Kisah perjalanan hidup Ratna, seorang istri yang dikhianati oleh adik kandung dan suaminya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRATA_YUDHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pov Puja 2
Setelah kepergian kak Ratna dari rumah ini, aku dan mas Ilyas dengan leluasa berbuat dosa tanpa merasa ada yang mengganggu lagi. Aku sebenarnya merasa kasihan dengan nasib kak Ratna, tapi aku juga tak bisa melepaskan mas Ilyas, aku dan mas Ilyas sama-sama saling membutuhkan. Sampai suatu ketika, aku mengetahui sebuah fakta, ternyata hutang mas Ilyas sangatlah banyak. Hutang itu sebenarnya sudah ada saat mas Ilyas masih bersama mantan istrinya yang pertama, namun, karena pinjaman itu atas nama mas Ilyas, jadi mas Ilyaslah yang dikejar oleh debt collector.
Usaha logingnya sedang terpuruk dan sebentar lagi mengalami kebangkrutan. Setiap hari, datang orang yang berbeda-beda yang menagih hutang pada mas Ilyas. Lama kelamaan aku merasa tidak nyaman tinggal dirumah itu, belum lagi gunjingan tetangga yang membuat kupingku terasa panas. Malam itu aku berniat pergi dari rumah, aku ingin menemui Wulan, aku ingin ikut nyanyi lagi dengan bang Jon.
"Mau kemana kamu Puja?" tanyanya yang terlihat baru saja pulang. Penampilannya terlihat sangat acak-acakan dengan botol minuman keras ditangannya.
"Puja mau pergi dari sini, udah gak tahan tinggal disini! tiap hari dimarahin orang terus. Padahal yang ngutang bang Ilyas, tapi Puja yang disuruh ngadepin!" ucapku ketus.
"Mau pergi kemana? mau ngikutin kakak kamu yang gak berguna itu?" tanyanya dengan tatapan nyalak.
"Puja mau ikut nyanyi lagi sama bang Jon, daripada disini, cuma makan hati tiap hari!" ucapku tak mau kalah.
"Giliran aku udah kere kamu mau seenaknya pergi! jangan mimpi kamu ya!" dia mencengkram lenganku dengan kasar.
"Mas, lepasin, sakit!" aku berontak, namun bukannya melepas, mas Ilyas justru malah menjambak rambutku dan langsung menyeret tubuhku untuk memasuki kamar.
"Sekarang layanin aku!" dia yang sudah dikuasai nafsu dan juga amarah membuatku tak bisa melawan. Apalagi saat itu mas Ilyas sedang dalam keadaan mabuk, tenaganya jadi lebih kuat. Dia mencumbuiku dengan kasar, tanpa ampun, sampai aku benar-benar merasa lemas. Aku merasa sakit hati dengan kelakuan mas Ilyas yang kasar. Saat ada kesempatan, saat mas Ilyas masih terkapar dikasur aku buru-buru pergi dari rumah itu.
Aku janjian dengan Wulan untuk bertemu disuatu tempat, untungnya Wulan sedang senggang, jadi langsung bisa menemuiku. Awalnya Wulan sangat kecewa kepadaku karena berselingkuh dengan suami kakak kandungku sediri, tapi aku berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa aku dalam ancaman mas Ilyas, mas Ilyaslah yang memaksaku. Wulan percaya dan merasa kasihan kepadaku setelah kuceritakan perihal mas Ilyas yang sering berlaku kasar. Aku berniat ingin ikut menyanyi lagi dengan bang Jon, tapi kata Wulan, grup musik bang Jon sepi Job. Aku sangat bingung saat itu, bagaimana jika mas Ilyas benar-benar bangkrut? mau makan apa? tidak! aku tidak mau miskin lagi, aku capek hidup miskin. Tapi mas Ilyas juga sudah tidak ada yang bisa diharapkan lagi, semua sudah ludes, mungkin, sebentar lagi rumah itu juga akan disita oleh bank.
Ditengah kekalutanku, aku tiba-tiba teringat sertifikat rumah peninggalan orang tuaku. Aku ingat, saat itu aku membawanya, karena takut hilang jika ditinggal dirumah dalam keadaan kosong. Buru-buru aku berpamitan pada Wulan, ya, aku berniat pulang ke jawa, aku akan meminta hakku dari rumah itu, dengan uang itu aku bisa menyewa rumah dan juga memulai kehidupan baru ditempat asalku. Aku bisa ikut kang Iwan lagi, kang Iwan pasti masih mau menerimaku. Namun aku kepergok mas Ilyas saat membereskan semua baju-bajuku. Mas Ilyas mencurigai gelagatku dan mulai menanyaiku. Dan tanpa segaja dia melihat sertifikat rumah orang tuaku.
Dari situ mas Ilyas malah seperti memanfaatkan keadaan. Akhirnya aku dan mas Ilyas kembali ke kampung halamanku dipulau jawa. Dia terus menekan dan menuntutku agar aku meminta hak atau bagian dari warisan yang tersisa kepada kak Ratna, sebenarnya aku kasihan dan juga merasa sangat malu jika harus menampakkan wajahku didepan kak Ratna lagi. Tapi mas Ilyas terus memaksaku, dan mengancam akan menjualku pada seorang germo jika aku tak mau menuruti keinginannya.
Malam itu, mas Ilyas malah berubah fikiran, tadinya aku hanya ingin meminta hakku sebesar 50 juta, atau hanya sebagian dari harga rumah itu yang sudah ditawarkan mas Ilyas pada orang kayak pemilik pabrik karet. Namun sifat serakahnya keluar, dia ingin aku mengambil seluruhnya, karena merasa pernah membantu membiayai operasi ibu. Aku menyanggupinya, tapi dia harus menceraikan kak Ratna. Aku kasihan jika kak Ratna masih terikat dengan laki-laki brengsek seperti mas Ilyas. Mungkin hanya ini kebaikan yang bisa aku lakukan, melepaskan kak Ratna agar statusnya tak lagi digantung dan bebas dari mas Ilyas.
Namun ternyata kak Ratna tidak mau menandatangani surat kuasa itu, dia kabur keperkebunan pada malam itu, aku berusaha menghalangi mas Ilyas, tapi dia malah menempelengku. Aku berharap kak Ratna selamat dari kejaran mas Ilyas pada malam itu. Dan ternyata doaku dikabulkan, mas Ilyas kembali seorang diri, kak Ratna berhasil meloloskan diri.
Setelah gagal mendapatkan tanda tangan kak Ratna, mas Ilyas jadi sering marah-marah dan melampiaskan kekesalannya padaku, tamparan, tendangan, umpatan-umpatan kasar tak jarang dilayangkan padaku. Tapi akhirnya malam itu pak Marvel yang akan membeli rumah itu menghubungi kami untuk datang kerumahnya besok. Aku dan mas Ilyas datang kesana dengan perasaan bingung, karena belum berhasil mendapatkan tanda tangan kak Ratna. Kebingungan kami bertambah saat melihat kak Ratna yang ternyata sudah ada disana. Kak Ratna mengajukan beberapa syarat saat hendak melakukan transaksi jual beli itu, tapi pada akhirnya dia menandatangani surat kuasa itu, dan menyerahkan seluruh uang hasil penjualan rumah itu untuk diberikan kepadaku dan mas Ilyas.
Aku fikir mas Ilyas akan memberi sedikit saja hasil penjualan tanah dan rumah peninggalan orang tua ku, tapi ternyata aku salah besar. Dia serakah dan ingin merampas semuanya, aku menemui kang Sofyan untuk bertanya dimana alamat kak Ratna yang baru, aku ingin menghentikan kak Ratna, agar tidak memberikan sisa uang itu kepada mas Ilyas, karena mas Ilyas sudah merampas uang milikku.
Setelah memaksa, dan menjelaskan semuanya, akhirnya kang Sofyan memberitahu dimana kak Ratna tinggal. Ternyata kak Ratna tinggal dirumah pak Marvel, seketika rasa iri terbesit dibenakku, nasib kak Ratna sangat beruntung karena bertemu dengan orang baik seperti pak Marvel, berbanding terbalik dengan nasibku yang sedang terpuruk.
Malam itu aku melihat mas Ilyas sangat senang, karena ternyata dia berhasil mengambil uang 50 juta sisa penjualan rumah itu yang dibarter dengan surat cerai. Aku tidak terima dan berniat meminta uang itu darinya, karena sebelumnya dia sudah merampas paksa uang milikku. Namun tanpa di duga mas Ilyas malah dengan membabi buta menghajarku dan mengusirku dari kontrakan rumah yang kami sewa. Dengan badan lemas dan penuh luka, aku menuju rumah pak Marvel, aku meminta pertolongan kak Ratna. Dan aku bersyukur mereka mau menolongku saat itu.
Jujur saja, aku merasa trauma atas kejadian malam itu, dimana mas Ilyas melakukan kekerasan kepadaku. Aku meminta kak Ratna agar bicara pada pak Marvel untuk mengizinkanku tinggal disini, tapi responnya malah membuatku semakin jengkel, aku merasa kak Ratna tak mau menolongku. Akhirnya aku bicara langsung dengan pak Marvel, aku terpana dengan ketampanan pak Marvel, dia lelaki baik dan juga benar-benar idaman semua wanita, dia benar-benar sempurna. Dan yang lebih membuatku bahagia, ternyata pak Marvel belum memiliki istri. Aku merasa punya kesempatan untuk mendekatinya, tidak akan aku sia-siakan kesempatan emas ini.
Tapi sikap pak Marvel terlihat acuh padaku, dan sebaliknya, dia bersikap hangat pada kak Ratna, aku melihat pancaran cinta dari mata pak Marvel saat menatap kak Ratna. Aku merasa cemburu, aku merasa lebih pantas bersanding dengan pak Marvel dibanding kak Ratna.
'Maaf kak, sepertinya aku harus mengambil kebahagiaan mu untuk yang kedua kalinya, karena aku sangat menginginkannya, menginginkan pak Marvel, lelaki tampan, mapan, dan kaya raya'
sok berhati malaikat.