Penyesalan
"Halo.. Ra, lho sekarang ada di mana? gue udah dari tadi nungguin kamu di cafe."
"Iya,gue sebentar lagi nyampek kok, lho sabar aja," jawab Nadira di sebrang sana sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Setelah 10 menit Nadira sudah sampai dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Sory gue telat, tadi gue masih telponan sama kakak gue, dia minta besok suruh gue jemput di bandara, jadi gue telat deh nyampek sini," jelas Nadira seraya duduk di kursi sebelah Anisa.
"Emang udah selesai studi kakak lho?"
"Iya sejak satu tahun yang lalu, cuma dia gak pulang karna harus ngurus perusahaan keluarga gue di sana."
Anisa menganggukan kepalanya mengerti.
"Terus rencana lho kedepan nya ngimana Nis?" tanya Nadira.
"Gue udah melamar pekerjaan di beberapa perusahaan, dan Alhamdulillah besok gue udah interview," ucap Anisa dengan wajah berbinar.
"Selamat ya Nis, gue yakin lho pasti di terima, masak iya, lulusan terbaik di universitas ternama, di tolah oleh sebuah perusahaan, malah menurut gue perusahaan itu pantas bersukur bisa mendapatkan kariawan seperti lho, selain cantik lho juga pinter," ucap Nadia membanggakan Anisa yang menurutnya memang pantas di banggakan.
Anisa adalah seorang anak yatim piatu, dia di besarkan di panti asuhan, sejak duduk di bangku kuliah dia kenal dengan Nadira aryakĺ bagaskara, sejak itulah keduanya menjadi sahabat dekat.
Anisa bisa kuliah di universitas ternama melalui jalur beasiswa karna dia murid yang sangat berprestasi jadi tidak sulit baginya untuk mendapatkan beasiswa.
Sejak duduk dibangku SMA Anisa sudah bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe, dia juga sangat beruntung karna pemilik cafe memberikan tempat tinggal dan makan gratis selama ia bekerja di cafe itu, bahkan sampai kuliahpun Anisa tetap setia bekerja di cafe itu.
Selai pintar dia juga sangat cantik dengan lesung pipi yang menambah kecantikan nya, dia adalah gadis yang lemah lembut tak pernah sedikitpun berkata kasar apalagi marah2, dia selalu mengalah karna baginya mengalah bukan berarti kalah, dia hanya menghindari sebuah pertengkaran dengan siapa saja termasuk teman2nya di kampus.
"Besok ikut gue ya Nis, kebandara, gue mau jemput kakak gue."
"Sory Ra, gue gak bisa, gue kan ada interview."
"Emang di perusahaan manasih lho di interview?" tanya Dira, karna Anisa sampai menolak ajakan nya kebandara.
"Di perusahaan Bagaskara group."
"Hah, yang bener!" jadi lho bakal kerja di perusahaan keluarga gue dong," ucap Nadira berbinar.
"Bener Ra, itu perusahaan keluarga lho?" ya ampun gue seneng baget, semoga gue bisa di terima, biar kita bisa setiap hari ketemu," ucap Anisa tak kalah berbinar.
"Kalau lho sampai gak di terima, gue pastikan kepala bagian HRD bakalan gue pecat dengan tidak hormat," ucap Dira dengan percaya dirinya.
Anisa hanya mencebikkan bibirnya mendengar Nadira, dia seolah-olah CEO di perusahaan itu.
"Emang lho direktur utamanya?"
"Meskipun bukan gue, mulai besok kakak gue yang bakal jadi CEO di perusahaan itu, jadi otomatis dia akan memihak sama gue, karna dia sangat menyayangi gue sebagai adiknya," ucap Dira menyombongkan diri.
"Dih, sombong amat punya kakak, emang seperti apa sih kakak lho itu? gue jadi penasara."
"Eh jangan salah, kalau lho sampai ketemu sama kakak gue lho bakalan gak berkedip dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Hah sombong amat, jaga tu kakak lho jangan sampai malah dia yang jatuh cinta sama gue, karna gue udah punya pacar yang sangat tampan, dan gue gak bakalan jatuh cinta selain pada Radit cinta pertama gue," ucap Anisa penuh percaya diri.
"Awas ya lho kemakan omongan, lho gak tau aja pesona kaka gue gimana."
"Hahahaaaa..."
Setelahnya mereka berdua tertawa terbahak karna menertawai kekonyolan mereka berdua.
Namun dalam hati Nadira dia sungguh berharap agar Anisa benar2 menjadi kakak iparnya, namun dia tidak akan menunjukkan nya pada Anisa karna saat ini Anisa sudah punya pacar dan mereka berdua saling mencintai, namu Nadira akan terus berusaha agar kakaknya bisa dekat dengan Anisa sahabatnya sendiri.
Setelah mengobrol cukup lama ahirnya mereka berdua pulang dengan Nadira mengantar Anisa pulang ke apartemen nya yang kecil dan begitu sederhana, namun karna Anisa sangat memjaga kebersihan meskipun apartemen kecil dan sederhana semua tertata dengan rapi dan indah.
Apartemen yang di tinggali Anisa adalah sebuah sewaan dengan harga yang terjangkau, karna sejak kecil Anisa sudah berkeinginan untuk memiliki apartemen sendiri namun karna tabungan nya tidak cukup dia memilih menyewa saja.
Setelah mengantar Anisa, Nadira segera pulang karna hari sudah semakin sore, sesampainya di rumah Nadira langsung menuju dapur di mana mama Zahra sedang memasak untuk makan malam.
"Lagi masak apa Ma?" tanya Nadira seraya mencium pipi mama Zahra dari samping.
"Kamu dari mana aja sayang?" bukan nya menjawab, mama Zahra malah balik bertanya.
"Habis dari cafe sama Anisa ma," jawab Nadira sambil melenggang pergi meninggalkan mama Zahra yang tetap fokus memasak.
"Tak berselang lama papa Al pun datang dari kantor dan langsung menuju dapur di mana mama Zahra sedang asik memasak.
"Lagi masak apa sayang?" tanya papa Al sambil memeluk mama Zahra dari belakang, papa Al tidak pernah malu meskipun ada dua pembantu di dekatnya.
"Ini pa, lagi masak buat makan malam,"jawab Mama Zahra sambil berbalik dan mengambil tangan Al untuk ia cium.
Ternyata sedari tadi Nadira melihat kemesraan antara papa dan mama nya, dia sungguh kagum dengan kedua orang tuanya yang selalu terlihat romantis padahal usia pernikahan mereka sudah puluhan tahun, namun papa dan mama nya tak pernah terlihat bertengkar.
"Duh, kasian, jiwa jomblo seperti kami, yang harus melihat adegan romantis setiap hari," ucap Nadira yang sontak membuat pasangan suami istri itu jadi salah tingkah dan merasa malu pada anaknya sendiri.
"Emang papa sama mama ngapain?" elak papa Al.
"Gak ngapa-ngapain sih, cuma cium doang," ucap Nadira dengan santai.
Zahra hanya senyum2 melihat perdebatan antara suami dan putrinya sendiri.
"Udah pa, papa mandi aja sana," mama Zahra menengahi agar anak dan papa tidak terus berdebat.
"Iya sayang, papa mandi dulu," jawab Papa Al sambil mencium kembali pipi Zahra.
Nadira sontak melotot ke arah papa dan mama nya yang seakan-akan memamerkan kemesraan mereka berdua.
"Dih, papa kayaknya emang sengaja deh pamer kemesraan sama aku yang jomblo ini."
"Ha ha aaa"
Papa Al melenggang pergi masuk kamar dengan senyum yang terus terpancar di wajah tampan nya, dia selalu merasa senang menggoda putri kesayangan nya.
"Udah sayang, papa hanya senang menggoda kamu, sana gih kamu mandi, ini udah sore."
"Iya ma," jawab Nadira singkat.
Setelahnya ia berlalu masuk kamar untuk membersihkan dirinya.
Zahra hanya senyum2 melihat kepergian putri kesayangan nya yang selalu iri akan kemesraan antara dia dan suaminya Al.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
masukin keranjang
like Favorit 👍❤
2024-07-31
0
Soraya
mampir thor
2024-07-21
0
guntur 1609
lah bukanya umur 2 tahun nisa. nino sm nisa petnah jumpa di panti ya. emang duku nino dingin kayak es kutub
2024-06-13
1