Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Dan ku bertemu dia temaniku sepanjang waktu,
Sembuhkan lukaku,
Mungkinkah ku akan bahagia?
Apakah dia kan sama sepertiku?
Bisa membuatmu bahagia
Banyak hal yang ingin ku dengar...
( Aku masih memikirkanmu )
***
Revan mengantarkan Najira pulang ke rumah, selepasnya ia akan langsung pulang ke Bandung barang sebentar karena kebetulan malam nanti ia akan menemani atasannya menghadiri acara.
"Hati-hati di jalan, Mas. Jaga diri baik-baik, jika sudah sampai jangan lupa kabari aku." Pesan Najira dengan seulas senyum. Revan mengangguk dari kaca jendela dan melambaikan tangannya.
Revan enggan turun karena tak enak dengan satpam rumah Najira, bagaimanapun Pak Jovi adalah orangnya Bara.
Najira memasuki gerbang, Pak jovi menatapnya tanpa ekspresi dan itu membuat Najira tak enak.
"Pak Jovi..." panggil Najira.
"Iya, Bu Najira."
"Saya minta maaf, untuk apa-apa yang pernah Pak Jovi lihat atas kelakuan saya di belakang Mas Bara." Najira menjeda ucapannya, ia sadar imagenya sangat buruk dimata satpam rumahnya.
"Saya tahu kesalahan saya sangat fatal. Pak Jovi bahkan masih begitu baik menutupi aib saya, saya sangat berhutang budi. Hubungan saya dan Mas Bara udah usai, Pak. Kami resmi bercerai, meski Mas Bara menginginkan saya berada disini, akan tetapi itu hal yang sangat tidak mungkin."
"Tapi, Pak Bara berpesan agar ibu tetap tinggal disini," ucap Pak Jovi yang sebenarnya tak terlalu terkejut dengan kabar perceraian mereka. Karena bagi Jovi, hanya laki-laki bodoh yang masih mau bertahan dengan istri yang ketauan selingkuh di depan mata.
"Saya tidak bisa, Pak. Saya datang cuma mau mengambil sisa barang-barang saya, mari." Najira melangkah memasuki rumah itu, rumah yang menjadi saksi awal sekaligus akhir pernikahannya dengan Bara.
Najira masuk ke dalam kamarnya, barang-barangnya masih utuh hanya saja terletak di tempat terakhir dia pulang.
"Mas Bara tak akan mungkin menginjakkan kakinya disini lagi. Rumah ini, menyimpan kenangan paling pahit baginya," gumam Najira dengan sudut mata berkaca.
"Mas, aku minta maaf." Najira memandangi sekeliling kemudian mengemasi barangnya.
Drtttt...
Bunyi ponsel membuyarkan lamunan Najira.
"Hallo, Pa?" sapa Najira dengan kikuk.
"Hallo, Na. Papa sudah memutuskan untuk memberikanmu sebuah butik tiga lantai di daerah E, kamu bisa mengelola dan datang kesana cari butik bernama Nara, orangku akan menyambutmu."
"Makasih, Pa. Makasih banyak!"
"Papa hanya ingin kamu hidup lebih baik setelah ini, jika kamu menikah setialah dengan pasanganmu dan Papa hanya berharap baik kamu dan maupun Bara bahagia dengan kehidupan masing-masing, jangan sungkan jika membutuhkan sesuatu."
"Apa yang Papa sama Mama Rosa beri udah lebih dari cukup buatku, Pa. Maaf sudah terlalu mengecewakan kalian," ucap Najira.
"Hya, awalnya Papa berniat memberimu pekerjaan di Kantor. Tapi, Papa pikir itu tidak baik untuk Bara."
"Makasih banyak, Pa. Ini sudah lebih dari cukup buatku, aku akan berusaha dengan baik."
"Oke, kalau begitu hati-hati dan jaga diri!" pesan Aron kemudian telepon terputus.
Di kantor, Aron menghela napas panjang. Kenyataan, meski semarah apapun ia kepada Najira ia tetap memiliki sisi kasian, terlebih Najira sudah tak memiliki siapapun di dunia ini.
"Apa saya perlu meminta seseorang mengawasi Bu Najira, Pak?" tanya asisten Aron.
"Tidak perlu, selama dia tak mengusik Bara aku rasa tidak perlu."
"Baik kalau begitu Pak, saya permisi kembali." pamit assistennya.
"Tunggu, tolong persiapkan segala sesuatunya untuk nanti malam." pinta Aron.
"Baik, Pak."
***
Mall Baru Bandung, Bara datang bersama Rea dan juga Tama. Rea sendiri masih belum paham kenapa Bara mengajaknya ke pusat keramaian. Kebingungannya semakin menjadi kala kehadiran mereka disambut dengan hormat oleh orang-orang berjass hitam yang lebih mirip seperti pengawal. Meski begitu, Bara hanya diam tanpa menjelaskan apapun dan terus membawa Rea ke depan.
"Apa kita menjadi tamu di peresmian mall ini, Mas? kok bisa?" tanya Rea.
"Nanti kamu akan tau, Rea?"
Kembali terdiam, Rea hanya bisa menahan diri untuk tidak bertanya apapun lebih dulu saat orang-orang berusaha mendekat ke arah Bara tetapi laki-laki itu hanya menunduk dan mengatupkan tangan sebagai balasan sapaan.
Bara mengajak Rea menyapa para investor dimana disana ada beberapa orang menatap ke arahnya dengan tatapan tanda tanya, sementara Bara masih begitu santai dalam bersikap.
"Sebenarnya siapa kamu, Mas." batin Rea bertanya-tanya.
Dari halaman pintu masuk mall, mobil Aron berhenti dan ia langsung turun bersama Rosa yang menggandeng tangannya dan berjalan ke arah Bara membuat jantung Rea berdegup kencang.
"Siapa lagi ini?" batinnya penuh tanda tanya.
Setelah berbasa-basi dengan investor, Aron mendekat ke arah Bara.
"Bara, apa kamu sudah siap?" tanyanya yang diangguki kepala oleh Bara.
"Sudah, Pa."
"Sayang, mama yakin kamu bisa mengelola bisnis ini dengan baik kedepannya," ucap Rosa.
Deg, Rea tertegun mendengar ucapan sepasang suami istri paruh baya dan ia menyadari sesuatu.
"Orang tua, Mas Bara." batin Rea, tubuhnya mendadak mundur selangkah dan bersembuyi di belakang punggung tegap Bara.
"Ma, lihatlah kekasih Bara." bisik Aron karena Rosa masih belum menyadari keberadaan Rea.
"Mana, Pa?" tanya Rosa menatap sekeliling Bara.
Menyadari hal itu, Bara pun hendak mengenalkan Rea kepada mereka akan tetapi terkejut saat melihat Rea sudah tak ada disampingnya.
"Rea kemana dia?" ucap Bara membuat Aron tak kalah terkejutnya. Aron baru sebentar menoleh ke arah Rosa dan gadis itu sudah hilang dari pandangan?
"Pa, Ma, aku cari Rea dulu." Bara hendak melangkah pergi akan tetapi tangannya ditahan oleh Rosa.
"Nanti saja, acara sudah hampir mulai. Dia tak akan hilang, hanya karena kamu tak mencarinya." cegah Rosa dengan raut kesal.
"Ma, wajarlah Bara khawatir." bela Aron.
"Papa nggak lihat, semua sudah siap?" tanya Rosa membuat Aron dan Bara saling tatap.
"Tama mana?" tanya Aron.
"Itu disana." tunjuk Bara pada Tama yang berdiri dan mengobrol dengan seseorang.
"Kamu telepon Tama untuk mencari Rea, kita mulai acara." tegas Aron membuat Bara menekuk wajahnya. Namun, mau tak mau ia harus menurut.
Rea, begitu matanya menangkap sosok Revan. Ia langsung berjalan menghampiri kakaknya. Bagaimana mungkin, Revan bisa hadir di acara yang sama dengan Bara? Apa sebenarnya mereka saling kenal? pikir Rea.
Bugh!
Tubuhnya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga hampir membuatnya terjatuh kalau-kalau laki-laki itu tak menangkapnya.
"Rea?"
"Dimas?" Rea tak kalah terkejutnya, melihat siapa seseorang yang tak sengaja ia tabrak.
Hingga kini keduanya berada di sudut sepi jauh dari kerumunan orang-orang.
"Kamu apa kabar?" tanya Dimas.
Masalalu sekaligus cinta pertama Rea sewaktu SMA.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..