakin rumit karena bertemu dengan laki laki tengil disekolah barunya, laki laki yang dikenal buayanya Cendrawasih High School dan laki laki yang dapat julukan sebagai the prince Cakrawala, pertemuan yang tidak sengaja di clup malam membuat Giselle harus berurusan sama laki laki itu, dan parahnya Langit mengincar Giselle sebagai mainan selanjutnya.
Bisakah Langit menakhlukkan hati Giselle, dan akankah Langit tidak terjebak dengan permainannya sendiri?
Yuk ikuti kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tikaka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Kecelakaan
Meninggalkan berita jadian antara Langit dan Giselle, serta Anisa yang repotasinya hancur, malam ini saat tengah jalan dengan Langit, Giselle mendapatkan kabar yang kurang enak dari Samudra.
Awalnya Giselle tidak mau menerima panggilan dari Samudra, tapi karena Samudra meneleponnya beberapa kali jadi mau tak mau Gisel mengangkat panggilan itu.
"Hallo Sam? Gue kan udah bilang antara lo dan gue sudah tidak ada hubungan apapun, Kenapa lo masih nekat hubungi gue sih?"
"Sorry Sel, gue bukan mau ganggu hubungan lo sama Langit, gue udah ikhlas atas semuanya, tapi tolong datang kerumah sakit sekarang."
Giselle tidak menjawab dia malah menatap Langit, dia mengerutkan keningnya "Siapa yang sakit? Lo ada cewek lo kan? Gak usah sok sokan gak ada yang rawat."
"Bokap kecelakaan, tolong datang kesini, gue tunggu!"
Tut
Tangan Giselle langsung melepas, dia menatap kosong kearah Langit, entah kenapa ada rasa sesak dalam dirinya, walaupun Giselle marah sama Tomi, tapi sisi lain Giselle juga memiliki perasaan untuk seorang anak yang tidak tegaan.
"Yang, kamu kenapa? Siapa yang sakit?"
Giselle menatap Langit dengan mata berkaca kaca "Papa kecelakaan Lang"
"Kita kerumah sakit sekarang!" tegas Langit dengan beranjak berdiri.
Perjalanan rumah sakit tidak membutuhkan waktu lama, hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit, Ternyata dirumah sakit, tidak hanya Giselle yang datang bahkan Sinta, mama dari Giselle pun juga ada disana.
"Mama, kok mama ada di sini juga?" bingung Giselle
Sinta mengulas senyum dengan angukan kecil, dia menujuk Samudra dengan dagunya. "Dia yang nelfon mama, dia nyuruh mama datang gak tau keadaan papa kamu gimana,"
Giselle mengalihkan pandangannya menatap Samudra dan disana ternyata juga ada Stella, mantan sahabat serta kekasih dari Samudra.
"Santai aja, gak usah marah marah atau menaruh dendam sama mereka. Ini bukan waktu yang tepat buat kamu menyindir atau marah, turunkan ego kamu sayang" bisik Langit, dengan mengelus punggung Giselle naik turun.
Giselle menghela nafasnya dengan kasar sambil mengangguk "Rasa sakit masih ada, tapi semoga gue bisa melupakan semua dendam gue Lang"
"Pasti bisa, memaafkan tapi bukan berarti lo sama dia harus kembali seperti dulu, itu jauh bikin lega, gue gak maksa tapi pelan pelan lo pasti bisa."
Cklekkk
Samudra dan Stella langsung berdiri dan menatap sang dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.
"Dengan keluarga pasien atas nama pak Tomi dan bu Melly?"
Samudra mengangguk dengan mendekati sang Dokter "Iya saya Dok, gimana kondisi orang tua saya? apa mereka baik baik saja kan?"
" Untuk bu Melly, kami harus melakukan operasi karena retaknya tulang kaki kanan, dan untuk pak Tomi...." sang dokter menjeda ucapannya dengan menghembuskan nafasnya kasar.
"Papa kenapa dok?" saut Giselle dengan berdiri disamping Samudra.
"Dia mau ketemu sama anak yang bernama Giselle dan juga Samudra"
"Itu saya" jawab keduanya.
Sang Dokter menujuk kearah ruangan Tomi. "Mari saya antar, beliau hanya mau ketemu sama kalian berdua. Untuk yang lainnya mohon tunggu diluar ya"
"Apa pak Tomi parah Dok?" tanya Sinta dengan raut wajah penasarannya.
Sang Dokter mengangguk "Hanya Allah yang bisa menolongnya, semoga ada keajaiban."
Samudra dan Giselle masuk kedalam ICU, dia melihat sang papa berbaring lemah dengan banyak nya alat medis yang menancap di sekujur tubuhnya. Dan entah kenapa Giselle bisa meloloskan air matanya, rasa benci yang dia tanam dan dia pupuk, langsung luntur dengan sendirinya saat melihat papanya lemah tak berdaya dengan tatapan sayunya.
"S-sam-mudra"
"Iya pa ini Samudra, papa mau apa?"
"Gi-Giselle" lirihnya
Giselle mengangguk dengan mendekati brangkar sang papa.
"Giselle disini pa, papa harus sembuh,"
"M-maafin pp-pa"
"Giselle sudah maafin papa, Giselle memang sakit tapi Giselle akan memaafkan papa kalau papa sembuh."
"Pa-pa titip k-kata Ma-maaf buat Sinta, Ma-Maaf kalau papa sudah menyakiti hati kalian berdua."
Giselle mengusap air matanya dengan kasar, "Papa gak usah bilang begitu, papa sembuh dulu baru minta maaf sama mama, Giselle panggilin dokter ya, Papa harus sembuh, atau papa mau Giselle rujuk ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih bagus?"
Tomi tidak menjawab, dia menatap Samudra, "Bahagia sama pilihan mamaku ya Sam, Maaf papa gak bisa temenin kamu dan jadi saksi pernikahan kalian, Sel, maaf Samudra tidak bisa sama kamu, karena ulah papa dia darah daging papa, di......"
"PAPA!" teriak Giselle dan juga Samudra, saat Tomi mengalami kejang kejang,
Samudra langsung berlari keluar ruangan, berbeda dengan Giselle yang malah menangis dengan menggoyang goyangkan lengan Tomi.
"Pa papa kuat kan, papa gak akan tinggalin Giselle kan?"
"Ayo pa, papa pasti bisa melewati semuanya."
"Permisi kak, maaf kita harus mengecek kondisi pasien dulu."
"Kamu bisa keluar" ucap sang perawat,
Giselle mengangguk dengan berat hati, Giselle keliar dari ICU dengan air mata yang berderai.
"Sel" lirih Langit.
Giselle langsung memeluk sang kekasih dengan isak tangis "Papa Lang, papa" lirih Giselle
"Tenang ya, doakan papa gak akan kenapa napa"
Stella menatap interaksi Langit dengan Giselle dia tersenyum, bukan senang atas musibah ini. Tetapi Giselle bisa menerima semuanya, nanti kalau waktunya sudah tepat Stella akan bicara dan minta maaf sama Giselle.
Tak butuh waktu lama Dokter dan satu perawat itu keluar dengan muka lesunya.
"Maaf kami sudah berusaha sekuat tenaga kami, tapi pak Tomi tidak bisa kami selamatkan."
Jantung Giselle serasa berhenti berdetak, kakinya langsung melemas dengan tubuh yang limpung kepelukan Langit. "M-maksud Dokter?"
"Pak Tomi sudah menghembuskan nafas terakhirnya."
"Gak, ini gak mungkin Stel, papa gak mungkin ninggalin gue kan?" lirih Samudra dengan menggoyangkan lengan Stella.
"Stttt sabar, Sam, gue tau ini berat, tapi jangan lupakan mama lo juga lagi berjuang diruang operasi."
"Kenapa semua ini terjadi sama gue Stel, kenapa ujian gue harus seberat ini, gue tau mereka salah, tapi kenapa mereka harus mengalami hal seperti ini?"
"Stttt, tenang ya, kita lihat papa kamu untuk yang terakhir ikhlasin," lirih Stella dengan mengusap punggung Samudra.
Tatapannya beralih pada Sinta. Langit dan juga Giselle, "Sel yang sabar ya"
"Thanks" jawab Giselle dengan isak tangis.
"Jika ini yang terbaik gue ikhlas Tuhan, dan gue juga sudah maafin papa"
Harapan ku semoga di tempat baru,Gizelle lebih strong,Tegas dan jadi cewek yg tangguh,jangan lemah,Jangan suka ngerendahin harga diri demi cowok..☺️