Uncle Arthur, Kau Nakal Sekali

...“Karena kau pergi bersama Smith! Dan kau tahu, Smith itu sudah lama mengincarmu!” — Arthur Franklin...

Empat tahun yang lalu.

“Lyodra, ikut aku makan malam.”

Lyodra Miller. Seorang wanita yang berusia 25 tahun dengan perawakan tinggi 168 sentimeter dan memiliki tubuh yang terbilang ramping namun berbentuk. Pria manapun jika melihatnya, pasti akan tertarik. Bukan karena kecantikannya, tapi karena bentuk tubuh idealnya yang membuat pria hidung belang tertarik.

“Tapi, ini ‘kan sudah jam pulang kerja?”

Wanita dengan paras wajah yang biasa-biasa saja, ia terlihat sedang terpaku saat mendengarkan perintah Smith, atasannya saat di kantor. Ia yang semula berbenah-benah karena ingin segera pulang menemui Arthur, wajahnya terlihat murung.

“Ada client baru yang harus kita temui. Tapi kali ini kau harus ikut, karena aku akan menyerahkan project ini padamu,” jelas Smith sambil membetulkan jasnya dan berjalan mendekat ke arah meja kerja Lyodra.

Pria bermata hijau dengan tinggi 188 sentimeter itu menatap lekat ke arah mata Lyodra. “Kalau kau berhasil membuat client ini kerjasama dengan kita, aku akan menaikkan jabatanmu.”

“Aku? Menduduki posisi manager di usia 25 tahun?” tanya Lyodra dengan mata yang berbinar-binar. Pasalnya tawaran ini cukup menggiurkan dan tentu saja Lyodra tak akan mensia-siakan kesempatan ini.

“Okay. Baiklah.”

Karena setuju dengan tawaran Smith, Lyodra pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti acara makan malam dengan client yang dikatakan oleh pria itu. Keduanya melaju ke sebuah restoran mewah yang ada di tengah kota menggunakan sebuah sedan mewah Rolls Royce Phantom Stretch Limousine.

Setibanya di restoran tersebut, Lyodra pun duduk di kursi yang Smith sediakan untuknya. Kemudian, ia duduk dengan tenang menunggu client yang dikatakan oleh Smith.

Ting!

^^^“Kau di mana? Aku akan segera menjemputmu.”^^^

Lyodra menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa malam itu ia ada janji dengan Arthur untuk pergi dinner. Karena hari ini adalah perayaan ke tujuh tahun hubungannya dengan Arthur.

“Aku di Restoran La Belle Époque.”

^^^“Bagaimana kau tahu aku sudah memesan satu meja di sana untuk kita berdua?”^^^

“What? Di Restoran La Belle Époque?” gumam Lyodra terkejut dengan suara yang perlahan. Matanya membulat menatap layar ponsel.

“Ada apa, Lyodra?” tanya Smith penasaran. Pria tampan namun hidung belang itu terlihat melirik sekilas ke arah ponsel yang ada di tangan Lyodra. Dari tatap matanya, ia terlihat terusik karena Lyodra sibuk dengan benda pipih itu. Terlebih lagi benda itu terus menerus bergetar tanpa henti.

“Oh. Maaf, sepertinya aku harus menghubungi seseorang sebentar,” ucap Lyodra sambil tersenyum kikuk. Kemudian ia pun bangkit dan keluar dari restoran.

Saat berada di depan restoran, Lyodra bergegas menghubungi Arthur yang sejak tadi terus menerus menghubunginya.

^^^“Honey, aku sudah dekat dengan kantor—”^^^

“Arthur. Maaf karena aku lupa dengan janji kita malam ini. Bisakah kita mereschedulenya kembali?”

^^^“Apa maksudmu? Ini perayaan anniversary kita.”^^^

“Malam ini aku dan Smith harus bertemu client di La Belle Époque. Kalau aku berhasil membuat client ini kerjasama denganku, aku akan segera naik jabatan. Kau bayangkan Arthur, di usiaku yang masih 25 tahun, aku bisa menjabat posisi manager di perusahaan besar!”

Lyodra menjelaskan pada Arthur apa yang tadinya Smith katakan padanya. Ia terdengar antusias dan sangat menggebu-gebu saat menjelaskan pada Arthur bahwa ia bisa menduduki posisi manager di usianya yang masih muda.

^^^“Lyodra. Berapa kali sudah ku katakan. Kau bekerja saja di perusahaanku dan aku akan memberikanmu posisi itu.”^^^

^^^“Mungkin perusahaanku belum sebesar itu. Tapi kau tak perlu sampai pergi makan malam menemui client di luar jam kerja.”^^^

^^^“Kau tahu, aku tak pernah percaya dengan makan malam bersama client. Itu hanya—”^^^

“Kau tak mengerti Arthur. Ini bukan makan malam biasa.”

^^^“Tentu saja aku tahu ini bukan makan malam biasa.”^^^

^^^“Karena kau pergi bersama Smith! Dan kau tahu, Smith itu sudah lama mengincarmu!”^^^

“Arthur … seharusnya kau lebih profesional. Tapi … haaa. Sudahlah. Nanti kita bicarakan lagi.”

Lyodra mematikan ponselnya tanpa membiarkan Arthur berbicara. Dan tentu saja ia terlihat sangat kesal karena ucapan Arthur. Pria itu tak mengerti bagaimana ia sangat ingin menduduki sebuah posisi dengan jerih payahnya sendiri. Bukan karena bantuan seseorang.

Lyodra kembali ke dalam restoran dan duduk di kursi yang ada di sebrang Smith. “Maaf.”

“It’s okay,” ucap Smith sambil tersenyum. Kemudian matanya melirik ke arah sebuah gelas yang berisi anggur merah di dalamnya. “Minumlah. Sepertinya kau haus.”

Karena kesal mengingat perdebatan sesaatnya bersama Arthur tadi, Lyodra pun menenggak habis anggur merah yang ada di gelas tadi. Ia meminumnya hanya dalam sekali teguk.

Smith, pria dengan hidung bangir itu menatap Lyodra dengan tatapan yang sangat aneh. Tatapan seolah ada sesuatu yang ia rencanakan sejak di kantor tadi.

“Apa clientnya terjebak macet?” tanya Lyodra sambil meletakkan kembali gelas kosong ke atas meja. Di saat yang sama, ada seorang pelayan restoran yang datang dan kembali menuangkan gelas kosong itu.

“Ya. Infonya mereka akan sedikit terlambat. Apa kau tak masalah?” tanya Smith dengan ekspresi polos yang sengaja ia tampilkan. Ia benar-benar pintar menggunakan topeng, sehingga wanita-wanita tak ada yang tahu seperti apa liciknya dirinya.

Lyodra mengangguk pelan. Ia kembali menengguk habis anggur merah dari gelas miliknya tadi. Tak lama kemudian ia memegang kepalanya karena merasakan pusing. Ia menatap sekeliling dan pandangannya mendadak berputar.

“Lyodra. Apa kau baik-baik saja?” tanya Smith sambil memegang tangan Lyodra.

Lyodra tak mengatakan apa-apa. Ia malah berdiri dari duduknya dan hampir saja jatuh. Namun dengan sigap Smith meraih tubuh Lyodra ke pelukannya. Di saat yang sama, pria itu langsung memanggil pelayan.

“Seperti biasa, berikan tagihan ke sekretarisku.”

Pelayan tersebut mengangguk karena semua karyawan di restoran itu mengenal Smith. Siapa lagi kalau bukan keponakan dari pemilik restoran ternama itu?

Smith pun menggendong Lyodra dan membawa wanita itu masuk ke dalam sedan mewan yang sudah terparkir di depan lobby. Saat keduanya berada di dalam, Smith menyuruh supirnya menutup pintu dan menutup pembatas tengah mobil.

“Ck! Lyodra … Lyodra ….”

Smith tertawa dengan sangat puas saat wanita itu berhasil ia bawa ke dalam sedan mewah kesayangannya. Sedan yang merupakan saksi bisu bahwa sudah berapa kali ia bercinta di dalam sana saat supir membawa mobil itu berkeliling kota.

Saat sedan mewah itu berkeliling kota, seluruh cermin mobil penumpang tertutup tirai hitam. Begitu pun pembatas tengah sedan tersebut. Ruangan mobil yang kedap suara membuat Smith menggila saat berhasil menikmati tubuh Lyodra.

“Arthur ….”

Lyodra terus menerus menyebut nama kekasihnya saat ia bercinta tanpa sadar dengan Smith. Di setiap er4ngan yang keluar dari bibirnya, tak sekalipun ia menyebut nama Smith. Karena yang ia tahu, saat ini ia sedang bercinta dengan Arthur.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …....