Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Rahmat dan juga Asih begitu kaget dengan kedatangan Mirna, terlebih lagi dengan Rahmat, pria itu dengan cepat bangun dan sedikit menjauh dari Asih.
''Sayang, ka-- kamu kenapa di sini?" tanya Rahmat gugup.
Mirna yang merasa begitu kesal langsung menghampiri Rahmat, dia langsung mencengkram kerah kemeja yang pria itu pakai.
"Bagus ya! Kamu bilang aku itu hanya penggoda, kamu bilang aku yang terus merayu kamu sampai kamu khilaf bisa melakukan semuanya dengan aku. Mau kamu apa, hah?"
Rahmat nampak meringis mendengar pertanyaan dari Mirna, sedangkan Asih tertawa kecil melihat hal itu. Dia merasa lucu dengan apa yang saat ini dia lihat.
Tadi Rahmat begitu gigih meyakinkan dirinya, bahkan pria itu berlutut untuk mengajak dirinya kembali berhubungan dengan pria itu. Namun, kini pria itu sudah seperti kucing yang tersiram air.
"Kamu salah dengar, Sayang. Aku tak bilang apa-apa, kalau gak percaya, Kamu tanya aja sama Asih."
Mirna kesal bukan main mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, karena dia bisa mendengar sendiri apa yang tadi dikatakan oleh pria itu kepada Asih.
Wanita itu bisa mendengar saat Asih berkali-kali menolak ajakan Rahmat, tetapi walaupun seperti itu tetap saja Mirna merasa benci sekali dengan Asih yang mampu membuat Rahmat terpesona kembali.
"Dasar pria brengsek! Tadi aku dengar sendiri kamu sedang mengemis kepada perempuan itu," ujar Mirna sambil menunjuk Asih.
Rahmat merasa tidak terima dikatakan sebagai pria brengsek, dia mendorong bahu istrinya sampai wanita itu mundur beberapa langkah.
"Nggak usah ngomong ngotot kayak gitu, pada kenyataannya dulu memang kamu yang pertama kali deketin aku."
Mirna tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, wanita itu kembali menghampiri Rahmat dan berkata.
"Ya, aku yang lebih dulu menggoda kamu. Tapi, saat itu kamu begitu terbuai dan terpesona. Sampai-sampai mengajak aku untuk berpeluh do atas ranjang, ingat itu, Rahmat!" ujar Mirna sambil menunjuk-nunjuk dada Rahmat.
"Mana ada aku yang ngajakin kamu duluan, ada juga kamu yang ngajakin aku untuk naik keranjang kamu."
Keduanya berdebat dengan sengit, keduanya saling menyalahkan. Asih merasa pusing sekali kepalanya, ini adalah saatnya dia untuk istirahat, bukan untuk menyaksikan perdebatan kedua orang yang ada di hadapannya itu.
"Ehm! Maaf, bulan niat saya mengusir kalian. Saya hanya diberikan waktu satu jam lebih untuk istirahat, kalian sudah mengganggu waktuku lebih dari setengah jam. Kalau kalian mau berantem silakan di luar, bawa golok sekalian biar saling membunuh dan saling menggorok."
Asih lalu mendorong punggung Rahmat agar segera pergi dari sana, setelah itu dia juga mendorong Mirna agar segera keluar dari dalam ruangan itu.
Lalu, tanpa ragu Asih menutup pintu itu. Dia juga mengunci pintunya dari dalam, Rahmat dan juga Mirna sampai kaget dibuatnya.
"Kenapa dia malah mengusir kita? Padahal kita loh yang punya hajat?" ujar Rahmat penuh tanya.
"Iya bener, kata-katanya juga nyakitin banget. Songong dia itu!" timpal Mirna.
Rahmat memang kesal terhadap Asih yang sudah mengusir dirinya, tetapi entah kenapa dia juga merasa kesel terhadap Mirna yang mengatakan masih merupakan wanita yang songong.
"Kamu tuh istri yang kurang ajar, bisa-bisanya tadi kamu mempermalukan aku di hadapan wanita lain."
"Hah? Nggak salah? Yang ada itu kamu yang kurang ajar, bisa-bisanya memperlakukan istri dengan tidak baik di hadapan wanita lain. Kamu malah terlihat ingin kembali kepadanya, kamu masih cinta sama dia hah?"
"Mana ada kaya gitu! Aku tuh tadi cuma diminta nganterin makanan doang sama minuman," sangkal Rahmat.
"Cih! Awas saja kalau kamu berani mengajak mbak Asih untuk balikan, aku pastikan kamu akan sengsara."
"Jangan ancam aku terus, Mirna. Kamu akan aku ceraikan sekalian kalau terus mengancam aku," ujar Rahmat kadung kesal.
"Cih! Coba saja kalau kamu berani menceraikan aku, aku akan membuka aib kamu di masa lalu. Aku pastikan kamu akan hancur jika berani menceraikan aku," ujar Mirna.
"Aib? Aib apa?" tanya Rahmat bingung.
Selama ini dia tidak pernah menceritakan aibnya kepada siapa pun, hal tercela yang merupakan aib bagi dirinya itu sudah dia kubur dalam-dalam.
Kejadian yang tidak mengenakkan ketika dia sedang duduk di bangku SMA itu tak ada yang mengetahui, hanya ada beberapa orang terdekat saja dan itu pun sudah disogok dengan uang.
Tak ada yang berani mengatakan hal tersebut, tak ada yang berani mengungkapkan kebobrokannya di masa lalu.
"Apa kamu lupa dengan Heni, Rahmat?"
Mirna berbicara sambil menyeringai, dia bahkan mengusap-usap gak ada pria itu sambil menatap lekat mata Rahmat.
"Heni? Heni mana?"
Mirna semakin menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, wanita itu semakin mendekatkan diri ke arah suaminya itu. Lalu, dia berbisik tepat di telinga suaminya.
"Dulu kamu pernah berpacaran dengan Heni, dia hamil dan kamu malah mengajaknya untuk menggugurkan kandungannya. Lalu, wanita itu mati saat sedang menggugurkan kandungannya."
Rahmat begitu syok mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna, pria itu sampai terdiam dengan matanya yang melotot. Mirna tertawa kecil melihat reaksi dari Rahmat. Lalu, wanita itu kembali berbisik di telinga suaminya.
"Perlu kamu tahu, Rahmat. Aku adalah sahabatnya Heni, dulu aku mendekati kamu karena ingin membalas dendam. Namun, setelah aku pikir-pikir lebih baik aku memanfaatkan kamu dan juga kekayaan kamu."
Awalnya Mirna mendekati Rahmat karena ingin membalaskan dendam sahabatnya, tetapi setelah mendapatkan perlakuan manis dari Rahmat, apalagi mendapatkan sogokan uang yang begitu banyak dari Rahmat, pikiran Mirna berubah.
Dia terobsesi untuk mendapatkan pria itu dengan cepat, dia ingin merebut Rahmat dari Asih dengan cara yang singkat. Jika Mirna menjadi istri dari Rahmat, dia yakin akan mendapatkan harta yang banyak.
Terlebih lagi kedua orang tua Rahmat merupakan orang terkaya di kampung mereka, warisan pria itu sangat banyak. Mirna merasa akan menjadi wanita yang kaya raya di usianya yang begitu muda.
"Brengsek!" pekik Rahmat sambil mencengkram leher Mirna.
Bukannya kesakitan, justru Mirna malah tertawa mendapatkan perlakuan seperti itu dari suaminya tersebut.
"Terus cekik aku, Sayang. Setelah ini aib kamu akan terbongkar semua, hidup kamu akan hancur. Aku punya semua bukti tentang keburukan kamu di masa lalu," ujar Mirna dengan wajahnya yang sudah memerah menahan rasa sakit.
"Sialan!" pekik Rahmat sambil melepaskan cekikan di leher istrinya, lalu pria itu pergi dengan hati yang dongkol.
"Mau macam-macam dengan aku? Oh, tidak bisa, Rahmat!" ujar Mirna penuh percaya diri.
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...