Ramadhan Permana seorang Suami yang terpaksa menikah lagi demi kesembuhan putranya,karena terhimpit ekonomi serta biaya pengobatan yang tidak sedikit, telah membuat seorang Ramadhan putus asa, Jihan sang istri selalu memberikan semangat untuknya, dan soal keputusan Rama untuk menikah lagi merupakan atas kesepakatan bersama, meskipun itu semua begitu berat untuk Jihan,di madu oleh suaminya tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Mayang Lesmana yang tengah hamil anak dari kekasihnya yang telah pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ayah Mayang, yang merupakan seorang pengusaha kaya, mengetahui kehamilan putrinya dan khawatir nama baik keluarganya akan tercoreng. Oleh karena itu,ayah Mayang yakni Tuan Mahesa Lesmana meminta Rama untuk menikahi putrinya dengan imbalan yang sangat fantastis dan pada saat itu posisi Rama hanyalah seorang pegawai biasa.
Rama dan Mayang akhirnya menikah,karena keterpaksaan,dan mereka harus beradaptasi dengan keadaan,mampukah Rama bersikap adil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terselamatkan
Tuan Lesmana sampai mengepal tangan dengan rahang yang sudah mengeras.
"Apa maksud dari perkataanmu itu hah? Kau jangan suka asal tuduh, Roby!" omelnya menatap tidak suka kepadanya karena Tuan Lesmana sangat menyukai dan mempercayai Rama.
"Kalau kakek tidak percaya, aku akan memberikan bukti nyata padamu, sebentar kek!"kemudian Roby menghubungi Assistennya lewat sambungan telepon yang saat ini posisi sang Asisten berada di sekitar halaman rumah, bersama dengan Hans, Asisten dari Tuan Mahesa.
tak lama sang Asisten pun datang dan memberikan sebuah map berwarna merah kepada Tuannya.
"Thanks Sony, kau boleh kembali!" perintah Roby yang di angguki oleh Sony sang Assisten.
Kemudian dengan percaya dirinya, Roby memberikan map tersebut kepada Kakek Lesmana.
Sedangkan Mayang terlihat cemas dan juga gelisah, Rama pun berusaha untuk menenangkannya agar Kakek dan keluarga yang lainnya tidak menaruh curiga.
Saat map di buka dan Kakek melihat isinya, ia langsung terbelalak.
Plak!
Satu tamparan tepat mengenai pipi kiri Roby.
"Dasar cucu kurang ajar, kau berani-beraninya membuat lelucon seperti ini? Apa maksud dari gambar kucing di dalam map ini hah? Kau kira ini lucu!" Amuknya sampai melempar map tersebut ke arah Roby.
Akhirnya kertas yang berada di dalam map tersebut berceceran di lantai, mayang dan Rama melihat sangat jelas apa yang ada di dalam map tersebut, mereka sempat tertawa kecil begitupun dengan Mayang, sedangkan Tuan Mahesa, ia merasa sangat lega karena rencananya telah berhasil.
'Thanks Hans, kau memang bisa aku andalkan!'
"Bha..ha..ha!" Mayang tertawa sampai terpingkal-pingkal.
Roby yang melihat hal itu, ia tidak terima.
"Dasar brengsek, kenapa bisa jadi seperti ini? Kemanakah bukti-bukti yang sudah aku susun di dalam map ini?" Roby sampai mengepalkan tangan, emosinya benar-benar sudah membuncah.
"Hey Rob, kalau mau buat lelucon, ini bukanlah waktu yang tepat, dasar kocak!" ejek Mayang begitu puasnya.
Akhirnya Roby memilih untuk pergi meninggalkan kediaman Lesmana, ia merasa sangat kesal ditambah bekas tamparan dari sang kakek masih terasa perih di pipinya.
'Awas saja kau Mayang, akan aku balas semua ini, suatu saat kau akan menangis darah karena kebohongan mu serta suami palsu mu itu akan segera aku bongkar!' ancamnya dalam hati.
Keesokan harinya
Setelah insiden semalam, Mayang dan juga Rama harus lebih berhati-hati lagi, dan sebelum Rama pergi ke kantor ia sempat di berikan nasihat oleh Tuan Mahesa.
"Sebaiknya kau kurangi aktivitasmu untuk mengunjungi anak dan istrimu di Rumah Sakit, jangan sampai si bajingan tengik Roby berulah kembali dan mendapatkan bukti tentang dirimu, faham kamu Rama!" ujarnya penuh ketegasan.
Rama pun mengangguk patuh."Baiklah Tuan, paling saya akan menghubungi Jihan hanya lewat pesan singkat saja, karena menurutku itu jauh lebih aman!"
"Sebaiknya kau utus seseorang yang kau percaya untuk memantau perkembangan putramu itu, pokoknya kau harus berhati-hati, Roby bukanlah type manusia yang mudah menyerah begitu saja, ia akan melakukan beribu cara untuk membongkar semua rahasia kita, karena ia begitu berambisi menggantikan posisiku di perusahaan!" Tuan Mahesa kembali memperingatkan Menantunya.
"Baik Tuan, semua perintah anda akan saya patuhi, semoga kedepannya tidak akan adanya lagi peristiwa seperti semalam." jawabnya untuk meyakinkan.
Kemudian Tuan Mahesa mendekati Rama, lalu ia menepuk-nepuk kedua bahunya.
"Aku percaya padamu Rama, kau tidak akan mungkin mengecewakan aku, bukankah begitu!"
"Anda tenang saja Tuan, saya tidak mungkin melakukan kesalahan yang bisa berakibat fatal!" Rama berusaha meyakinkan Papah mertuanya.
Akhirnya Rama bergegas pergi menuju perusahaan Alexion, dimana pagi ini akan ada rapat penting dengan para klien.
Sedangkan Tuan Mahesa lebih memilih untuk pergi ke perusahaan milik keluarga Lesmana.
Mayang yang tampak kesal karena terus berada di dalam kamar, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, ia pun entah kenapa ingin sekali pergi ke tempat tersebut, karena penasaran dengan seseorang.
Akhirnya ia berpamitan kepada Kakek dan juga Omanya, alasan yang Mayang berikan pun adalah sebuah kebohongan agar Kakek dan Oma nya tidak menaruh curiga.
"Ternyata menggunakan nama Rama begitu ampuh dan dengan mudahnya Kakek dan juga Oma percaya." gumamnya pelan.
Sebelum Mayang pergi ke tempat yang ia tuju, Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat untuk membeli sesuatu sebagai buah tangan.
Hampir satu jam berbelanja, di sebuah pusat perbelanjaan, akhirnya Mayang memutuskan untuk bergegas pergi ke tempat yang akan ia tuju.
Selama dalam perjalanan, Mayang terus memperhatikan pemandangan di pinggir jalan kota Jakarta.
Saat menatap langit cerah kota Jakarta, ia tidak menyangka telah menemukan bayangan wajah Suaminya disana.
"Aih...ada apa dengan diriku ini? Kenapa tiba-tiba aku memikirkannya, wajahnya selalu saja menghantuiku, ck!" monolognya sambil berdecak kesal.
Tak lama Mayang tiba di suatu tempat yang ia tuju.
perlahan ia melangkah melewati koridor, dimana terdapat beberapa pintu yang saling berhadapan.
Tok
Tok
Tok
Mayang mengetuk pintu pelan, Kedua tangannya mencengkram kuat Tote bag yang ia genggam, ia bahkan sampai menelan ludah.
Tak lama seseorang membukakan pintu dari arah dalam kamar.
Krek!
Saat pintu di buka, keduanya tampak terkejut.
"Kau!"
"Kau!"
Keduanya saling tunjuk dan menatap tidak percaya.
"Ada apa anda datang kesini, Nyonya Mayang?" Sahut wanita yang menatap tidak suka ke arahnya.
"S Saya, hanya ingin menjenguk, apakah boleh?" jawabnya dengan penuh keberanian
Kemudian keduanya kembali saling menatap dalam diam.
"Masuklah!"
Mayang pun akhirnya masuk ke dalam kamar setelah mendapatkan ijin.
Mayang mengedarkan pandangannya kesetiaan sudut ruangan, netranya menyapu di sekitar area kamar, kemudian ia mendapati seorang anak kecil sedang terbaring di atas tempat tidur dengan mata terpejam.
"Jadi dia adalah putranya Rama?" tanyanya untuk memastikan.
"Huummm...iya betul! Lantas apa yang membawamu kemari? Apakah Mas Rama yang menyuruhmu datang kesini?"
Mayang langsung menggeleng cepat atas pertanyaan dari Jihan.
"Lantas apa? Kenapa anda mau datang kesini? Apakah anda memiliki sebuah rencana?" tiba-tiba Jihan malah berpikiran yang tidak-tidak terhadap Mayang.
Semenjak kejadian kemarin, entah kenapa dadanya serasa terbakar mengingat suami yang ia cintai memeluk wanita lain selain dirinya meskipun wanita tersebut adalah istri keduanya.
"A aku hanya ingin menjenguk putra kalian saja, apakah tidak boleh?" Mayang menatap dalam Jihan.
"Apakah kau menyukai Mas Rama, sehingga membawamu kesini, hah?" perkataan yang telah di lontarkan oleh Jihan sontak membuat Mayang terkejut tak percaya.
"Apa! Mengapa kau berpikiran seperti itu?"
Mayang sampai mengernyitkan alis.
"Alah, sudahlah! Aku bisa melihat dari caramu memandang suamiku!" jawabnya ketus
Deg!
'Cih, kenapa wanita ini sangat menyebalkan sekali sih? Aku mana mungkin menyukai Rama?' elaknya dalam hati
Bersambung...
🌼🌼🌼🌼🌼