"Apa itu mahabbah?"
Ketika mendapat pertanyaan itu Khalisa tidak bisa mendapat jawabannya hanya dengan berpikir satu atau dua hari, meski telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memahami apa itu mahabbah ia tak akan bisa betul-betul mengerti.
Namun ada satu orang yang membuat Khalisa merasa jika dekat dengannya maka ia juga dekat dengan sang pencipta—dekat pula pada arti dari mahabbah.
Suatu hari di pertengahan bulan suci ramadhan, ia mengungkapkan perasaannya berharap mereka memiliki rasa yang sama dan mau menjalani ibadah paling lama yakni pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna Samsiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Aku boleh gabung nggak?"
Suara itu mengalihkan perhatian semua orang yang sedang menikmati makan siang mereka.
"Rindang." Khalisa heran melihat Rindang tiba-tiba ada disini, tadi Rindang memang bilang ingin ikut kegiatannya bersama HAWASI tapi karena harus ibadah pagi dan pergi ke kantor polisi ia tidak bisa kesini. Namun Khalisa tidak menduga bahwa Rindang akan tetap datang dan ingin makan bersama.
Mereka terkejut dengan kedatangan sosok gadis bernama Rindang yang asing bagi mereka. Penampilan Rindang membuat mereka bertanya-tanya dalam hati mengapa gadis itu tidak berjilbab. Namun mereka menyembunyikan rasa penasaran tersebut karena tidak mau membuat Rindang tersinggung.
"Oh iya temen-temen, kakak-kakak, kenalin ini Rindang sahabat aku." Khalisa berdiri untuk memperkenalkan Rindang kepada teman-temannya.
"Rindang silahkan duduk." Mereka mempersilakan Rindang duduk bergabung dengan mereka. Kalung yang melingkar di leher Rindang menjawab rasa penasaran mereka dan membuang prasangka buruk tersebut.
"Nasi kotaknya udah abis?" Rindang mengedarkan pandangan ke sekitarnya mencari sisa nasi kotak. Sebenarnya ini hanya modusnya agar bisa makan nasi.
"Ada kok tinggal satu, kamu beruntung." Ikha memberikan satu nasi kotak pada Rindang.
"Makan separuh aja, kamu kesini cuma mau makan nasi kan?" Khalisa melihat Rindang, ia tahu apa yang sahabatnya itu pikirkan sekarang.
Rindang nyengir, rupanya Khalisa tahu dirinya lebih dari yang ia kira. Matanya membulat melihat nasi tempong di dalam kotak tersebut, ah sudah lama sekali ia tidak makan sayur kenikir dengan sambal tempong yang akan membuatnya berkeringat karena kepedasan. Tak perlu olahraga Rindang akan berkeringat seperti lari keliling lapangan.
"Minumnya apa?" Rindang berbisik pada Khalisa.
"Air putih." Jawab Khalisa, mengapa Rindang masih bertanya padahal di dalam kotak itu sudah terdapat sebotol air mineral. "Udah suntik belum?"
"Udah." Rindang menautkan tangan di depan dada memejamkan mata untuk membaca doa dalam hati sebelum makan. Rindang kesini memang niat untuk makan jadi ia telah menyuntikkan insulin dalam perjalanan tadi.
"Ya ampun kamu Rindang Anjana itu?" Ikha baru menyadari kalau Rindang ini adalah Rindang Anjana yang memiliki pengikut ratusan ribu di Instagram.
Rindang tersenyum lebar pada Ikha seraya mengangguk.
"Boleh foto bareng nggak?" Ikha melebarkan matanya, kapan lagi ia akan bertemu dengan selebgram terkenal itu. Ikha harus mengajaknya foto bersama untuk mengabadikan momen tersebut.
"Boleh-boleh, setelah makan ya."
"Masya Allah aslinya lebih cantik dari pada di foto." Ujar mereka setelah menyadari sosok Rindang.
Rindang tersipu mendengar pujian mereka padahal sekarang ia tak yakin apakah make-up nya masih on point atau justru sudah berantakan. Sedangkan foto di Instagram, Rindang harus memastikan kalau wajahnya terlihat sempurna. Kadang ia menambahkan editan untuk membuat fotonya lebih bagus.
Usai makan mereka benar-benar mengadakan acara foto bersama bahkan ada yang meminta tanda tangan Rindang seperti fan meeting tapi dilakukan secara mendadak.
"Makasih Khalisa untuk makanannya sekaligus bantu aku makan sambelnya." Ujar Azfan, ia memungut sampah bekas makan mereka bersama anggota laki-laki lainnya karena para wanita sedang asyik berfoto dengan sang selebgram.
"Kamu bener-bener nggak bisa makan pedes?" Khalisa tertawa mengingat wajah Azfan tadi saat memakan suapan pertama nasi dengan sambal tempong.
"Aku udah belajar makan pedes tapi sampai sekarang memang nggak bisa." Azfan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi kamu jago banget makan pedes."
"Udah kebiasaan dari kecil, oh iya Fan, gimana persiapan lombanya?"
"Inshaa Allah aku siap tapi nggak tahu nanti hasilnya gimana."
"Aku yakin kamu bisa lah, suara kamu bagus yang penting percaya diri." Khalisa mengangkat tangan hendak menepuk lengan Azfan tapi ia lekas menurunkannya kembali, ia tak boleh melakukan itu kan?
"Kamu datang kan?" Azfan baru sadar ada yang berbeda dari penampilan Khalisa hari ini yakni topi yang bertengger di atas kepalanya dengan tulisan Levin ED di pojok bawah. Apakah topi itu milik Levin? tapi kenapa Khalisa mengenakannya. Apakah ada hubungan spesial di antara mereka. Tiba-tiba Azfan menyesal telah bertanya seperti itu pada Khalisa.
"Inshaa Allah aku datang." Khalisa harus datang untuk menyaksikan penampilan Azfan.
Levin melihat ke arah Khalisa dan Azfan yang sedang asyik mengobrol, ia melangkah menghampiri mereka.
"Kalian lagi ngomongin apa?" Tanya Levin.
"Aku nanya tentang persiapan Azfan buat ikut lomba MTQ lusa." Jawab Khalisa.
"Kamu tenang aja karena aku udah kasih tahu beberapa tipsnya buat Azfan"
"Oh ya?" Alis Khalisa terangkat, ia tidak tahu kalau Azfan juga melakukan sesi latihan dengan Levin. Kalau begitu Khalisa bisa tenang karena ia dengar Levin pernah mengikuti lomba tersebut beberapa tahun yang lalu.
"Tapi nggak akan bisa sebagus Kak Levin." Azfan kembali menggaruk tengkuknya, itu gerakan refleknya saat sedang gugup.
"Tuh Ko, Azfan ini bakat udah ada suara bagus cuma rasa percaya dirinya yang kurang, kalau bisa nih aku transfer percaya diriku buat Azfan karena Rindang bilang rasa percaya diriku berlebihan nah kalau bisa aku kasih sedikit buat Azfan."
Sorot mata Levin meredup mendengar kalimat Khalisa, mungkin itu hanya candaan tapi ia merasa tidak suka dengan ucapan Khalisa. Apakah ia cemburu pada Azfan? tidak-tidak, kenapa ia harus cemburu pada Azfan. Bukankah Khalisa memang baik pada semua orang.
Azfan menunduk, ia penasaran bagaimana rasanya hidup dengan percaya diri yang penuh sedangkan dirinya selalu merasa minder seperti sekarang, berdiri di antara Levin dan Khalisa membuatnya malu karena dirinya tidak sepadan dengan dua orang hebat ini.
"Ayo balik." Rindang datang menghampiri Khalisa, ia telah selesai mengadakan acara fan meeting dadakan di kampus UII.
"Udah selesai?" Khalisa melepas topi yang dari tadi ia kenakan, karena matahari tidak sepanas tadi ia akan mengembalikannya pada Levin. "Ko, makasih topinya." Khalisa menyodorkan topi yang sekilas terlihat polos itu tapi jika dilihat dari dekat mereka akan bisa membaca nama Levin di bagian depan.
"Kenapa dibalikin? pakai aja buat kamu, itu cocok kok buat kamu, ya kan Fan?" Levin melihat Azfan untuk meminta pendapatnya.
"Hm?" Alis Azfan terangkat, Khalisa memang cocok pakai apapun tapi apakah boleh kali ini ia berbohong? "Iya bagus kok."
"Khalisa emang bagus pakai apapun." Timpal Rindang. "Koko masa Khalisa doang yang dikasih, jangan-jangan topi ini spesial buat Khalisa ya?" Rindang menunjuk Levin dengan pandangan menelisik.
"Ssshhh, ayo balik buruan." Khalisa mendorong Rindang agar segera pergi dari sana sebelum sahabatnya itu melantur. Khalisa pamit pulang lebih dulu pada yang lain dan berterimakasih karena telah bekerja keras hari ini.
"Kamu kok ngomong gitu sih?" Khalisa menggandeng tangan Rindang menuju mobil mereka yang terparkir di depan sana.
"Aku cuma bercanda." Kilah Rindang padahal menggoda Khalisa telah menjadi hobinya.
"Jangan bercanda kayak gitu ah." Khalisa melepas gandengannya di tangan Rindang ketika mereka sampai di dekat mobil.
Rindang memajukan bibir bawahnya menahan senyum, kenapa Khalisa mudah ditebak. Selama belasan tahun mengenal Khalisa, Rindang tak pernah melihat Khalisa jatuh cinta sebelumnya. Rindang langsung tahu karena Khalisa terlihat berbeda, bahkan ia mengetahui hal itu sebelum Khalisa menyadarinya.
"Eh ada nama Ko Levin disini." Rindang menunjuk bordiran nama Levin pada topi tersebut.
"Oh ya?" Khalisa pikir tak ada tulisan apapun disitu.
"Kalau kamu pakai ini seolah-olah kamu jadi milik Ko Levin nggak sih?"
Khalisa memakaikan topi tersebut pada Rindang, "jangan suka mikir kejauhan ya, tolong." Ia melangkah masuk ke dalam mobilnya.
Mereka menaiki mobil masing-masing keluar dari area kampus UII menuju apartemen yang jaraknya dekat dari sana. Khalisa naik mobil karena ia harus membawa banyak makanan, biasanya ia akan jalan kaki ke kampus.
******
"Khalisa, dua orang itu bersikeras kalau bukan mereka atau temen-temen mereka yang gedor pintu apartemen ku." Rindang melangkah keluar lift, tadi ia menanyai dua orang yang melakukan pelecehan seksual padanya malam itu apakah mereka juga yang menggedor pintu apartemennya saat tengah malam. Namun mereka bersikeras bahwa bukan mereka pelakunya. Mereka terlihat meyakinkan saat mengucapkan itu dan Rindang mempercayainya. Namun siapa pelakunya? Rindang tak akan bisa tidur di apartemennya sendiri jika belum mengetahui pelaku sebenarnya.
"Semoga dia cuma orang iseng yang berusaha menarik perhatian kamu." Khalisa mencoba menenangkan Rindang meski ia juga khawatir tentang hal tersebut.
"Aku juga berharap kayak gitu." Apakah Rindang harus memperkerjakan bodyguard untuk jaga-jaga jika ada lagi kejadian seperti ini? tapi itu sedikit berlebihan lagi pula ia bukan artis. "Nih aku balikin topi mu." Rindang memakaikan topi yang dari tadi bertengger di kepalanya pada Khalisa.
Khalisa melambaikan tangan pada Rindang lalu masuk ke apartemennya. Khalisa meletakkan tas selempang miliknya dan topi pemberian Levin di atas sofa.
Khalisa melihat kalender meja di samping sofa yang ia duduki, telunjuknya menyentuh tanggal 13. Itu adalah tanggal dimana lomba MTQ akan dilaksanakan sekaligus hari lahirnya—13 Juni. Lusa ia akan berusia 20 tahun. Dulu mamanya menikah diusia tersebut.
"Ah kenapa jadi mikir macem-macem sih." Khalisa memukul kepalanya sendiri. Ia meletakkan kalender tersebut dan beranjak untuk membersihkan diri sebelum adzan ashar berkumandang.
makasih jg udah kasih kita bacaan yg positif bgt.. aku tunggu karyamu yg lain kak.. sukses terus kaka sayang...😘😘
q bakal kangen ma mereka pasti..😥