Apa jadinya jika seorang gadis kabur dari perjodohan orang tuanya dan berencana terlibat dalam permainan pernikahan gila dengan sahabatnya, tapi malah salah sasaran dan berakhir menikahi Paman dari sahabatnya.
"Kau sudah sah menjadi istriku, mulai sekarang bagaimanapun aku memperlakukanmu itu adalah hak-ku!" ujar Max Xavier, lalu memaksakan miliknya masuk ke dalam milik istrinya.
Lyra mulai menyesali ide gila dari sahabatnya, tapi sudah terlambat. Kini dirinya harus melayani nafsu gila dari suami salah sasarannya.
Akankah pernikahan itu bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Lyra dan Max.
Max terperangah mendengar penuturan dari Ibu Lyra, ia merasa dunianya seakan jungkir balik. Sekelilingnya terasa berputar - putar, lidahnya terasa kelu saat ia membuka mulutnya kembali. " A-anak?!"
"Ya, anak kalian. Saat aku menemukan putriku waktu itu, dia sedang mengandung 3 minggu. Dua anak kembar yang baru keluar ruangan, mereka adalah putra - putrimu. Nama mereka, Archie dan Ainsley." Vennie terus bicara.
"L-lalu kenapa dia tak mengatakan apapun padaku dan malah pergi kabur?" tanya Max ditengah rasa shock - nya.
"Ketika itu Lyra belum mengetahui jika dia sedang mengandung, saat aku membawanya ke Rumah sakit saat pertama kali aku menemukannya. Saat itu lah Dokter mengatakan Lyra sedang mengandung berusia 3 minggu." Jawab Vennie.
Vennie melihat Max masih menatapnya bingung, " Saat usia kandungannya 3 bulan, aku menyuruhnya menemuimu untuk memberitakan tentang kehamilannya, aku sudah mencoba membujuknya karena bagaimana pun hamil dan melahirkan tanpa suami itu tidak enak. Tapi, saat putriku mengetahui jika kau sudah tinggal dengan wanita bernama Gabriela apalagi wanita itu sedang mengandung anakmu juga, Lyra seketika menolak memberitahukan tentang kehamilannya. Dia lalu memintaku membantunya bercerai darimu, saat dia menerima surat dari pengadilan tentang pengesahan perceraian kalian, dia pikir kau menerima perceraian itu dan akhirnya dia pergi ke LN dan beberapa hari ini dia baru kembali setelah 8 tahun disana. Tapi, kenapa kamu bingung? Bukankah saat menandatangani surat perceraian itu, kamu bilang pada pengacara tak perduli lagi pada Lyra dan tak akan pernah mau bertemu dengan anakmu?"
" Saya bersumpah saya tidak pernah mengetahui jika Lyra sedang mengandung anak saya dan tak pernah mengatakan semua itu pada pengacara. Itu bukan saya, ada kesalah pahaman disini," jawab Max.
Max mengusap wajah lesunya, ia tak menyangka karena ketidak jujurannya tentang Gabriela dulu akan berimbas sampai seperti ini. Bahkan selama 8 tahun ia berpisah dari kedua anaknya, ia menyalahkan dirinya sendiri. "Aku yang salah, aku salah..." gumamnya sedih.
"Kalau kau sudah sadar dirimu salah, sebaiknya jangan pernah menemuiku apalagi kedua anakku! Tuan Max!" Ucap Lyra seraya masuk ke dalam ruangan, matanya menatap penuh emosi kepada mantan suaminya itu.
Max terperanjat, ia seketika berdiri sampai tak sadar ia berjalan mendekati wanita yang selama ini ia rindukan. "L-lyra..." lirihnya seraya tangannya menggapai wajah Lyra.
Lyra mundur, ia tak sudi disentuh oleh lelaki yang sudah mengkhianatinya itu. "Jangan sentuh aku! Sebaiknya kau pergi, Max! Aku tidak ingin melihatmu lagi!" Setelahnya wanita itu berjalan pergi keluar meninggalkan Max yang masih mematung.
"Apakah jika aku menjelaskan semuanya sekarang, Lyra akan memaafkanku?" lirihnya.
Vennie mendengar ucapan Max, ia mendekatinya. " Jika ada kesalah pahaman yang perlu kau jelaskan, maka jelaskan lah. Tapi setelah itu, apapun keputusan putriku kau harus menerimanya dengan lapang dada. Jangan pernah memaksakan kehendakmu, Lyra bukan wanita yang akan menerima begitu saja keinginan orang lain kalau dia merasa tidak bisa menerimanya."
"Ya, aku akan pergi dulu. Aku harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum bicara semuanya tentang kesalah pahaman kami 8 tahun lalu. Nyonya, bisakah aku sebentar saja bertemu kedua anakku?" tanya Max lemah.
Vennie mengangguk, " Ikuti aku, sepertinya cucuku ada di taman belakang. Jika aku tak salah, putriku tidak akan ada disana. Jika dia sedang kesal atau marah, Lyra akan mengunci dirinya di dalam kamar. Jadi, ayo pergi menemui kedua cucuku." Ajak Vennie.
Max mengikuti Mantan Ibu mertuanya itu ke belakang Mansion, taman luas dengan banyak pepohonan rindang itu terasa sangat sejuk membuatnya seketika menghirup udara segar disana.
"Ainsley, Archie sayang. Kemarilah, Nenek ingin mengenalkan seseorang pada kalian." Panggil Vennie.
Archie dan Ainsley turun dari ayunan dan berlari menuju Neneknya, " Iya, Nek?"
"Kenalkan teman Mommy kalian, Tuan Max." Ujar Vennie.
Sepasang twins itu tersenyum lebar, sangat luar biasa cantik dan tampan. Air mata Max seketika jatuh, ia langsung mengusapnya. Ia berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan kedua anaknya.
"Hai, namaku Max. Aku adalah teman Mommy kalian, jadi maukah kalian berteman juga dengan Paman?" ucap Max seraya menatap kedua anak kembarnya.
"Tentu Paman, mari berteman." Ucap Archie.
Max tak kuasa menahan haru, ia menangis seraya memeluk kedua anaknya dengan erat. "Terima kasih sudah menerima Paman menjadi teman kalian, Paman juga ingin meminta maaf."
Mata Archie melirik ke arah saudarinya, Ainsley hanya mengangkat bahu ia juga tidak tau kenapa Paman yang baru mengenalkan dirinya menangis sambil memeluk mereka.
Lyra menangis melihat Max memeluk kedua anaknya, ia mengintip dari balik tirai jendela kamarnya yang mengarah ke taman belakang Mansion. Dadanya terasa sakit jika mengingat 8 tahun ini dirinya membesarkan kedua anaknya sendirian tanpa Max.
