Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Perih
***
Sherin memalingkan wajahnya. Dia benar-benar
muak melihat kelakuan dua orang yang tidak
tahu tata krama itu. Ciuman mereka semakin
lama semakin panas, Stella mengalungkan kedua tangannya di leher Brian sambil memejamkan
mata. Terlihat sekali kalau dia sangat menikmati setiap sentuhan bibir laki-laki itu yang sangat
ahli dalam permainan panasnya.
Tidak tahan lagi, Sherin akhirnya beranjak dari
tempatnya berdiri. Dia harus segera keluar dari
tempat yang di penuhi hawa panas itu. Dia mulai
berjalan melewati keduanya, tapi langkahnya
tertahan saat tangannya di tarik oleh Brian lalu
di pegang nya kuat. Sherin melirik, mata mereka
saling menatap kuat, sementara bibir Brian
masih sibuk membuai Stella dengan ciuman
panasnya, hingga membuat gadis itu terlena.
Sherin mendengus geram, menatap jijik wajah
Brian yang masih memandangnya lekat. Masih
ada rasa perih yang kini mengiris bathin nya.
Tapi itu karena dia menyadari kalau pria ini benar-benar sudah sangat berubah.
"Teruskan lah kegilaan kalian selagi aku masih
memberi kalian waktu dan kesempatan. Tapi..
akan ada saatnya kalian merasakan apa yang
aku rasakan sekarang, dan aku pastikan.. hal
itu tidak akan lama lagi.!"
Desis Sherin sambil kemudian menepis tangan
Brian, setelah itu dia berlalu keluar tenda. Brian
langsung melepaskan ciuman nya. Wajahnya
kini berubah dingin dan membesi.
"Ada apa Brian.? Apa kamu termakan gertakan
tak bermutu dari wanita yang sedang putus asa
sepertinya.? Gila aja kalau kamu sampai jatuh
dalam perangkapnya.! Dia hanya menggertak.!"
"Dia tidak boleh bangkit lagi Stella.! Kau harus
memastikan dia jatuh ke dasar keterpurukan.!"
Brian mencengkram bahu Stella dengan kuat
hingga gadis itu meringis kesakitan. Wajahnya
nampak sangat marah dengan tatapan nyalang.
"I-iya Brian sayang.. tentu saja..! Aku pastikan
dia tidak akan punya peluang lagi.!"
Ucap Stella sambil menatap heran setengah
takut wajah calon tunangannya itu yang kini
terlihat kelam. Brian melepaskan cengkeraman
tangannya sambil mendorong tubuh Stella,
setelah itu dia berlalu keluar dari tenda.
Stella mengetatkan rahangnya dengan kuat.
"Aku tahu kamu masih menginginkan nya Brian.
Tapi aku tidak akan pernah melepaskan dirimu
begitu saja. Kecuali kalau aku mendapatkan
yang lebih baik dari dirimu..!"
Desis Stella sambil tersenyum miring saat dia
membayangkan wajah tampan Mr Perfect
yang sangat menggoda dan selalu menjadi
dambaannya itu. Demi dia, dia rela melepas
apapun yang ada di genggamnya kini.
Brian berjalan menghampiri ketua produksi dan
tidak lama sudah terlihat berbincang hangat.
Ke tempat itu juga ternyata sudah ada beberapa
orang lagi yang bermaksud menjemput para
model. Dan mereka rata-rata adalah pasangan
si model atau orang-orang terdekatnya.
Selama melakukan pembicaraan, mata Brian
tidak lepas memperhatikan pergerakan Sherin
yang saat ini sedang bersiap melakukan take.
Dia sudah melengkapi penampilan nya dengan
beberapa properti tambahan, kemudian mulai
mengambil posisi ke tengah area.
"Okay Miss Sherin.. kita mulai ya..!"
Sang potografer memberi aba-aba di sambut
acungan jempol Sherin. Dan akhirnya proses
shoot pun di lakukan. Brian menatap tajam sosok Sherin dari kejauhan. Dia memutar otaknya agar
bisa segera mewujudkan keinginannya memiliki wanita itu. Melepaskan wanita se istimewa
Sherin.? Gilaa kali..dia tahu pasti, Sherin wanita
yang sangat spesial dan punya bakat besar.
Dan.. akhirnya perjalanan kompetisi sesi yang
pertama berakhir di lokasi ini. Akan ada season
lanjutan di ibukota satu minggu kemudian.Jadi
untuk sementara para peserta di berikan waktu
untuk beristirahat, memulihkan kondisi.
***
Kehidupan harus terus berjalan walau apapun
yang terjadi. Di zaman sekarang yang serba
canggih ini, orang-orang harus pandai-pandai
memanfaatkan segala potensi yang di miliki.
Seolah tidak ada waktu untuk sekedar istirahat,
pulang dari luar kota, Sherin langsung mengatur
jadwal syuting pembuatan iklan perusahaan
Moolay Group.. Yakni iklan sebuah properti
besar nan elite yang akan di kembangkan oleh
salah satu perusahaan Moolay Group yang
bergerak di bidang ini.
Sampai hari ini, pemberitaan miring tentang
dirinya, ternyata masih saja menjadi satu topik
hangat di dunia maya. Sehingga tidak ada satu
agensi pun yang berani menariknya, hanya ada tawaran dari satu perusahaan saja, yakni Royal Entertainment.. Tapi sayang nya, perusahaan entertainment itu bukanlah target besar Sherin.
Namun di balik pemberitaan miring, sebenarnya
saat ini dunia maya lebih di hebohkan oleh berita
tentang aksi nya saat melakukan penyelamatan
bus maut kemarin. Banyak tawaran yang datang
dari beberapa perusahaan film. Bahkan yang
datang langsung dari sutradara pun banyak.
Para pengamat mengatakan, Sherin lebih baik
terjun ke dunia film saja seandainya peluang
dia di dunia model sudah mentok.
Pagi ini, sekitar pukul 10, Sherin tiba di lokasi
syuting. Dia di sambut langsung oleh Agam
bersama jajaran para crew produksi dari
Royal Entertainment..
"Apa anda yakin untuk melakukan syuting hari
ini.? Anda baru saja kembali dari karantina."
Agam bertanya sambil melangkah bersama
Sherin menuju lokasi yang mengambil latar
di lokasi perumahan eksklusif itu.
"Saya yakin kok Tuan Agam.. tidak apa-apa.!"
"Panggil saja saya Mas, atau Kakak..atau apalah
yang bisa terdengar lebih nyaman.!"
Agam memotong sambil melirik ke arah Sherin. Keduanya untuk sesaat saling melihat, Sherin
melempar senyum lembut yang membuat
jantung Agam lumayan tersengat.
"Baiklah..Mas.. Agam.."
"Hahaa..nah begitu kan terdengar lebih baik.!"
Sambut Agam dengan tawa ringan. Sherin hanya
bisa menggeleng pelan. Ternyata.. pria ini hangat
juga ya..Seperti seseorang yang saat ini sedang
memenuhi pikirannya. Sejak kemarin, dia belum
mendapat kabar apapun dari dirinya. Dan hal
itu membuat hatinya sedikit gelisah.
Tiba di lokasi, Sherin di bantu oleh Vincent dan
para crew langsung melakukan persiapan dengan
memoles wajah nya terlebih dahulu. Tidak lama muncul Mayra ke dalam ruangan. Wanita anggun
itu tampak sudah siap dengan kostum dan riasan
wajahnya. Sepertinya dia melakukan persiapan
dari rumah. Keduanya saling berangkulan
hangat. Dan ternyata dia tidak datang sendiri..
"Miss Sherin..Tuan Moolay datang secara khusus
untuk melihat proses syuting ini. Maklum lah dia
kan tidak pernah membiarkan istrinya bebas.!"
Ucap Agam yang baru saja masuk ke dalam
ruangan bersama seorang pria tinggi gagah
dengan garis wajah yang sangat tegas dan
penuh wibawa.
"Selamat datang Tuan Moolay. Senang sekali
bisa bertemu dengan anda."
Sherin berdiri kemudian menundukkan kepala
sedikit di hadapan pria itu yang tiada lain adalah
Dirga. Untuk sesaat pria itu tampak menatap
Sherin dengan seksama.
"Selamat siang Miss Sherin.. aku harap anda
bisa sepenuh hati dalam mengerjakan projek
ini, sebab ini sangat penting untuk perusahaan."
"Tentu saja Tuan.. semoga semuanya berjalan
sesuai dengan harapan anda."
Sahut Sherin sambil tersenyum lembut. Dirga
menarik bahu Mayra, merengkuh nya posesif.
"Aku sudah susah payah memberi izin padanya
untuk ikut terlibat dalam projek ini, karena aku
percaya pada kalian berdua, jadi jangan sampai
hasil akhirnya mengecewakan.!"
Tegas Dirga yang di sambut sentuhan lembut
tangan Mayra di dadanya. Sherin mengangkat
wajahnya, melihat sekilas kemesraan pasangan
itu yang terlihat sangat hangat dan romantis.
"Insya Allah Tuan.. saya akan berusaha sebaik
dan semaksimal mungkin untuk projek ini."
"Sudah sayang.. jangan memberi tekanan dan
beban pada Miss Sherin. Biarkan dia bekerja
dengan tenang. Jadi sebaiknya sekarang kau
keluar ya.. kami akan bersiap-siap dulu."
Mayra berucap lembut dan tenang, kemudian mendorong Dirga untuk keluar dari ruangan.
Akhirnya pria itu nurut, dia bersama Agam
keluar dari dalam ruangan.
"Jangan dengarkan dia Miss Sherin.. Dia itu
orang nya memang suka seenaknya.! Ayo..
sekarang kau harus bersiap."
Ucap Mayra sambil membawa Sherin duduk
kembali dan melanjutkan kegiatan yang tadi.
Kali ini Mayra terjun langsung, ikut membantu
persiapan Sherin. Hingga akhirnya semua
siap dan keduanya keluar dari ruangan.
Semua crew kini sudah ready di lokasi dengan
segala kesiapan properti dan alat pendukung,
serta beberapa pemain pendukung. Orang-orang tampak terpaku begitu melihat kedatangan dua
wanita yang sangat bersinar itu. Mereka terlihat
sangat kompak serta memilki garis wajah yang
sekilas tampak sangat mirip dan menyatu.
Hanya saja Sherin terlihat lebih tegas dengan
karakter kuat serta ketajaman tatapan mata
yang mampu membius orang dalam sekejap.
"Baiklah..Miss Sherin.. Nyonya Moolay.. kita
akan mulai proses shoot nya sekarang. Jadi
saya minta kerjasamanya dari anda berdua."
Ucap sang sutradara di sambut antusias oleh
Sherin dan Mayra. Selanjutnya mereka semua
melakukan briefing sebentar dengan pemain
lainnya di lanjut oleh astrada yang memberikan
arahan serta penjelasan singkat mengenai
adegan yang akan di lakukan. Hingga akhirnya
semua bersiap di posisi masing-masing.
"Okay ready..kita mulai adegan pertama..!"
Sang sutradara handal Royal Entertainment
tampak mulai duduk di belakang layar monitor
dan sang asisten serta para crew bersiap.
"Okay siap..1..2.. and action.!!"
Maka mulai lah Sherin dan Mayra beradu akting,
memerankan karakter nya masing-masing. Dan
semua mata kini terlihat fokus pada apa yang
sedang di peragakan oleh kedua wanita cantik
itu. Semua seakan menahan napas, menikmati keindahan yang tersaji di depan mata tersebut. Keduanya tampak sangat lihai memainkan
perannya masing-masing.
Dirga dan Agam berdiri di kejauhan, melihat
dengan seksama kedua wanita yang sedang
beradu akting itu.
"Bagaimana..apa dia menerima tawaran kita
untuk masuk ke dalam management.?"
Dirga bertanya, masih dengan mata yang fokus
pada kedua wanita itu.
"Sepertinya masih di pertimbangkan. Dia bukan
tipe wanita yang gampang tertarik pada sesuatu
hal yang bersifat mudah tanpa perjuangan dulu.
Dia adalah tipe wanita pekerja keras.!"
Sahut Agam dengan seringai tipis di bibirnya.
Dia sebenarnya sangat berharap Sherin mau
menerima tawarannya untuk masuk ke agensi
nya dan menjadi bagian dari Royal entertainment.
"Hemm..Mr Elajar tidak akan sembarang tertarik
pada wanita, kalau dia tidak memilki kelebihan.!"
"Apa maksudmu.? Mr Elajar tertarik pada model
itu.? Apa itu sesuatu yang masuk akal.? Wanita
itu penuh dengan skandal dan masalah.!"
"Dev tahu sesuatu tentang wanita ini. Tapi kita
tidak tahu apa itu.! Sepertinya dia adalah berlian
yang terlempar ke dalam pusaran sampah !"
Sahut Dirga dengan sesunggging senyum tipis
di sudut bibirnya. Dia jadi flashback pada masa
lalunya bersama dengan Mayra yang tidaklah
mudah untuk di jalaninya. Sementara Agam
masih nampak terdiam, tidak yakin.!
***
Proses syuting kelar dalam satu hari full..
Malamnya sebelum pulang ke apartemennya,
Sherin memutuskan untuk mampir ke sebuah
apotek dan minimarket. Dia sadar sepenuhnya,
saat ini status nya adalah seorang istri. Dan dia
harus bersiap dengan segala resiko yang mau
tidak mau harus di hadapinya. Termasuk dalam
menunaikan kewajiban nya melayani serta
memberikan apa yang di maksud dengan
kebutuhan bathin pada Devan.
Sherin sedikit merinding saat mengingat hal itu.
Untuk saat ini, dia dan Dev tidak berkomitmen
untuk memproduksi keturunan. Jadi.. dia harus
menyiapkan diri untuk tidak hamil dulu. Ya.. ini
terdengar seperti sebuah lelucon, memainkan
sebuah ikrar dan janji suci. Tapi biarlah.. Tuhan
yang akan memainkan peran Nya ke depan.
Sherin berjalan keluar dari minimarket sambil
menenteng barang belanjaan dan menundukkan kepala untuk merogoh kunci mobil di dalam tas.
"Sherin..!!"
Deg.!
Jantung Sherin seakan jatuh dari tempatnya
saat seseorang berdiri tegak di hadapannya.
Kedua mata mereka bertemu, saling menatap
kuat, dengan sorot mata yang sama-sama rumit.
Ada gejolak perasaan yang tiba-tiba membuat
Sherin seolah tak berdaya. Tidak.! dia tidak
boleh menangis..dia harus tetap kuat.!
Beberapa saat kemudian...
Keheningan terbentang hampa diantara kedua
wanita berbeda usia itu yang kini duduk di bangku
taman, di terangi pencahayaan minim dari lampu taman yang temaram. Mereka masih saja saling bungkam sambil menatap lurus ke arah depan.
Ada benang kusut yang menjerat lidah mereka
hingga membuat keduanya sulit membuka mulut.
Tuhan... harus bagaimana ini.. hati Sherin saat
bagai pecah tak berbentuk. Apakah dia masih
bisa bertahan dengan semua rasa perih ini.!
Dia sangat merindukan wanita ini.!! sangat..
sangat menginginkan sentuhan lembut nya.
"Kau harus datang besok Sherin pada acara
pertunangan Stella.! Dia adalah adik mu.!"
Akhirnya keluar juga suara dari mulut wanita
yang sudah melahirkan Sherin ke dunia ini
dan langsung menabrak jantung Sherin. Nada
suaranya terdengar berat dan gemetar, tapi
tetap terkesan memaksa dan mengancam.
"Maaf..aku tidak bisa datang. Aku tidak punya
alasan untuk datang ke sana.!"
"Dia adalah adik mu Sherin.! Walau berusaha
kau pungkiri seribu kali pun dia tetap adikmu.!"
"Aku tidak pernah memungkiri hal itu. Dia lah
yang tidak pernah mengakui keberadaan ku.!"
"Kau terlalu keras padanya.! bagaimana bisa
dia merasa dekat dengan mu.? Kau juga selalu
menganggapnya sebagai saingan..! bukanlah
sebagai adik yang harus nya kau lindungi.!"
"Kau selalu salah faham. Aku tidak pernah
menganggapnya sebagai saingan. Aku sudah
banyak mengalah padanya. Memberikan apa
yang dia inginkan dariku, termasuk Brian.!"
"Itu sudah sepantasnya kau lakukan. Dia harus
mendapatkan apapun yang di inginkan nya.
Dan aku tegaskan, besok kau harus datang.!
Itu sesuatu yang sangat dia harapkan.!"
"Cukup Nyonya Muller..! Sudah cukup.!"
Kedua wanita itu sontak berdiri, saling menatap
kuat. Wajah mereka sama-sama keras dengan
sorot mata yang sama-sama panas. Di setiap pertemuan selalu saja begini. Ibunya itu selalu memojokkan dan menekan dirinya.!
"Apa semua ini juga permintaan nya.? Apa
adik tersayang ku itu, yang sudah menyuruh
dirimu datang untuk merayu ku, iya kan ??"
Wajah Nyonya Kinar tampak mulai melemah.
Dia memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Dia hanya ingin hari bahagianya di hadiri oleh
orang-orang terdekatnya, keluarga nya."
"Hahh.! Orang-orang terdekat.? menggelikan.!
Ya.. baiklah.. aku akan ikut berbahagia untuk
mereka.! Aku akan datang besok, kau puas.??"
Sherin melipat kedua tangannya di depan dada.
Wajah Nyonya Kinar tampak berubah semakin
tenang dan sedikit berseri. Dia mendekat, ingin
menyentuh wajah Sherin, tapi gadis itu mundur
sambil memalingkan wajahnya. Hatinya kini
serasa tertusuk seribu duri.
Tangan Nyonya Kinar menggantung. Wajahnya
terlihat kecewa, dia menatap wajah putri sulung
nya itu dengan perasaan campur aduk. Kenapa
putrinya ini harus jadi anak pembangkang. Dia
juga selalu berusaha menyakiti dan menjatuhkan
serta menghancurkan karir putri bungsunya.
Itu sungguh sangat mengecewakan dirinya.!
"Harusnya kamu sadar.. adikmu itu gadis yang
sangat luar biasa. Walau kamu selalu menyakiti
nya, tapi dia tidak pernah berhenti peduli dan
memperhatikan mu. Dia menyayangi mu.!"
Ucap Nyonya Kinar sambil kemudian berbalik.
Sherin memejamkan matanya, kakinya hampir
saja goyah. Dia benar-benar tidak kuat lagi.
"Datanglah lebih awal sebagai keluarga..
bukan sebagai tamu undangan.!"
Tegas Nyonya Kinar masih membelakangi Sherin.
Setelah itu dia berlalu pergi di bimbing oleh dua
orang pengawal pribadi menuju mobil mewah
yang terparkir di pinggir jalan. Tak sanggup lagi.. Sherin menjatuhkan dirinya di atas bangku. Dia
menundukkan kepala sambil memejamkan
matanya kuat, bathin nya benar-benar teriris..
"Mamaaa...sampai kapan kau tancapkan duri ini
di dalam tubuh ku. Aku adalah darah daging mu sendiri.. apakah kamu tidak melihat seberapa
besar luka yang aku derita saat ini..hiks hiks..!!"
Sherin menangis tersedu sambil menekan kuat
dadanya yang terasa sesak seakan terhimpit
batu besar. Wanita itu adalah kelemahannya.
Sekuat dan setegar apapun dirinya, tapi kalau
sudah berhadapan dengan wanita yang satu
itu, jiwanya akan hancur lebur seketika..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻