Terpaksa Menikahi CEO Lumpuh

"Giliran dengan Bima saja dia mau pergi."Batin Ardan.

Setelah itu mereka pun sama-sama saling diam tidak bicara lagi sampai lah mereka tiba di Fila.

Kiara mendorong kursi roda Ardan masuk kedalam Fila dengan pelan.

Setelah mengantar kan Ardan untuk beristirahat di kamar nya Kiara pun juga masuk ke dalam kamar nya, ia juga merasa capek karena seharian ini bermain di pantai.

Malam harinya.

Malam itu cuaca begitu dingin,angin mulai berhembus seperti nya akan ada hujan badai yang sangat kuat.

Kiara yang baru saja selesai makan menutup jendela kamar nya yang tadi dia buka karena ingin melihat banyak nya bintang malam itu, namun satu bintang pun tidak ada yang ada hanyalah awan gelap gulita.

Pukul delapan malam, angin semakin kuat berhembus, hal ini membuat Kiara ketakutan, di tambah lagi suara petir dan hujan yang mulai menetes.

"Astaga, seperti nya akan ada badai malam ini? Sebaiknya aku tidak tidur."Lirih Kiara sambil menarik selimut nya.

Namun tiba-tiba Kiara di kaget kan oleh pintu kamar yang di ketuk dari luar oleh seseorang.

Setelah beberapa kali ketukan dengan langkah yang berat Kiara pun membuka pintu kamar nya.

"Lama sekali."Celetuk Ardan yang kemudian masuk ke dalam kamar Kiara dengan kursi roda nya.

"A,ada apa tuan?"Ucap Kiara kaget saat melihat Ardan.

Kiara sempat menduga itu maid A atau maid B yang datang untuk menemaninya tidur, tetapi siapa sangka itu adalah Ardan.

"Tutup pintu nya."Ucap Ardan tampa menjawab pertanyaan Kiara barusan.

Kiara yang merasa bingung pun akhirnya menutup pintu kamar nya.

"Aku ingin tidur di sini."Ucap Ardan dengan wajah datar tampa ekspresi.

"Mengapa?"Ucap Kiara kaget dengan pernyataan Ardan.

"Ini fila ku, mengapa aku harus memberikan alasan nya kepada mu? Seperti nya aku berhak tidur di mana pun yang aku mau."Ucap Ardan tersenyum smrik.

"Iya tapi bukan kah kamar tuan muda lebih nyaman? Mengapa harus tidur di kamar ku? Bukan kah di Fila ini begitu banyak kamar?"Jawab Kiara dengan hati-hati takut jika Ardan akan marah.

"Apa aku perlu menjawab semua pertanyaan itu?"Tanya Ardan yang seolah tak mempedulikan Kiara.

"Baik lah, begini saja, tuan muda tidur lah di ranjang ku, aku tidur di bawah saja."Kiara mengalah dengan Ardan dan tidak ingin mempermasalahkan itu karena Ardan suaminya.

"Ternyata kau baik juga."Ucap Ardan meledek.

"Ya sudah, cepat lah tidur, cuaca semakin buruk."Ucap Kiara menghampiri Ardan untuk membantu nya naik ke atas kasur.

"Hmm."Ardan hanya menjawab nya dengan sebuah gumaman.

Setelah membantu Ardan naik ke ranjang nya, Kiara pun mengambil bantal dan berbaring di bawah.

"Di mana selimut mu?"Tanya Ardan karena Kiara berbaring tanpa selimut.

"Di kamar ini hanya ada satu selimut."Jawab Kiara dengan mata yang sudah terpejam.

"Hmm."Kembali lagi dengan jawaban nya Ardan mulai memikirkan sesuatu.

Sebenarnya Ardan sangat takut dengan cuaca seperti itu, sudah sejak ia kecil ia seperti itu, makanya ia datang ke kamar Kiara agar tidak sendirian.

Beberapa menit kemudian Kiara pun akhirnya tertidur tanpa selimut.

Tapi beda dengan Ardan, ia masih saja belum bisa memejamkan mata nya, ia selalu menatap suara hujan yang deras di atas langit-langit kamar itu, serta sesekali kaget dengan suara petir yang kuat, begitu juga dengan angin.

Namun Kiara yang merasa semakin dingin ia pun bangun dan melihat Ardan yang sedang bersandar di ranjang dengan keringat dingin bercucuran di wajah nya, tangan nya juga terlihat gemetar.

"Tuan? Ada apa?"Ucap Kiara duduk melihat Ardan yang sedang ketakutan.

"Bodoh, apa aku harus mengatakan jika aku sedang takut?"Jawab nya dengan mata yang mengantuk tapi tidak bisa tidur.

Seketika Kiara tertawa renyah melihat ekspresi Ardan yabg ketakutan.

"Hahaha, aku kira tuan muda yang galak ini tidak takut dengan apa pun, ternyata takut akan badai ini."Ucap Kiara tertawa sambil menutup mulut nya.

Ardan yang melihat itu pun menjadi kesal karena di remeh kan oleh Kiara yabg seorang perempuan tapi merasa biasa saja saat hujan badai itu.

Namun rasa kesal nya tiba-tiba hilang saat petir yang kuat kembali menyambar dan kilat masuk ke selah-selah jendela tersebut.

Kiara yang saat itu berdiri hendak mengambil minuman pun terhuyung ke kasur karena Ardan tiba-tiba menari tangan nya untuk dekat dengan Ardan.

"Astaga."Kiara kaget karena Ardan mendekap nya ketakutan.

Tubuh Ardan terasa dingin, wajah nya berkeringat, tangan nya gemetar,kali ini Kiara tidak lagi tertawa karena ia merasakan rasa takut yang luar biasa di diri Ardan.

Bersamaan di saat itu, listrik pun padam,dan kamar itu sekarang sudah menjadi gelap gulita.

Itu semakin membuat Ardan ketakutan dan mengeratkan pelukannya.

"Tuan, bisa lepas kan aku dulu? Aku akan memasang lilin."Ucap Kiara.

Sebenarnya Kiara juga takut tapi tidak setakut Ardan.

"Diam, jangan kemana-mana."Ucap Ardan lagi.

"Tapi ini gelap."Jawab Kiara.

Bukan nya melepaskan pelukan nya, Ardan malah semakin erat memeluk Kiara.

Kiara tidak bisa berkata apa-apa selain pasrah dengan keadaan itu.

Lama kelamaan posisi mereka pun berubah,kini Kiara juga tiduran di atas kasur sementara Ardan menyembunyikan wajah nya di dekapan Kiara.

Jujur saja ini membuat jantung Kiara berdegup kencang, karena ini pertama kalinya dia tidur dengan seorang laki-laki, meskipun Ardan suaminya tapi mereka baru malam ini tidur bersama,itu pun hanya evek takut nya Ardan.

Sementara Ardan ia merasakan kenyamanan yang luar biasa saat berada dalam pelukan Kiara,hal ini membuat tubuhnya yabg dingin menjadi hangat dan rasa takut itu pun memudar.

Perlahan Ardan pun tertidur di pelukan Kiara.

Kiara yang melihat itu menjadi tidak tega melepas nya, ia menarik selimut sehingga menutupi tubuh mereka.

Dan tangan nya mengelus pelan rambut Ardan, entah kenapa rasanya nyaman sekali memegang rambut lurus ala oppa Korea milik Ardan itu.

Setelah beberapa menit Kiara pun kembali mengantuk dan akhirnya mereka tidur dengan posisi yang masih berpelukan dengan erat.

Malam itu seperti nya mereka memulai menumbuhkan benih-benih cinta di hati masing-masing.

Pukul 05.11

Ardan membuka matanya, melihat jam tangannya nya dan ternyata itu masih sangat lagi dan lampu baru saja menyala.

Ardan benar terbangun,tapi rasanya ia masih ingin malam tidak berlalu secepat itu, ia menatap wajah Kiara yang sedang tertidur pulas, dengan posisi tangan masih mendekap Ardan.

Bersambung ....