Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PINTU MENUJU KEBENARAN
Suara pintu baja yang terkunci terdengar bergema samar dari lantai atas. Meski semuanya terasa tenang, Raka tahu bahwa ketenangan ini hanya jeda singkat sebelum ancaman berikutnya. Subjek 0 mungkin berhenti… tapi bukan berarti pergi.
Karin menunjuk layar hologram yang menampilkan diagram Vault. “Kita harus menuju lantai -3. Itu lokasi ruang inti penyimpanan.”
Alya menatap garis-garis rumit itu. “Jadi yang kita lihat tadi baru pintu awal?”
“Benar,” jawab Karin. “Vault memiliki tiga lapisan keamanan. Lapisan pertama sudah kita aktifkan. Sekarang kita harus menuju pusat kontrolnya untuk membuka lapisan kedua.”
Raka mengangguk. “Ayo bergerak sebelum Subjek 0 pulih.”
Mereka berlima—Raka, Alya, Karin, dan dua prajurit yang tersisa—keluar dari ruang generator. Cahaya listrik yang kembali aktif membuat lorong tampak lebih jelas, tapi ironisnya justru memperlihatkan lebih banyak kerusakan: tembok bolong, pintu tergores, dan bercak hitam mirip jelaga.
Alya berjalan sedikit lebih dekat ke Raka. “Kamu yakin kita siap buat ini?”
Raka meliriknya. “Kalau kamu di sampingku, aku siap.”
Alya tersipu—sekilas—sebelum kembali memasang wajah fokus.
Karin mengamati mereka sebentar lalu memutuskan untuk tidak berkomentar.
Lorong Ke Lantai -3
Tangga menuju lantai -3 dingin dan berembus angin seolah ada ruang kosong besar di bawah sana. Setiap langkah mereka menimbulkan gema yang panjang.
“Aneh,” gumam salah satu prajurit. “Biasanya area ini punya pendingin aktif.”
Alya menelan ludah. “Berarti… apa yang bikin dingin ini?”
Tidak ada jawaban. Raka hanya mempercepat langkah.
Begitu mereka sampai di bawah, pintu otomatis terbuka setengah, macet oleh sesuatu.
Raka memeriksa celahnya. “Ada besi bengkok. Aku bisa paksa buka.”
“Biar aku bantu,” Alya menahan pintu dari sisi lain.
Raka menghitung napas, lalu mendorong sekuat tenaga.
KRRAAAAK!
Pintu akhirnya terbuka cukup lebar untuk mereka lewat.
Ketika masuk, bau lembap dan dingin menyergap mereka.
Ruangannya gelap setengah, hanya diterangi lampu-lampu kecil dari mesin-mesin besar di dinding.
Di tengah ruangan, layar hologram berwarna biru muda aktif, menampilkan sekumpulan data seperti DNA, bagan infeksi, dan—paling mencolok—peta tubuh manusia yang sudah termutasi.
Alya memegangi dadanya. “Ini riset apa sih sebenernya…?”
Karin melangkah ke terminal utama, menekan beberapa perintah. “Ini data penyimpanan tahap dua. Dari sini kita bisa buka pintu menuju ruang inti.”
Raka mendekatkan diri ke hologram. “Kalian benar-benar menciptakan varian zombie baru?”
Karin menggeleng. “Tidak sepenuhnya. Kami mencoba mengembangkan vaksin… tapi virusnya berevolusi lebih cepat dari prediksi.”
Alya menatapnya tajam. “Dan hasilnya menciptakan Subjek 0?”
Suara mesin berdengung sebelum Karin menjawab pelan.
“Subjek 0 bukan hasil. Ia kecelakaan. Dosennya… manusia yang pertama kali terinfeksi virus jenis Alpha yang masih belum stabil.”
Raka menegang. “Kalian mengurung manusia yang terinfeksi di sini…?”
“Kami mengurungnya karena dia berubah menjadi sesuatu yang tak dapat dikendalikan.”
Alya memandang lantai. “Dan sekarang dia bebas…”
“Makanya kita harus buru-buru.” Karin mengetik sesuatu, dan grafik hologram Vault berubah.
[LAPISAN KEAMANAN 2: BELUM TERBUKA]
“Untuk membuka lapisan kedua,” lanjut Karin, “kita harus mengalihkan daya dari ruang pendingin lama.”
Raka mengernyit. “Kenapa ruang pendingin?”
“Karena—” Karin berhenti ketika alarm kecil berbunyi dari hologram.
[PERGERAKAN TERDETEKSI – ZONA -4]
Alya merapat ke Raka refleks. “Jangan bilang yang gerak itu…”
Karin menjawab lirih, “Subjek 0.”
Raka memutuskan cepat. “Kita harus selesai sebelum dia naik.”
Ruang Pendingin Lama
Pintu ke ruang pendingin lama terbuka setelah Karin memasukkan kode manual. Udara beku langsung menyeruak keluar. Dinding ruangan dipenuhi pipa es besar, mesin kadaluarsa, dan panel-panel kuno yang berembun.
Raka masuk pertama, diikuti Alya.
“Ngeri juga,” Alya merapat. “Rasanya kayak masuk freezer raksasa.”
Raka menyentuh salah satu pipa. “Ini sepertinya belum pernah dimatikan sejak awal fasilitas dibangun.”
Karin berjalan ke panel kontrol pendingin. “Alya, aku butuh bantuanmu. Tanganmu lebih kecil. Kabel akses ada di bawah modul. Harus kau sambungkan manual.”
Alya jongkok tanpa ragu. “Oke.”
Raka otomatis turun ikut mengawasi. “Pelan-pelan, banyak kabel putus.”
Alya tersenyum kecil. “Aku bisa, Raka.”
Nada suaranya tenang, menunjukkan kepercayaan dirinya.
Saat Alya bekerja, Raka memperhatikan ruangan. Ada pintu kecil di ujung ruangan, seolah menuju ruangan samping.
“Pintu itu apa?” tanya Raka.
Karin menoleh cepat. Terlalu cepat. “Jangan dibuka.”
Prajurit di samping Karin menambahkan, “Itu penyimpanan spesimen lama. Tidak aman.”
Raka mengerutkan kening. “Ada apa di dalamnya?”
Karin tak menjawab. “Fokus pada daya. Kita harus geser tenaganya.”
Momen itu menciptakan ketegangan kecil, tapi Raka memilih menahan rasa curiga untuk sekarang.
Alya akhirnya berhasil menarik kabel terakhir dan menyambungkannya ke port baru.
ZZHRAAK—TUM!
Lampu panel menyala hijau.
Karin menekan tombol besar.
[TRANSFER DAYA DIALIHKAN]
[AKSES LAPISAN KEAMANAN 2 TERBUKA]
Alya berdiri sambil mengusap tangannya yang kedinginan. “Berhasil!”
Raka tersenyum lega. “Kerja bagus.”
Alya tampak bangga, meski pipinya sedikit merah karena pujian itu.
Namun sebelum mereka sempat keluar—
KRRAAANGGG!
Suara keras menggema dari koridor.
Suara yang mereka kenal.
Subjek 0.
Alya menegang. “Min… dia di sini?!”
Prajurit Unit 07 mengangkat senjata. “Dia naik lebih cepat dari yang kita perkirakan!”
Karin berteriak, “Semua ke posisi bertahan!”
Suara itu semakin dekat. Gerakan cepat. Tidak wajar. Seperti sesuatu yang melesat di sepanjang dinding.
Raka menarik Alya ke belakangnya. “Alya, jangan jauh.”
Alya mengangguk, meremas busurnya erat.
Lampu ruangan berkedip-kedip. Temperatur turun drastis. Nafas mereka berubah menjadi uap putih.
Dari kegelapan lorong…
…mata merah itu muncul lagi.
Menatap mereka.
Mengamati.
Karin berbisik, “Kalau dia masuk ke ruang pendingin… kita hancur.”
Subjek 0 melangkah masuk perlahan.
Tapi tiba-tiba ia berhenti.
Tubuhnya tampak… bergetar.
Seperti merasakan sesuatu yang tidak ia sukai.
Alya berbisik, “Dia… takut dingin?”
Raka langsung mengambil keputusan.
“Kita pancing dia lebih masuk. Bekukan dia!”
Karin tercengang. “Kamu gila—”
“Kalau tidak, dia akan memburu kita terus.”
Subjek 0 mengerang pelan, suaranya seperti angin ribut dan logam beradu.
Raka perlahan maju selangkah.
Alya memegang lengannya. “Raka, jangan—”
Raka menatapnya. “Aku butuh kamu tutup pintu pendingin ketika dia sudah masuk penuh. Bisa?”
Alya menggigit bibirnya, takut—tapi ia mengangguk keras. “Bisa!”
Subjek 0 bergerak.
Raka menarik napas panjang, menyiapkan jebakan paling nekat dalam hidupnya.
Pertarungan di ruang pendingin dimulai.
semangat thor