NovelToon NovelToon
THE CITY

THE CITY

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Kekacauan dunia telah melanda beberapa ratus tahun yang lalu. 30 anak remaja dikumpulkan oleh pusat mereka dari lima kota yang sudah lama dibangun. Sesuatu harus segera dicari, untuk menemukan wilayah baru, nantinya bisa digunakan untuk generasi selanjutnya.

Bersama anak laki-laki muda bernama West Bromwich, dia melakukan misi tersebut. Bagaimana caranya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Anak laki-laki berdiri sendirian pada tengah-tengah ring pertandingan tanpa mengerti apa-apa, terlihat kebingungan.

Dia sudah mengalami banyak masalah serta luka-luka yang belum diobati. Sekeliling dirinya, menonton tanpa bersuara.

"Silahkan bertepuk tangan untuk teman kita!" Micha menyeru.

Setelah itu, semua anak memberi tepukan padanya—West memutar badan pelan-pelan. Dua alis hitam milik West seperti dipertemukan tegang. Begitu dengan pipinya memerah tergambar jelas.

Tentu, West sama sekali tak paham apa maksudnya.

Darah masih saja keluar melalui lubang hidung, dan punggung-punggung kepalan tangan menjadi kemerahan. 

Kantung mata West dikedip pelan, ketika Micha turun melalui tangga-tangga pada samping-samping. Berlanjut berjalan kepada anak laki-laki—sejak awal, dia berdiri menjadi pusat perhatian. 

"Kalian bertiga bisa kembali." Pinta Micha ketika dia melihat tiga orang bermasker hitam, berjongkok pada tepi-tepi ruangan. Beralih menghadap West Bromwich yang ikut menonton. 

"Selamat, West." Micha menjulurkan tangan yang dibuka.

West melihat aneh. 

Micha menarik kembali jabatan tangan yang belum dipegang dari West. "Maafkan aku, West. Aku harap kamu tidak akan marah setelah ini berakhir."

"Kutanya padamu," kata West menelan air ludah. "Kau merencanakan semua ini, sampai melibatkan mereka?" West menunjuk dengan memberi tanda memakai kepalanya. 

"Benar, West."

"Untuk apa?"

"Hampir semua anak-anak disini sangat penasaran dengan keahlianmu. Rumor tentang dirimu, mereka tidak berhenti untuk membuatku mengujimu. Melakukan tugasku untuk menilai seberapa tangguh kekuatan melempar yang dibicarakan oleh orang-orang. Semacam bahan latihan tambahan untukmu, West."

"Lalu kau menggunakan mereka?" West bertanya setelah melihat tiga orang aneh bermasker.

Micha mengangguk mengakui dengan ucapan West Bromwich.

"Siapa mereka?"

Micha robot wanita mengalihkan pandangan menuju tiga orang tadi. "Kalian bisa membuka masker sekarang." 

Satu masker digerakkan ke atas, menyusul yang lainnya. Menggeleng sedikit untuk memberi ruang bernapas, setelah sekian lama selalu tertutup oleh kain-kain hitam. Perlahan pasti dan jelas, terkuak fakta baru.

"Anak berotot?" West mengenali satu anak yang meringkuk sakit. Sementara dua lagi, West tidak mengetajui asal namanya.

"Paling depan adalah Bugh, samping kiri... Steve, dan satunya Paul. Mereka bertiga berasal dari kota Stoter. Kekuatan mereka... Bisa disamakan seperti kekuatanmu, West. Tapi kamu cukup cerdik untuk memenangkan pertarungan tadi."

Micha menunjuk masing-masing dari mereka. Wajah-wajah malu dan canggung, menyertai mereka bertiga, selama membantu mengobati anak berotot. Berbalik melihat West yang berekringat.

"Kau memberitahu Alice untuk merencakan ini semua?" West merendahkan suara.

"Kamu benar lagi, West."

"Aku tidak bisa mempercayakan kalian lagi seterusnya." West mengajukan kalimat tak pantas kepada robot perempuan yang berbicara dengannya.

Anak-anak diatas, juga memperhatikan pembicaraan mereka dibawah.

"Buktinya kamu bisa mengalahkan anak berotot tadi." 

"Tidak. Itu keberuntungan saja."

West berjalan mundur, ketika dia selesai berurusan dengan Micha. Meninggalkan semua orang yang ada dalam satu ruangan.

Termasuk Eme dan Erton menggerakkan kepala mereka seiring berjalannya West menuju lorong panjang. 

Terutama Eme, ketika kedua alis miliknya menjadi melengkuk mengendur.

Lampu-lampu pada lorong panjang, menemani West berjalan. Anak itu bisa kembali menuju lantai bulat, untuk membawanya naik ke permukaan. Kesal bercampur emosi, tertahan pada hati kecilnya.

Tentu, West sangat tidak suka bercanda, setelah yang dia hadapi sampai ke titik terakhir.

Jalannya semakin cepat, seakan memotong langkah agar sampai segera. Pada lantai bulat besi, West berdiri sendiri. Lantai bergerak setelah mengetahui adanya pengguna. Diikuti dinding-dinding disamping, seakan mengikuti untuk bergerak.

Ketika sampai pun, West tidak memberikan ekspresi menyenangkan setelah anak tadi berjalan menuju area luar dari ruangan berbentuk bulat. Pada lantai satu kosong, West menatap kosong  pada matanya.  

Lantai telah bergerak turun secara otomatis ketika West tak sadar. Menyusul yang lainnya di bawah tanah.

Satu pintu telah terbuka, memasuki anak laki-laki menuju ruangan pribadi. Menghempaskan seluruh tubuh pada kasur bersih dengan lipatan sempurna--West melihat sadar dan tidak tau siapa yang membersihkan. 

Mulut menguap setelah mengenai sprei kasur. Rambut hitam bergelombang menyentuh bantal. Kelopak mata berat, bergairah untuk bersiap tidur. Terkecuali sepatu boots belum dilepaskan. ikut dinaikkan atas kasur.

Tanpa menunggu lama, West tertidur lelap sejak tenaga yang dimiliki terkuras habis. Tertinggal suara-suara area luar, saat anak-anak lain telah kembali menuju ke permukaan--lebih tepat lantai dasar atau lantai satu.

Satu jam terlewati cepat, tiga jam seakan terpangkas begitu mudah, dan satu jam setelahnya, West terbangun sadar, akan suara bising arah luar. 

Karena West selalu mencurigai apa saja, West memutuskan untuk mengecek keadaan luar.

Baju hitam telah berganti dengan baju lainnya, begitu saja sama seperti celana panjang hitam, telah diganti dengan yang baru. Sepatu tetap sama seperti awal kedatangannya.

Setengah anak-anak remaja berdiri membuat semacam lingkaran acak. Semua mengarah kepada satu tempat, dimana satu anak sengaja memegang satu pisau tajam dengan getaran tangan yang dipegangnya. 

Mereka yang berdiri menjauhi anak aneh, sekedar berdiri memandang kepada anak pemegang pisau.

Ada yang berjalan pelan untuk memastikan kepadanya, ada juga yang panik menutup mulut karena tak percaya dengan kondisi yang semakin tidak kondusif.

Hologram muncul pada gelang milik West, ketika menonton anak tadi dari depan kamarnya. Bergambar garis-garis, sudah diketahui bahwa itu adalah Alice yang memanggilnya.  "West, tolong dengarkan baik-baik."

"Apa kau akan meminta maaf setelah kejadian tadi, huh?"

"Maaf, West. Untuk sekarang, saya harus memberikan informasi penting kepadamu." Alice menghilang, berganti menayangkan set lokasi yang sama, seperti yang dilihat West secara nyata. 

West memiringkan kepala.

"Saya baru saja mendapat pesan. Satu anak pembawa pisau, dan berusaha untuk membunuh dirinya sendiri. Tugasmu adalah menyelamatkan anak itu."

"Bagaimana kalau tidak? Seperti satu anak yang diseret paksa itu?"

"Kasus ini jauh lebih besar dari perkiraanmu, West. Saya paham bahwa hari ini kamu menunjukkan kekesalan, namun untuk sekarang... Kejadian itu sudah berlalu. Selamatkan dia atau anak itu akan membunuh dirinya." 

Alice menghilang, mengikuti layar hologram menjadi dimatikan.

"Hei, Alice! Tunggu dulu!" Bisik West menyadari.

Setelahnya, West mengusap wajah berkeringat. Menekan dirinya dengan menghentakkan pada lantai besi. "Kenapa harus lagi dan lagi!" Memejam mata dengan tekanan, dibuka lagi. 

Karena anak laki-laki yang awalnya tidak mau menerima pesan, terpaksa mematuhi suruhan Alice, setelah semua kebohongan harus dilewati oleh West.

Menarik napas lebih dalam, West bergerak ketika yang lainnya berhenti mematung. 

Digerakkan sampai ke posisi paling depan, pada ruangan tengah dan agak menjauh dari tangga-tangga maupun anak-anak remaja lain. Melangkah lebih pelan sembari menunjukkan kedua tangan kepada anak laki-laki penodong pisau.

Sedetik kemudian, West menyadari bahwa anak itu tidak memakai gelang pemberian pusat ini.

"Wow, wow, wow, turunkan pisaumu." 

"Jangan dekat!" Dia tetap menodongkan pisau. "Jangan dekat-dekat! Atau berakhir mati!"

West memundurkan langkah, seperti yang disuruh. "Aku sudah mundur. Kau letakkan pisau itu." Bernada pelan seperti menenangkan seseorang.

Anak aneh itu meringis dengan mata mengeluarkan air tangisan.

"Mereka sudah berbohong. Kita dibohongi. Aku... Kamu... Kita akan mati bersama..." Dia memejam mata, sebelum bertindak.

Lesatan pisau diarahkan menuju perut.

"JANGAN!" West berteriak, ketika anak aneh mulai menusuk perutnya sendiri.

Tanpa sadar, gelang milik anak aneh, aktif menyala.

Serangan mendadak mengeluarkan sengatan kejut listrik. Anak itu terpaksa jatuh, bersamaan pisau yang dipegangnya. Tersungkur lemas dengan mata mengerjap.

West berlari mengejar. "KAU TAK APA-APA?!" Wajah West menegang, mata terbelakak tajam, sambil memegang tubuh anak berkulit coklat agak gelap. Memastikan keadaannya. 

Sebelum anak berkulit sawo matang menutup matanya, beberapa kata dilontarkan kepada West yang ditemuinya dengan napas tersengal-sengal, "hati...hati...pusat..." Kemudian memejam mata, bibir berhenti bergerak.

Kedipan mata pada West, dikedipkan pelan. Pada badan yang ditekuk ke bawah, Eme dan Erton datang berdiri menjauh. Melihat apa yang sudah terjadi.

Begitu West  menggerakkan badannya, beberapa perawat muncul membawa semacam tandu penyelamat. "Minggir semuanya," mengangkat tubuh anak berkulit sawo matang, dan dibawa ke ruangan lain.

Tanpa ada kata-kata yang terucap pada West Bromwich, West tetaplah diam berjongkok.

Pada rambut-rambut bergerak sesuai arah angin. Udara dingin terasa di permukaan kulitnya. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!