Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Soal Perasaan
Gevan turun dari motornya setelah sampai di depan Markas mereka.
Dia melepas helm full face nya dan berjalan masuk, terlihat beberapa temannya sudah berkumpul didalam.
"Widih Pak Ketut datang nih." Goda Panji membuat semua menoleh.
Gevan menggeleng dan duduk di samping Alfar yang sedang bermain game di ponselnya.
"Tumben Neira gak Lo ajak."
"Gak mau dia."
Alfar mengangguk dan mengakhiri game nya.
"Eh guys, ada info balapan nih."
"Hadiahnya apa?"
"Hadiah 10juta, mau ikut?"
Gevan hanya diam, dia tampak malas untuk ikut dan baginya uang 10juta bukan uang yang banyak karena uang jajan dari Almer pun sudah sangat cukup apalagi bisnis yang di kerjakan oleh Gevan saat ini. Tidak banyak yang tau soal bisnis Gevan hanya beberapa orang yang dekat dengannya saja yang tau apa bisnis Gevan.
"Ge, Lo gak minat?"
Gevan menggeleng.
"Lumayan Loh 10juta."
"Ya elah cuma 10juta buat Gevan tuh gampang kali, kalian kaya gak tau Ketua kita aja."
"Oya Ge, kemarin Rose tanya gue soal Neira."
Gevan langsung mendongak, jika sudah tengang Neira Gevan pasti akan langsung respon.
"Kenapa?"
"Rose tanya soal hubungan kalian, dia bilang gak mungkin kalian biasa saja sedangkan sikap kalian aja Deket."
Gevan menautkan kedua alisnya.
"Sebenarnya gue juga berpikir sama seperti Rose, kalian kakak-adik tapi gue lihat Lo perhatian banget sama Neira."
"Itu cuma pikiran kalian."
Alfar mengangguk.
Dia tau jika Gevan akan bersikap sangat perhatian jika menyangkut orang terdekatnya.
Gevan sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Dia senang dan ingin selalu dekat dengan Neira walaupun mereka memang tinggal satu rumah tapi entahlah dia merasa sangat ingin terus bersama Neira dan membuatnya tersenyum.
Memikirkan Neira membuatnya merindu bocil nya itu.
"Loh mau kemana Ge"
"Balik."
"Astaga baru Dateng Lo."
Gevan tidak menghiraukannya ucapan teman-temannya, dia langsung memakai Helm full face nya dan melaju motornya pergi.
Sementara di rumah Neira merasa sangat bosan, dia hanya berada di kamarnya dan keluar kamar menonton film di ruang tengah.
Dia menatap jam yang masih pukul 10 pagi dan dia ingin membeli cemilan.
Apa telpon Kak Gevan aja ya, tapi gak enak dia kan lagi sama temen-temennya.
Neira menghela napas dan bersandar, namun ponselnya berdering membuatnya beranjak dan mengambilnya.
"Halo Nai."
"Kak Gevan, ya kak kenapa?"
"Lo mau nitip sesuatu?"
"Lah memang nya Kakak mau kemana?"
"Pulang, jadi sekalian gue beliin."
"Boleh Kak, Tolong beliin Cemilan ya Kak."
"Itu aja apa sama yang lain."
"Em itu aja Kak."
"Ya udah, 1jam gue sampai."
"Oke Kak, hati-hati Kak."
Neira tersenyum dan akan sabar menunggu Gevan yang sedang membeli cemilan.
Bagaimana bisa di saat dirinya ingin cemilan lantas Gevan menanyakannya sebuah keberuntungan baginya.
******
Di tempat lain telat di sebuah Supermarket Elisa sedang mengambil beberapa cemilan dan di masukkan ke dalam keranjangnya.
Bruk.!
"Eh Sorry-sorry." Ucapnya saat tidak sengaja menabrak seseorang namun senyuman langsung terukir di wajahnya saat melihat laki-laki tampan yang ternyata dia tabrak.
"Kayak nya kita pernah ketemu deh."
Gevan menautkan kedua alisnya, bahkan dia sendirian sama sekali tidak mengenal nya .
"Wait, Lo yang sering antar Neira kan?"
Gevan menatap Elisa dan baru ingat dengan wajah perempuan itu. Gevan ingat dia adalah Sahabat Neira yang telah mengkhianatinya.
"Kenalin gue Elisa, Sahabatnya Neira."
Gevan menatap tangan Elisa tanpa berniat menjawabnya, dia lantas pergi begitu saja meninggalkan Elisa yang berdiri mematung.
Gevan langsung membawa belanjaan nya ke Kasir.
Namun Elisa terus menatapnya dan tersenyum, benar-benar menarik apalagi wajah tampan Gevan membuat Elisa menginginkannya.
"Totalnya 200rb Kak."
Gevan mengangguk dan memberikan dua lembar uang berwarna merah.
"Silahkan terimakasih"
Gevan membawa dua bungkus kantong plastik keluar dan menuju motornya.
"Tunggu."
Gevan mengernyit saat kembali melihat Elisa menghampiri nya, mau apa lagi dia.
"Salam ya buat Neira, Bilang kalau gue kangen hunting bareng dia."
Brum..
Gevan menyalahkan Motornya dan meninggalkan Elisa.
Aiguu,, Ganteng banget bahkan Alex aja lewat. Gumam Elisa tersenyum.
*******
Neira menunggu Gevan yang belum sampai padahal dia bilang sebentar lagi apa Gevan lupa.
Namun terdengar suara motor membuat senyuman kembali terukir dengan semangat Neira langsung berlari keluar.
"Kakak."Ucapnya berlari mendekat.
"Gak usah Lari, jatuh nanti."
Neira terkikih dan menatap kantung plastik di tangan Gevan.
"Itu cemilan Nei?"
Gevan mengangguk dan memberikannya membuat senyuman mengembang di wajah cantik Neira.
"Makasih Kak Gevan, Sayang sekebun." Ucap Neira dengan menyilangkan jari jempol dengan telunjuk.
Dan saat ini Neira asik menimbulkan cemilan yang di belikan Gevan dengan menggoyangkan kepalanya.
Gevan hanya menggeleng dengan tingkah Neira, dia pun merebahkan kepalanya dan memejamkan matanya yang terasa mengantuk.
Semalam dia tidak bisa tidur karena terus terbayang wajah cantik Neira saat tersenyum.
Saking asiknya Neira sampai tidak sadar jika Gevan terlelap di sampingnya.
"Eh- Tidur ya." Gumam Neira saat menoleh dan melihat Gevan yang memejamkan matanya.
Neira terdiam dengan terus menatap wajah damai Gevan, sungguh sempurna ciptaan Tuhan.
Alis hitam tebal, bibir merah, hidung mancung wajah yang begitu sempurna.
Neira sampai tidak bosan memandang ketampanan Kakak tirinya.
"Ganteng banget sih kalo lagi tidur."
Neira langsung menutup mulutnya, dia merutuki ucapannya takut Gevan tidur tidur dan mendengar apa yang baru saja dia ucapkan.
"Eugh."
Gevan menautkan alisnya, dia melihat Neira yang memukul kepalanya.
"Lo kenapa?"
"Eh- Kaget Neira menoleh.
"Kenapa pukul-pukul kepala Lo."
Neira menggeleng "Gapapa"
Gevan memijat pelipisnya yang sedikit pusing mungkin karena semalam dia susah tidur dan juga baru saja salah posisi tidur.
"Gue ke kamar dulu." Ucapnya beranjak bangun dan mengusap pucuk rambut Neira.
Neira terus menatap Gevan yang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Andai saja status mereka bukan Kakak- adik mungkin Neira sudah menyukainya tapi hubungan mereka terbatas karena status mereka.
Elisa yang baru sampai di Rumahnya terus berpikir bagaimana bisa dia kenal dengan Kakak Neira.
Apa dia harus bersikap baik lagi terhadap Neira untuk bisa mendekati Kakaknya.
Dia melupakan Alex laki-laki yang sudah dia rebut dari Neira.
Neira..
Gue gak akan pernah biarin Lo terus unggul di depan gue. Gue bakal rebut apapun yang Lo punya termasuk Kakak Tiri Lo. Gue bakal rebut dia jadi milik Gue dan gue bakal tinggalin Alex. Gue udah bosan dengannya.
Elisa tersenyum dan memikirkan cara untuk bisa dekat dengan Gevan. Dia lantas mengambil ponselnya dan mengetuk sesuatu di sana.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA