"Apa kurang dari ku, Mas? Kamu dengan tega nya berselingkuh dengan Winda" teriak Mora dengan penuh air mata.
"Kau tidak kurang apapun, sayang" lirih Aron dengan menatap manik mata Mora dengan sendu.
"Kau yang membawa ku kemari , kau yang berjanji akan memberi ku banyak kebahagian, tapi apa Mas? Kau mengkhianati ku dengan teman ku sendiri" tegas Mora.
"Pergilah dan ceraikan aku secepat nya" ucap Mora dengan penuh ketegasan.
DEG.
Aron langsung saja menatap Mora dengan tidak percaya. Wanita yang sangat di cintai nya kini tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Mora terus saja menangis di pelukan Wildan, ia bahkan memeluk Wildan dengan erat seolah mengatakan bahwa ia rapuh dan juga sangat sesak di dada.
"Hiks hiks hiks" isak tangis Mora terus saja terdengar
"Menangislah, jika memang dengan menangis kau bisa lega" bisik Wildan dengan lembut.
Hingga pada akhir nya Mora terlelap karena kelelahan menangis di pelukan Wildan.
Wildan dengan lembut menggendong nya dan membawa nya ke dalam mobil.
"Tuan, kenapa dengan Nona muda?" tanya salah satu pengawal dengan cemas.
"Dia tidak apa-apa, hanya saja ia kelelahan akibat menangis" jawab Wildan dengan menenangkan anak buah Tuan Darma.
"Ayo kita pulang ke mansion, Tuan Darma" ajak Wildan pada pengawal tersebut.
Pengawal tersebut langsung menganggukan kepala nya, dan ia membukakan pintu untuk sang majikan.
Setelah itu, ia langsung melajukan mobil nya di jalan raya yang sudah agak padat dengan pengendara karena jam makan siang.
Sedangkan di kursi belakang, Wildan merebahkan kepala Mora di dada nya dan ia terus saja memeluk nya.
Bahkan saat tertidur seperti ini juga masih terdengar isak tangis dari bibir wanita nya.
"Semua nya akan baik-baik saja, bahkan kamu akan lebih bahagia dengan semua yang sudah kau lalui, sayang" gumam Wildan dengan penuh tekad.
**
Sedangkan di toko perhiasan, Tuan Darma dan Nyonya Hesti baru saja tiba disana.
"Selamat datang Tuan, Nyonya Widiatma" sapa penjaga toko yang ada disana.
Tuan Darma menganggukan kepala nya saja tanda balasan untuk sapaan mereka.
"Ini pesanan yang sudah di siapkan oleh Nona Afnan" ucap nya lagi dengan memberikan paperbag.
"Terimakasih, kami langsung pamit" balas Nyonya Hesti dengan ramah.
"Hati-hati Tuan, Nyonya" ucap pelayan tersebut.
Setelah itu, Nyonya Hesti dan Tuan Darma langsung keluar dari toko perhiasan itu.
Hingga langkah mereka terhenti setelah ponsel Tuan Darma bergetar.
"Assallamualaikum Ayah, kalian masih dimana? Cepatlah pulang karena ada sesuatu hal penting" ucap Wildan dengan serius.
"Kami baru saja akan pulang Nak, ada apa? Apa Putri ku baik-baik saja?" tanya Tuan Darma dengan khawatir.
Lalu Tuan Darma membawa Istri nya untuk segera meninggalkan tempat itu dan pulang.
"Nanti saja setelah kalian sampai di mansion" jawab Wildan.
"Tunggu lah , sebentar lagi kami sampai" ucap Tuan Darma.
Tut.
Tanpa berpamitan ia langsung saja memutuskan panggilan tersebut.
Bahkan Tuan Darma menyuruh anak buah nya untuk membawa mobil dengan laju yang tinggi.
"Mas, ada apa? Apa Mora baik-baik saja?" tanya Nyonya Hesti dengan panik.
"Aku pun tidak tau sayang, tenanglah" jawab Tuan Darma dengan mengusap lembut pundak Istri nya.
Tak lama kemudian mobil yang mereka naiki sudah sampai di mansion Widiatma.
Nyonya Hesti dan Tuan Darma pun langsung saja melangkah masuk ke dalam mansion.
"Mora, Nak" teriak Nyonya Hesti dengan penuh kecemasan.
"Ma" panggil Mora yang ada di ruang keluarga.
Nyonya Hesti pun langsung saja melangkah kesana dengan raut wajah yang sangat penuh kecemasan.
"Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu pucat dan wajah kamu sembab?" tanya Nyonya Hesti dengan cemas.
Tuan Darma langsung duduk di samping Wildan yang berhadapan dengan Istri dan Putri nya.
"Ayah, Ma, ada yang ingin Mas Wildan bicarakan" ucap Mora dengan lembut.
Nyonya Hesti menganggukan kepala ke arah Wildan, lalu ia memeluk tubuh Mora dengan lembut.
"Acara besok yang harus nya pertunangan akan di ganti dengan acara pernikahan antara aku dan Mora, Ayah, Ma. Aku tidak ingin ada fitnah di antara kita, dan aku juga tidak ingin berjauhan dengan Mora" jelas Wildan dengan raut wajah serius dan tegas.
"Apa kamu setuju, Nak?" tanya Tuan Darma pada Mora.
"Setuju Ayah, lagi pula ini niat baik jadi tidak ada alasan untuk Mora menolak nya" jawab Mora dengan tersenyum tulus.
"Mora tidak perlu pesta mewah, yang Mora peu hanya ketulusan dan kesetiaan, Ayah" ucap Mora kembali dengan tegas.
"Kami setuju saja dengan apa yang kalian rencanakan, itu semua demi kebaikan kalian juga. Apa semua nya sudah di urus?" tanya Tuan Darma pada Wildan.
"Sudah Ayah, Roy dan Hari yang sedang mengurus semua nya" jawab Wildan.
"Bisakah kalian jelaskan kenapa Mora bisa begini?" tanya Nyonya Hesti dengan tajam.
Mora memeluk Nyonya Hesti dengan erat, ia bahkan terisak kembali di dalam pelukan Nyonya Hesti.
Wildan menghela nafas dengan kasar, lalu ia membenarkan letak duduk nya.
-FlashBack
Saat di perjalanan akan pulang, tiba-tiba ponsel Mora bergetar.
Awalnya Wildan tidak menghiraukan, tetapi ponsel itu terus saja bergetar berkali-kali.
Hingga dengan keberanian ia mengambil dari dalam tas Mora.
Disana tertera ada pesan dari nomor yang tak di kenal, bahkan ada pemberitahuan dari sosial media dan sahabat Mora.
Wildan lalu membuka sosial media nya dan disana ternyata ada poto dirinya sedang menggendong Mora yang akan masuk ke dalam mobil.
Padahala disana jelas-jelas dari arah pemakaman, tetapi karena nama pemakaman nya terhalang jadi seperti rumah biasa.
"Sial, siapa yang sudah menyebarkan ini" gerutu Wildan dengan emosi.
Lalu Wildan menyuruh Hari dan Roy menghapus kabar itu dan mencari siapa pelaku nya.
Hingga saat mereka sampai di mansion, Mora bangun dan Wildan menjelaskan semua nya.
Tangis Mora kembali pecah ia bahkan terlihat sangat rapuh, ia menangis sesegukan dengan menenggelamkan wajah nya di meja ruang keluarga.
Lalu Wildan mengajak Mora untuk langsung menikah tanpa perlu pertunangan lebih dulu, agar mereka tidak di fitnah dengan keterlanjutan.
Dan Mora pun ikut setuju semua itu, tetapi bukan karena terpaksa tetapi memang dia sudah ada rasa dengan Wildan sejak kebersamaan mereka selama ini.
-FlashNow
Tuan Darma langsung saja mengepalkan tangan nya dengan kuat.
"Siapa pelaku nya?" tanya Tuan Darma.
"Aron" jawab Mora dengan lirih.
"Dia yang menyebarkan nya dengan menggunakan akun palsu, Ayah. Tetapi Roy bisa melacak nya dan menemukan pelaku nya" ucap Wildan dengan menahan emosi.
"Keterlaluan, awas saja kau Aron" gumam Tuan Darma dengan emosi.
Nyonya Hesti lalu membawa Mora untuk masuk ke dalam kamar nya, ia ingin Mora agar istirahat.
Wildan dan Tuan Darma menganggukan kepala nya saat kedua wanita itu berpamitan.
Setelah kepergian Mora dan Nyonya Hesti, Tuan Darma mengajak Wildan ke ruang kerja nya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Tuan Darma dengan sorot mata tajam.
"Aku akan menikahi Mora terlebih dulu agar aku lebih leluasa dengan menjaga Mora, Ayah" jawab Wildan dengan tegas.
"Baiklah, kita akan bairkan saja dulu mereka. Yang terpenting sekarang kita jangan lengah" ucap Tuan Darma dengan penuh ketegasan.
Setelah itu mereka membahas rencana ke depan nya, bagaiman menyikapi semua perbuatan Aron dan Winda.
.
.
.
Mu itu untuk Sang Pencipta.
mu itu untuk orang
Nya itu untuk Sang Pencipta.
nya itu untuk ciptaanNya