Ini mengisahkan seorang permaisuri terkenal tangguh yang mampu membantu rajanya melawan musuh di medan perang bernama Violetta.
Setelah membantu sang raja berjaya permaisuri malah di khianati dan dibunuh oleh suami yang dia sayang.
Setelah mati sebuah keajaiban muncul. Dia hidup kembali dalam tubuh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neneng selfia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 26
Az dan Devan kembali ke mobil bersama tanpa diantar siapapun karena mereka menolak Sisi yang menawarkan diri untuk mengantar mereka.
"Apakah kau yakin bahwa kakek Gerald dan orang tuamu akan setuju dengan keputusan mu ikut magang di perusahaan kakek?" tanya Az setelah mereka berada di dalam mobil Devan.
"Mengapa tidak yakin?" tanya Devan balik.
"Bukankah kemarin kakek Gerald mengumumkan bahwa kau akan mengambil alih perusahaan?" jawab Az.
"Memang benar, tapi tidak untuk waktu dekat ini." saut Devan.
"Oh, lalu mengapa kau sangat yakin kakek Gerald dan orang tuamu akan setuju?" tanya Az lagi.
"Aku memiliki suatu penawaran yang pasti tidak akan dapat mereka tolak." jawab Devan.
"Walaupun mereka senang menjadikan Az anak angkat, mereka pasti akan lebih senang jika Az menjadi menantu mereka. Mereka pasti akan setuju jika tujuanku adalah untuk meraih hati Az yang sudah dari awal mengunci hatiku ini." batin Devan.
Az tidak lagi bertanya ataupun menanggapi ucapan Devan. Dia memilih diam sambil memandang ke luar jendela yang menampakkan deretan bangunan tinggi serta beberapa orang berjalan di trotoar.
Mobil Devan tiba di parkiran sebuah butik setelah sekitar 20 menit berlalu. Mereka turun dari mobil dan berjalan bersama ke arah butik yang terlihat sangat mewah itu.
"Kita harus mencari pakaian yang terlihat sederhana layaknya seorang karyawan biasa." ucap Az.
"Memang benar, lalu apa masalahnya?" tanya Devan.
"Masalahnya adalah, mengapa kita justru memasuki tempat semewah ini?" Az balik bertanya.
"Terlihat sederhana tidak harus menggunakan pakaian pasaran dengan bahan yang mungkin akan membuat kulitmu gatal." jawab Devan.
"Kau berlebihan. Sebelumnya aku menggunakan pakaian murahan dan tidak membuat aku alergi." protes Az.
"Kulitku gampang alergi terhadap beberapa bahan pakaian." ucap Devan agar Az berhenti mendebatnya.
Mereka baru akan masuk ke dalam butik yang pintunya sudah dibukakan oleh penjaga pintunya tapi langkah mereka terhenti karena seseorang yang memanggil Devan.
"Kak Devan...." panggil seorang wanita.
"Kak Devan.....!" panggilnya lagi dengan suara lebih tinggi membuat mereka yang awalnya mengabaikan memutar tubuh mereka bersamaan untuk melihat siapa yang memanggil Devan itu.
"Mengapa kak Devan tidak pernah mau mengangkat telepon dariku?" tanya gadis itu.
"Berhenti memanggilku dengan sok akrab dan aku tidak ada waktu untuk meladeni omongan tidak penting." jawab Devan.
"Kita ini keluarga kak Devan baga..."
"Keluarga jauh yang telah memutuskan hubungan sejak lama. Berhenti menggangguku." sela Devan lalu menautkan tangannya dengan tangan Az hendak melangkah meninggalkan gadis itu.
"Tunggu kak Dev....."
"Jangan memanggilku kak kak kak terus. Kita tidak se-akrab itu nona Seril." ucap Devan lalu pergi membawa Az meninggalkan Seril itu sendiri.
Ya, gadis itu adalah Seril yang sebelumnya diusir dari pusat perbelanjaan karena berselisih dengan Az gara-gara sebuah jam tangan. Dia adalah keturunan kerabat jauh tuan Gerald yang ikut membantu keluarga tuan Gerald waktu itu membawa pergi uang investasi yang membuat Tuan Gerald hampir bangkrut.
Baik tuan Gerald maupun Devan dan orang tuanya sudah menarik diri dari keluarga yang hanya menjadi keluarga disaat mereka berada di atas dan akan menjadi orang asing saat mereka terpuruk itu.
"Selamat datang tuan dan nona...."
"Azkaela, panggil dia nona Azkaela dan aku Devan." ucap Devan.
"Selamat datang tuan Devan dan nona Azkaela." sapa seorang pegawai butik yang segera menyambut kedatangan mereka ketika melihat Devan dan Az berjalan memasuki butik itu.
Sementara Devan dan Az disambut dengan sangat baik oleh pegawai butik, Seril di luar sana dicegat oleh penjaga pintu karena tidak memiliki kartu anggota dari butik yang hanya akan melayani pembeli tertentu yang telah memiliki kartu anggota atau pelanggan dari butik itu.
"Maaf nona, anda tidak bisa masuk ke dalam." cegat seorang pria berseragam.
"Kenapa mereka bisa masuk ke dalam sana sedangkan aku tidak?" tanya Seril.
"Karena mereka memiliki kartu pelanggan butik ini." jawab penjaga itu.
"Aku bersama dengan mereka tidak kah kalian lihat tadi kami berbincang bersama?" Seril berusaha untuk diijinkan masuk ke dalam butik itu namun hasilnya dia diusir dari depan butik agar tidak menggangu pelanggan.
"Dasar hanya seorang penjaga pintu saja berani berbuat seperti itu. Awas saja kalau aku sudah berhasil mengambil hati kakek Gerald dan kak Devan, aku pastikan butik itu akan berganti seluruh pegawainya. Tapi, kenapa gadis yang bersama kak Devan wajahnya seperti aku pernah lihat tapi entah dimana?" ucap Seril dengan wajah kesalnya.
"Ada yang bisa kami bantu tuan?" tanya seorang pegawai butik wanita yang terus menerus mencuri lirik wajah Devan.
Pegawai wanita lainnya juga sesekali akan melirik ke arah Devan karena di butik itu pegawai dilarang menatap wajah pelanggan agar tidak mengganggu kenyamanan mereka.
"Carikan kami pakaian yang nyaman dipakai dengan model sederhana untuk karyawan kantor biasa." jawab Devan.
Pelayan itu mengernyit bingung lalu kemudian mengangguk dan mempersilahkan mereka duduk di sofa sambil menunggu pelayan itu mengambil model pakaian yang sesuai keinginan mereka.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya seorang wanita yang terlihat cukup berumur namun berpenampilan anggun datang bersama beberapa orang pegawai.
"Selamat sore tuan dan nona." sapa wanita itu.
"Sore nyonya...."
"Nama saya Klara pemilik butik ini." ucap Klara memperkenalkan diri.
"Sore juga nyonya Klara." sapa Az.
"Mohon maaf untuk lancang bertanya kepada kalian tapi, kalian masuk menggunakan kartu anggota Nyonya...."
"Nyonya Renata adalah ibu saya." ucap Devan yang paham maksud tujuan Klara itu bertanya.
"Oh rupanya putra nyonya Renata. Mohon maaf saya mengganggu tuan Devan, kalau tidak salah itu nama anda bukan?" tanya Klara.
"Hm." hanya itu yang Devan jawab tidak lama setelah itu beberapa orang pegawai datang membawa beberapa pakaian yang sesuai dengan pesanan mereka.
Devan dan Az memilih beberapa pakaian yang mereka anggap sesuai lalu meminta pegawai membungkusnya. Devan dan Az sama-sama mengeluarkan kartu yang membuat para pegawai butik membelalakkan matanya. Bagaimana tidak dua orang menyodorkan black card yang dikenal sebagai kartu tanpa limit yang tidak sembarang orang dapat memilikinya.
Devan dan Az berdebat tentang siapa yang akan membayar pakaian yang mereka pilih dan akhirnya diputuskan mereka akan membayar masing-masing pakaian mereka. Az dan Devan bahkan mendapatkan kartu keanggotaan pelanggan butik itu dari Klara setelah urusan pembayaran selesai.
Saat jalan keluar dari butik mereka tidak sengaja bertemu dengan Elliot dan Jasmine yang berencana naik kendaraannya entah dari mana namun memutuskan untuk menghampiri mereka saat melihat Az dan Devan berjalan bersama keluar dari butik terkenal yang hanya menerima orang-orang tertentu sebagai tamunya.
bikin calon yg lebih tangguh dr devan utk az
malah gila