NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Anin

Perjalanan Hidup Anin

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Dosen / Tamat
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: ummunafi

Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

"Anin gimana soal hubungan kita?" tanya Gilang membuat Anin menghentikan kegiatan makannya. Matanya menatap ke arah Gilang.

"Emmm Anin minta maaf ya mas atas sikap Anin kemaren. Anin nggak mau dengerin penjelasan mas dulu."

"Iya nggak papa. Kamu harus bisa percaya sama mas, mas sudah janji sama mama kamu."

"Iya mas.."

"ya sudah lanjutin gih makannya, setelah ini aku mau ngajakin kamu jalan."

Setelah selesai makan, Gilang membawa Anin jalan-jalan. Mereka menghabiskan waktu mereka. Saat asyik-asyiknya main, tiba-tiba ponsel Anin berdering. Ia segera merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.

"Mama telpon mas, aku angkat dulu ya." ucap Anin dan hanya dibalas anggukan oleh Gilang.

"Halo ma.."

"Halo Anin. Kamu dimana sayang. Kok jam segini belum pulang?"

"Maaf ma, Anin lagi pergi tadi bareng mas Gilang."

"Ya sudah kalian pulang ya."

"Iya ma.."

"Kenapa sayang?" tanya Gilang saat mengetahui Anin sudah mengakhiri panggilannya.

"Mama suruh balik."

"Ya sudah kita pulang yuk."

"Oh ya mas, kemaren mama sempat bilang. Katanya mama pengen bicara sama mas."

"Soal apa?"

"Soal pelaku itu mas."

"Ya sudahlah, mungkin sudah waktunya mama tahu."

Kini keduanya sudah tiba di rumah Anin, mama yang mendengar suara deru mobil di halaman rumahnya segera keluar. Disambutnya putri kesayangannya itu.

"Kamu nggak singgaj dulu Gilang?" tanya mama

"Nggak usah ma. Besok Gilang kesini juga kan?"

"ahh iya mama sampai lupa. Ya sudah kamu hati-hati di jalan."

Setelah berpamitan, Gilang langsung mencapkan mobilnya menuju rumahnya. Tiba dirumah, ia langsung ke kamarnya, hari ini sangat melelahkan. Besok ia harus kembali ke rumah Anin.

*****

Pagi-pagi sekali Gilang sudah bersiap. Ia mengenakan pakaian santainya, kali ini ia mengendarai motornya saja. Disepanjang perjalanan jalanan yang dilalui cukup ramai, banyak masyarakat yang tengah melakukan aktifitas dipagi hari, ada yang lari pagi, ada yang lagi beresin taman di depan rumahnya, hanya Gilang saja yang kegiatan paginya cukup aneh, ngapelin pacar hihihi.

Akhirnya Gilang tiba di sebuah rumah minimalis, dengan bentukan rumah bertingkat 2. Tampak dari balkon rumah itu sosok gadis yang sedang menikmati suasana pagi.

"Hay pacar..." teriak Gilang dari arah bawah membuat Anin yang sedang menikmati angin tersentak kaget.

"Eh mas.." ucap Anin dan segera turun menyusul Gilang

Tak lama Anin segera menyusul Gilang di bawah, sementara mama Anin yang sudah diberitahu oleh putrinya bahwa Gilang sudah datang segera menghentikan aktifitasnya di dapur.

"Duduk kamu..!" ucap Mama saat melihat Gilang ada didekatnya

"Ma jangan galak-galak dong." bisik Anin

"Anin kamu juga duduk."

"Kalian ini belum apa-apa sudah berani menutupi sesuatu dibelakang mama."

Nah kan Gilang kema semprot juga kamu...

"Emmm anu ma bukan mau nutupi tapi informasi dari polisi belum jelas."

"Tapi kata Anin kamu sudah ada informasi?"

"Kalau itu iya memang benar ma."

"Nah terus kenapa kamu tidak cerita sama mama? Kan yang korban disini mama."

"Ma...udah dong. Dengerin dulu penjelasan mas gilang."

"Ya sudah sekarang cerita."

"Jadi ma waktu itu informasi yang pertama kali Gilang tahu nama pelakunya itu..." Ucap Gilang namun ia menjeda omongannya.

Dibenaknya ia takut jika Yusuf yang dimaksud oleh pak polisi itu papa Anin sendiri. Maka itu alasannya Gilang lebih baik diam tak memberitahu mama Anin.

"Siapa pelakunya?" ucap Mama Anin

"Yusuf ma.."

"Yusuf??? Apa jangan-jangan??..

"Ma tenang dulu ya ma.. Kita juga tidak bisa langsung menuduh papa yang melakukan ini semua. Mungkin saja yang dimaksud pak polisi yusuf lain." kali ini Anin yang berbicara.

"Tidak Anin. Mama tidak salah, ini sudah pasti papa kamu. Terus kelanjutannya gimana lang?"

"Emm kata polisi pelaku kabur ma."

Mama Anin syok mengetahui kebenaran itu, bukan hanya mamanya saja, anin juga ikut syok atas informasi itu..

"Ma, anin boleh nanya sesuatu sama mama?" ucap Anin dan sang mama hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

"Waktu itu papa kesini, dia bilang apa sama mama?"

"ma jawab yang jujur ya, Anin cuma takut ada kata-kata mama yang membuat papa nekat berbuat kek gini sama mama."

"Papa meminta untuk membawa kamu Anin. Dan sudah jelas mama tidak akan mau."

"Berarti papa kamu memang sengaja melakukan kecelakaan itu biar mama kamu meninggal, dan kamu ikut sama dia." kali ini Gilang ikut menyimpulkan.

"Mama tenang dulu ya, polisi sudah mengarahkan kepolisian tempat papa Anin sembunyi. Nanti kalau ada informasi Gilang langsung beritahu mama. Sekarang mama istirahat saja ya."

"Iya nak Gilang, terimakasih ya nak. Ya sudah mama tinggal ke kamar dulu."

Setelah mama Anin sudah menghilang dari pandangan keduanya. Kini Gilang dan Anin saling terdiam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Emm Anin kalau gitu mas pulang ya." ucap Gilang tiba-tiba

"I-iya mas. Mas hati-hati." ucap Anin

setelah mengantar Gilang di depan pagar, Anin melangkah masuk dan langsung menuju ke kamarnya.

Saat ia akan ke kamarnya, ia melewati kamar mamanya. Samar-samar ia mendengar suara mamanya. Dengan rasa penasaran yang menggebu, Anin mencoba mendengar dibalik pintu.

"Kenapa kamu masih tega menyakiti aku dan putri kamu mas. Kamu jahat. Kita seharusnya sama-sama mendidik dan menjaga putri kita. Tapi kamu menungguku celaka dan mati dulu."

Anin yang mendengar dari balik pintu tak terasa tetes demi tetes air matanya keluar. Ia paham betul bagaimana sikap papanya terhadap mamanya. Seharusnya seorang laki-laki yang sudah menikah bisa membina keluarganya, mendidik istri dan anak-anaknya. Tapi berbeda halnya dengan papa Anin.

Itu juga yang menjadi alasan kenapa mamanya menolak menambah anak. Karena kelakuan papa Anin yang diluar dugaan.

Tak ingin ketahuan oleh mamanya, anin segera meneruskan langkahnya menuju kamarnya. Di kamar ini, ia menumpahkan semua keluh kesahnya. Biar bagaimanapun, Anin juga merasakan trauma mendalam. Disaat teman-temannya yang lain, mempunyai papa dan mama yang sayang sama anaknya. Berbeda dengan Anin, dia harus lahir sebagai anak broken home.

"Jika boleh memilih, tentu saja aku tidak ingin lahir dari keluarga yang berantakan seperti ini. Namun, aku selalu percaya dengan rencana-Nya atas hidup yang kujalani saat ini. Tentang papa yang menciptakan luka untukku, aku mencintainya sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Tak ada alasan untuk membencinya, meski luka yang selalu kudapatkan." lirih Anin disela isak tangisnya.

Terlalu larut dalam kesedihan, membuat Anin lelah hingga akhirnya ia memilih memejamkan mata sejenak. setidaknya dengan ini pikirannya bisa lebih baik.

"Ayo semangat Anin." lirih Anin lagi sebelum benar-benar tertidur.

1
Yulia Aziz
semangat kak author ceritanya bagus loh....
ummunafi: Makasih sudah mampir di cerita aku kak😊
total 1 replies
awita_llu
Nah, ini baru kualitas cerita yang oke!
Rowan
Baca cerita ini kayak masuk ke dalam dunia lain, seru deh!
TheNihilist
Pokoknya 10 of 10 banget deh, mantap author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!