Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 - Kota Manggang
Kota Manggang semakin ramai dengan banyaknya kereta kuda yang melewati jalan utama. Berbagai simbol dari keluarga bangsawan hingga kelompok petualang terpampang di badan kereta, menandakan bahwa orang-orang dari berbagai wilayah telah datang untuk satu tujuan yang sama—memperebutkan harta karun di reruntuhan kuno yang akan segera terbuka.
Keramaian di kota ini sudah terasa bahkan sebelum memasuki gerbang utama. Pedagang berteriak menawarkan dagangan mereka, para petarung berdiri di sudut-sudut jalan dengan ekspresi waspada, sementara beberapa kelompok terlihat tengah berdiskusi serius tentang strategi mereka untuk memasuki reruntuhan.
Di antara lalu lintas padat ini, sebuah kereta kuda mewah melaju dengan dikawal oleh beberapa pengawal bersenjata lengkap. Di dalamnya, Dimas, Ling Yuan, Alexa, dan Dong San duduk dengan tenang, memperhatikan pemandangan dari balik jendela kereta.
Dong San menyandarkan tombaknya di sampingnya dan menatap keluar. “Banyak sekali orang yang datang. Sepertinya reruntuhan kuno ini memang sangat menarik perhatian.”
Alexa yang duduk di sampingnya mengangguk. “Itu sudah pasti. Jika ada peninggalan kuno, bukan hanya sekadar harta yang bisa ditemukan, tapi juga teknik-teknik langka atau bahkan artefak berkekuatan besar.”
Dimas yang duduk di seberang mereka tetap diam, hanya mengamati keadaan kota dengan tenang. Sementara itu, Ling Yuan membuka sedikit tirai jendela dan melihat ke arah para petarung yang berkumpul di salah satu sudut jalan.
“Kita langsung cari penginapan dulu?” tanya Ling Yuan.
Dimas mengangguk. “Ya, kita butuh tempat untuk istirahat sebelum memasuki reruntuhan dua hari lagi.”
Kereta kuda mereka akhirnya berhenti di depan sebuah penginapan besar dan megah di pusat kota. Bangunannya tampak kokoh dengan desain yang menunjukkan bahwa tempat ini bukan sekadar penginapan biasa, melainkan tempat peristirahatan bagi orang-orang penting dan petarung kelas atas.
Beberapa pelayan segera menghampiri untuk membantu menurunkan barang, sementara pengawal mereka tetap berjaga di sekitar. Dimas dan kelompoknya turun dari kereta dan langsung menuju meja resepsionis.
Seorang wanita muda yang bertugas di sana segera menyambut mereka dengan sopan. “Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”
Ling Yuan melangkah maju. “Kami ingin menyewa kamar untuk beberapa hari.”
Wanita itu tersenyum dan mulai mencatat. Namun, sebelum transaksi selesai, suasana tiba-tiba berubah saat sekelompok orang masuk dengan langkah arogan.
Di depan mereka, seorang pemuda dengan pakaian mewah berjalan dengan ekspresi sombong. Di belakangnya, beberapa pengawal berdiri dengan sikap tegas. Di jubah mereka terdapat lambang Keluarga Ye dari Negeri Timur.
Pemuda itu—Ye Chen—melangkah ke depan dan menatap resepsionis. “Kami ingin menyewa semua kamar yang tersisa.”
Wanita itu tampak ragu dan melirik ke arah Dimas serta kelompoknya sebelum menjawab, “Maaf, Tuan Muda Ye, tetapi kamar terakhir baru saja dipesan oleh mereka.”
Ye Chen menoleh ke arah mereka dengan ekspresi meremehkan. “Berapa yang kalian bayar? Aku bayar lima kali lipat dari harga itu. Serahkan kamar kalian.”
Dong San yang berdiri di samping langsung menggeram. “Kami sudah memesan duluan. Cari tempat lain.”
Ye Chen tertawa kecil, lalu menatap Alexa dan Ling Yuan dengan penuh ketertarikan. “Bagaimana kalau aku buat tawaran yang lebih menarik? Aku beri kalian 100 koin emas, tinggalkan penginapan ini, dan serahkan dua wanita itu padaku.”
Suasana mendadak tegang.
Alexa dan Ling Yuan menatapnya dengan dingin, sementara Dong San langsung meraih tombaknya dengan ekspresi penuh amarah. “Kurang ajar!”
Tanpa pikir panjang, Dong San mengangkat tombaknya dan menusuk ke arah wajah Ye Chen.
Namun, tepat sebelum ujung tombak itu mengenai Ye Chen, sesuatu menghentikannya.
Seorang pria tua tiba-tiba muncul dan menahan tombak Dong San hanya dengan dua jari.
Dong San terkejut. Tekanan yang terpancar dari pria tua ini begitu kuat, jauh melampaui keluarga Wu yang pernah dihancurkan oleh Dimas.
Pria tua itu berdiri tegak dengan tatapan dingin. Dengan satu gerakan kecil, ia mendorong tombak itu ke belakang, membuat Dong San terdorong beberapa langkah ke belakang.
Tanpa banyak bicara, pria tua itu mulai melepaskan auranya.
Tekanan yang muncul begitu dahsyat. Udara di dalam penginapan seketika menjadi berat, membuat banyak orang yang ada di sana merasa sesak. Beberapa langsung jatuh berlutut, sementara resepsionis yang tadi berdiri tegak langsung pingsan di tempat.
Banyak tamu yang ingin melarikan diri, tetapi kaki mereka gemetar, sulit untuk bergerak.
Alexa, Ling Yuan, dan Dong San merasakan tubuh mereka tertahan oleh kekuatan luar biasa. Namun, di tengah semua itu, Dimas tetap berdiri tanpa bergeming.
Dengan tenang, Dimas melepaskan auranya sendiri.
Dalam sekejap, aura naga menyelimuti ruangan, menekan aura pria tua itu hingga benar-benar menghilang.
Pria tua itu terkejut. Ia tidak menduga bahwa seorang pemuda bisa menekan auranya dengan begitu mudah.
Matanya menyipit, menatap Dimas dengan lebih serius. “Siapa kau…?” gumamnya pelan.
Dimas tidak menjawab. Ia hanya menatap pria tua itu dengan dingin, lalu berkata dengan suara rendah, tetapi penuh ancaman, “Jangan datang dan menggangguku lagi.”
Seiring kata-kata itu diucapkan, Dimas meningkatkan tekanannya, kali ini hanya terfokus pada pria tua itu.
Pria tua itu merasakan tubuhnya semakin sulit digerakkan. Keringat dingin mulai mengalir di dahinya.
Dia akhirnya sadar.
Pemuda ini… bukan orang biasa.
Dengan susah payah, pria tua itu akhirnya mengangguk dan berkata pelan, “Kami akan pergi.”
Ia berbalik, lalu menarik Ye Chen yang masih terdiam. Mereka berdua meninggalkan penginapan tanpa berkata apa-apa lagi.
Begitu mereka pergi, suasana di dalam penginapan masih terasa mencekam. Beberapa orang mulai sadar dan perlahan bangkit dari lantai.
Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang, Dimas kembali ke meja resepsionis, yang baru saja sadar dari pingsannya. “Bisakah kita melanjutkan transaksi?” tanyanya santai.
Wanita itu buru-buru mengangguk dan dengan tangan gemetar mencatat kembali pesanan mereka.
Setelah beberapa saat, semuanya selesai, dan mereka mendapatkan kamar untuk menginap.
Malam itu, mereka akhirnya bisa beristirahat di penginapan, menunggu dua hari lagi sebelum petualangan di reruntuhan kuno dimulai.