Anisa begitu terkejut melihat sang suami yang datang dengan mengganden seorang wanita
Sudah beberapa bulan Anisa meridukan Nino suaminya, karna sebuah tragedi kecelakaan yang membuat Nino hilang dan kembali dengan menggandeng seorang wanita yang mengaku adalah istrinya
Padahan Nino sudah menikah dan memiliki anak dari Anisa namun karna Nino hilang ingatan Nino telah menikah lagi dengan seorang gadis yang telah menolongnya
Sanggupkah Anisa bertahan dalam sebuah rumah tangga yang membuat hatinya hancur karna Nino sama sekali tidak mengingatnya apalagi Nino sengaja mengumbar kemesraan di depan Anisa agar dia pergi dari hidupnya karna Nino yakin dia tidak pernah mencintai Anisa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mesra di tempat umum
"Gak tau ah, aku lagi kesal."
"Emang kesal sama siapasih pagi2?" tanya Tika karna merasa heran melihat Anisa wajahnya di tekuk pagi2.
"Ada deh."
Tika hanya mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Anisa, Tika tak lagi bertanya dia langsung duduk di kursi kubikelnya, tampak keduanya sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing2.
Hingga jam makan siangpun tiba, Anisa tidak menyadari jika Nino sudah berdiri di dekatnya, semua kariawan di ruangan itu hanya menunduk hormat saat Nino tiba2 masuk keruangan mereka saat jam makan siang.
"Ayo sayang kita makan siang dulu," ajak Nino pada Anisa.
Anisa begitu terkejut dan langsung menoleh pada teman2nya yang sedang melongok karna mendengar panggilan sayang dari sang bos untuk Anisa.
Tika pun demikian dia menutup mulutnya dengan tangan dia benar2 tidak percaya apa yang dia dengar.
"Ayo sayang," ajak Nino lagi.
"Iya mas," Anisa segera berdiri agar Nino tidak terus bicara yang membuat teman2nya tambah penasaran dengan hubungan mereka.
Nino merangkul Anisa saat berjalan keluar dari ruangan itu, seketika kariawan di ruangan itu jadi riuh dan saling bertanya satu sama lain.
"Mas,jangan gini dong," Anisa menyingkirkan tangan Nino dari pundaknya karna merasa tidak nyaman di lihat semua kariawan yang berpapasan saat keluar dari gedung kantor.
"Emang kenapa sayang, aku ini pacar kamu, dan akan segera menjadi suami kamu, aku ingin semua kariawan tahu jika kamu adalah milik ku, agar mereka yang berniat mendekatimu mengurungkan niat."
Anisa hanya tersenyum menanggapi ucapan Nino, "Iya mas, tapi aku gak nyaman di lihat teman2 yang memandang kita penuh tanya."
"Ya, aku tau, tapi dengan seperti ini mereka udah paham kalau kita pacaran, kita tidak usah menutupinya karna sebentar lagi kita juga akan menikah."
Anisa tak lagi menolak di rangkul oleh Nino, mulai hari ini ia akan membiasakan diri dengan tingkah Nino yang tak mau jauh sedikitpun.
Keduanya memilih makan di restoran yang sudah Nino pilih untuk makan siang, sedikitpun Nino tak lepas untuk memandang sang kekasih yang terlihat semakin cantik menurutnya.
Sesekali Nino menyuapi Anisa, awalnya Anisa menolak karna merasa malu di lihat orang, namun Nino yang tak pernah mau di bantah ahirnya Anisa menurut dari pada nanti mereka bertengkar hanya karna hal sepeleh.
"Sayang aku sangat beruntung bisa mendapatkan cintamu, berjanjilah kamu akan tetap menemaniku walau apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan aku meskipun seandainya aku hilang ingatan sekalipun," ucap Nino tiba2.
Anisa menggelengkan kepalanya seraya telunjuknya ia taruh di bibir Nino.
"Jangan bilang begitu mas, tanpa di mintapun aku tidak akan pernah meninggalkan mu, aku akan selalu di sisi mu dikala suka maupun duka, I love you," ucap Anisa sambil menaruh telapak tangan Nino di pipinya.
"I love you too, sayang,"
Keromantisan mereka berdua tidak luput dari sorot mata seseorang yang memperhatikan mereka dengan wajah memerah menahan marah, tangan nya terkepal dengan kuat.
Radit memandang Anisa dan Nino dengan kilatan amarah, "Apa karna dia kamu memutuskan aku Anisa?" gumam Radit lirih.
Radit segera pergi dari restoran itu dengan muka kesal, bahkan dia membanting pintu mobilnya dengan sangat keras hingga orang di sekitarnya terlonjak kaget karna terlalu keras.
"Mas, ayo kita balik, waktu makan siang udah mau habis."
"Iya sayang kamu gak usah takut."
Setelah makan siang romantis itu, mereka kembali ke kantor dengan senyum mengembang di wajah keduanya.
Mereka masuk ke lobil sambil bergsndengan tangan, semua kariawan yang melihat sudah yakin jika bos mereka ada hubungan dengan Anisa, karna selama ini Nino tak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita apalagi sampai berhandengan tangan di kantor.
Setelah keluar dari lif, Anisa memilih langsung kembali keruangan nya, namun Nino masih terus mengikuti Anisa sampai di meja kubikelnya.
"Mas gak usah ikut," tolak Anisa.
"Kenapa sayang ini kantorku terserah aku mau masuk keruangan manapun," ucap Nino tak mau di bantah.
Ahirnya Anisa hanya diam, dia membiarkan Nino bertingkah seenaknya.
Semua kariawan di ruangan itu segera kembali ke mejanya masing2, tadinya mereka masih mengobrol santai setelah makan siang, namun setelah melihat Nino masuk mereka semua segera bubar dari obrolan asik mereka.
"Selamat siang pak," ucap mereka bersamaan.
"Siang," jawab Nino dengan senyumnya.
"Selamat bekerja sayang, aku kembali keruangan ku dulu," ucap Nino seraya meninggalkan kecupan di kening Anisa.
Setelah itu Nino segera keluar tanpa dosa.
Semua kariawan hanya melongok tidak percaya apa yang mereka lihat barusan, Tika pun demikian dia sampai tidak berkedip saking tidak percayanya.
Setelah memastikan Nino benar2 pergi, semua teman2 Anisa segera berkumpul di depan mejanya, mereka semua menatap Anisa penuh selidik.
"Ya Allah Nis, sejak kapan kamu jadian sama pak Nino?" tanya Tika merasa heran sendiri.
"Tiga hari yang lalu," jawab Anisa santai.
"Ya ampun kamu beruntung baget Nis," kata yang lainnya.
"Kayaknya hubungan kalian udah serius banget Nis?" tanya Tika.
"Ya gitu deh, orang tua mas Nino udah merencanakan pernikahan kami, mas Nino pun setuju untuk segera menikah."
"Hah...! ucap mereka kompak, bahkan ada yang matanya melotot karna tidak percaya.
"Jadi sebentar lagi kamu bakal jadi ibu direktur dong," ucap Tika.
"Jangan pecat kita ya Nis, kalau seandaunya kita buat salah."
"Apasih kalian, aku tidak sejahat itu, bahkan meskipun aku menikah dengan mas Nino aku pasti bekerja seperti biasa, dan gak mungkin jadi ibu direktur."
"Aku sih gak percaya, pasti kamu bakal berhenti bekerja dan memilih santai di rumah, buat apa juga bekerja toh uang pak Nino gak bakal habis tujuh turunan, benar gak teman2?"
Semua yang ada di sana megangguk membenarkan ucapan Tika.
Sejenak Anisa berpikir, apa yang di ucapkan teman2nya ada benarnya juga, dia pasti di suruh berhenti bekerja setelah menikah.
Setelah cukup lama mengintrogasi Anisa mereka semua kembali ke mejanya masing2.
Anisa pun kembali bekerja seperti biasa, hatinya terasa lega, tidak harus sembunyi-sembunyi atas hubungan nya dengan Nino.
Tanpa terasa jam pulang kantorpun telah tiba, Anisa segera merapikan mejanya dan segera keluar menuju ruangan Nino berada, Anisa mengetuk pintu sebelum masuk.
Tok... tok...tok...!
"Masuk," ucap Nino dari dalam ruangan.
Anisa langsung masuk dengan wajah berbinar, dia segera menghampiri Nino yang masih sibuk dengan berkas2 di hadapan nya.
"Sini sayang," panggil Nino pada Anisa.
Anisa segera duduk di sofa ruangan itu, Nino pun segera meninggalkan berkas2nya dan memilih duduk di dekat Anisa yang tampak lelah sekali.
"Kamu kelihatan lelah sekali, mau gak aku pijetin," tawar Nino dengan senyum genitnya.
"Gak usah mas, aku cuma mau pulang dan langsung istirahat," tolak Anisa karna dia benar2 capek mau istirahat.