Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyerah lah
Sesampainya Anwar di rumah sakit. Dan bertanya pada suster keberadaan Vina. Ternyata sudah pulang. Padahal suster sudah melarang Vina supaya dirawat satu malam agar keadaannya membaik. Tetapi, Vina memaksa untuk pulang.
"Apa Ayah kalian sudah pulang? Semoga saja belum" kata Vina sama anak-anaknya.
" Kalian tidak memberitahu Ayah kan kalo Bunda ke rumah sakit?" khawatir Vina. Sebab, dulu pernah dia keluar rumah tanpa memberi tahu suaminya. Pas, Anwar pulang Vina-nya nggak ada. Ditampar dan dituduh kelayapan, tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Padahal Vina hanya ke apotik untuk membeli obat nyeri haid.
"Tadi, adik udah coba nelpon Ayah. Tetapi nggak di angkat Bun." jawab Saka.k
"Kenapa Bunda nggak dirawat saja sih? Kata dokter tekanan darah bunda kurang" gumam Adit. Setelah memastikan Bundanya berbaring dengan nyaman.
"Iya, Bun. Nanti kalo Ayah marah-marah biar kami yang hadapin." sahut Saka.
"Bun, Adik mau ngomong sesuatu. Adik sakit melihat Bunda terluka. Pliss Bun, sudahi lah pernikahan yang nggak sehat ini. Bunda berhak bahagia. Menyerah lah." lirih Saka.
"Jika, Bunda bertahan hanya untuk kami berdua. Lebih baik kami putus sekolah. Kami hanya ingin Bunda lepas dari Ayah. Mau ya Bun." Sambung Saka lagi.
"Nak, kalian taukan? Dulu, seberapa cintanya Ayah kalian sama Bunda? Bahkan dia, rela menentang Ibunya agar Bunda tidak tinggal satu rumah sama Nenek." Imbuh Vina.
"Bagaimana takutnya Ayah kalian saat melihat Bunda keguguran entah yang ke berapa kalinya. Sampai-sampai Bunda dilarang hamil lagi sama Ayahmu." lanjut Vina.
"Kalian ingat? Bagaimana cintanya Ayah kalian pada Bunda. Sampai-sampai Ayah menyewa jasa Bu Darmi untuk membantu Bunda ngerawat kalian?"
"Kalian tau? Bunda masih mencintai Ayahmu. Dia melakukan perbuatan keji ini baru 3 tahun. Tapi Bunda merasakan cintanya selama 15 tahun. Jadi, biarkan Bunda bertahan dan berharap agar bisa mendapatkan lagi cintanya." terang Vina.
"Kalian, istirahatlah. Abang untuk malam ini. Tidur di sini saja. jangan balik ke tempat kost." tegas Vina.
Tak lama kemudian, Anwar sampai kerumah. Dia yang kebawa emosi langsung masuk ke kamar tanpa tau kalau anak-anaknya menginap di rumah untuk malam ini.
"Kenapa kamu nggak nelpon aku kalau ke rumah sakit hah" bentak Anwar. Vina yang tertidur terkejut dengan kehadiran suaminya. Karena tadi kata Saka bahwa suaminya tidak menjawab telponnya Saka.
"Maaf, tolong jangan marah. Anak-anak ada disini." bisik Vina.
"Kamu itu, sudah keterlaluan tau nggak. Berapa kali aku harus ngomong. Jangan pernah keluar rumah kalau nggak sama saya. Kamu sengaja ya. Mau mempermalukan suami kamu sama tetangga-tetangga disini. Biar semua orang tau kalau aku menyiksa kamu. Iya?" tuduh Anwar. Sambil mencengkeram lengan Vina, tanpa perduli apa yang dikatakan Vina.
"Mas, sudah. Ada anak-anak." potong Vina.
"Mana anak-anak hah? Kenapa juga mereka gak ada yang memberitahuku? Kamu sengaja kan ngelarang mereka?" Tuduhnya Lagi.
Anwar melepaskan tangan Vina, saat mendengar ketukan dari pintu kamarnya.
"Bunda, bukain pintunya. Ayah jangan apa-apakan Bunda." khawatir Adit.
Tadi saat Saka, mau ke dapur ngambil minum. Dia mendengar suara Ayahnya dikamar. Jadi, buru-buru Saka memangil Adit.
"Bunda nggak apa-apa nak, kalian tidurlah." sahut Vina.
"Bunda, bukain pintunya. Adik mau masuk." teriak Saka.
Anwar, membukakan pintu kamar. Adit dan Saka langsung berlari menuju tempat Vina berada. Tanpa memperdulikan Anwar.
"Bunda nggak apa-apa?" tanya mereka berdua.
"Bunda, gak apa-apa. Jadi, kalian keluarlah. Bunda dan Ayah mau istirahat." tegas Vina.
Anwar jengah melihat obrolan mereka.
"sudah, kalian keluarlah." perintah Anwar, menunjuk pintu kamar.
"Untuk malam ini, kami berdua tidur sama Bunda." tegas Adit
"Iya, adik juga rindu sama Bunda, jadi mau tidur sama Bunda." lanjut Saka.
"Kalian berdua cepat keluar. Atau?" teriak Anwar.
"Atau apa?" potong Adit.
"Mau mukul*n kami? Atau mau ngusir kami lagi? Maaf ya Pak Anwar yang terhormat. Kami disini untuk menjaga Bunda. Jika aku melihat Ayah dengan sengaja memuk*li Bunda lagi. Aku nggak segan-segan melapor Ayah ke kantor polisi." tegas Adit lantang.
"Mungkin, selama ini Bunda mau aja Ayah bodohin, tapi tidak dengan kami." kata Adit.
Anwar meradang mendengar kata-kata Adit, dia yang kebawa emosi menampar Adit.
"Kamu, sudah keterlaluan. Ini yang diajarkan sama Bunda mu? sia-sia saja selama ini aku membesarkan kamu. Besarnya malah jadi beban orang tua." tunjuk Anwar.
"Mulai besok, kamu nggak akan pernah mendapatkan uang dari Aku. Dan besok, aku mau kunci motormu ada sama aku." tegas Anwar.
"Mas cukup, jangan pernah kamu siksa anakku lagi. Aku sudah menahan ratusan kali tamparan mu. Tapi, jika kamu berani memuk*l anakku lagi. Maka, aku pun akan melaporkanmu. Dan, asal kamu tau. Semua bukti kelakuanmu ada sama aku. Atau aku yang melaporkan pada atasanmu." ancam Vina. Sambil memeluk Adit.
"Ayah, kembalilah seperti dulu. Jadilah Ayah yang melindungi kami. Bukan malah menyakiti kami." ucap Saka.
Anwar yang mendengar kata-kata Saka terdiam, dan dia langsung mengambil kunci mobil di atas meja rias dan berlalu pergi meninggalkan rumah.
"Bunda, Abang dan Adik mohon. Bunda tinggalkanlah Ayah. Menyerah lah, Bunda" lirih Adit.
"Biar kami yang menjaga Bunda, dan merawat Bunda." ucap Saka.
Vina, enggan menanggapi ucapan anak-anaknya.
"Kalian istirahatlah, Bunda mau sendiri. Terimakasih karena melindungi Bunda" kata Vina, sambil menarik selimut.
Adit dan Saka meninggalkan keluar dari kamar Bundanya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bro, kenapa kok kusut amat" Tanya Boy. Temen tongkrongannya Anwar.
"Biasa, pasti masalah sam bininya." sahut temennya yang lain bernama Ilham.
"Istri zaman sekarang kalo nggak di beri pelajaran memang kebanyakan kurang ajar. Sukanya ngelawan dan cerewet. Aku kalo di rumah pikiran mumet. Nggak sempet istirahatnya. Udah tau kita capek kerja, pas nyampe rumah malah di suruh bantu jagain anak." kata Boy.
"Bener tuh. Makanya aku betah berjam-jam kalau disini. Apalagi pelayan disini cantik-cantik. Bisalah kita cuci mata sekali-kali." ucap Ilham.
Mereka sekarang ada di kafe, yang buka sampai jam 4 subuh. Kafe tersebut, mempekerjakan para wanita hanya sampai jam 11 malam. Terus diganti sama laki-laki sampai jam 4 subuh.
Saat mereka lagi asyik mengobrol, mata Anwar menatap perempuan yang tak asing. Dia adalah Nadin. Anwar menatap lama perempuan yang pernah mengisi hatinya. Sampai-sampai temennya pun mengikuti arah pandang Anwar.
Hati Anwar berdenyut, dimatanya Nadin makin cantik. Bahkan lebih cantik dari istrinya Vina. Padahal Vina jauh lebih cantik. Cuma kecantikannya tertutupi dengan adanya bekas luka dari perbuatannya.