Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab24
Sesampainya dikantor, Abizar pun banyak pegawai yang menyapa dirinya.
"Selamat pagi, tuan."
"Pagi, tuan."
Seperti itulah kira-kira ucapan yang ditunjukkan pada Abizar. Dan Abizar pun membalas nya hanya dengan anggukan.
Abizar memasuki lift khusus yang langsung menuju dimana ruangannya berada.
"Selamat pagi, tuan." Ucap Rendy.
"Pagi.." Jawab Abizar. "Apa saja jadwal saya hari ini?" Tanyanya pada sang asisten.
"Nanti jam 9 kita ada meeting dengan perusahaan Sanjaya Grup tuan." Balas Rendy.
"Baiklah, sudah kamu siapkan semua berkas-berkas yang akan kita gunakan untuk meeting?"
"Sudah, tuan. Semua sudah saya siapkan sejak semalam."
"Baiklah kalau begitu. Saya masuk dulu." Abizar pun masuk keruangan nya dan meninggalkan Rendy sendirian.
Ketika atasannya telah memasuki ruangan. Rendy pun juga memasuki rungannya. Dia melakukan pekerjaannya sebelum meeting dimulai.
Tepat pukul 9 pagi, Abizar beserta sang asisten dan rekan bisnisnya kini telah berada diruang rapat. Pembahasan kali ini adalah tentang kerja sama yang akan mereka jalin antara perusahaan Sanjaya Grup dengan Adinata Grup. Banyak pembisnis yang ingin menjalin kerjasama dengan Abizar maupun pak Adi. Perusahaan Abizar memang menyandang nama dari orang tuanya yaitu pak Adinata. Sedangkan perusahaan pak Adi sendiri yaitu Abimanyu Grup. Perusahaan itu adalah perusahan warisan yang diberikan orang tua Pak Adi dulu. Jadi jangan heran jika perusahaan yang dikembangkan itu bukan nama dari dirinya.
Meeting pun selesai dengan pertimbangan yang cukup menguras tenaga. Sebab Abizar tidak ingin salah dan merugi dalam menjalin kerjasama dengan perusahaan orang lain.
"Terima kasih Pak Abizar telah mau menjalin kerja sama dengan perusahaan saya. Saya janji tidak akan mengecewakan pak Abizar." Ucap rekan bisnis Abizar. Sanjaya Grup ternyata perusahaan baru yang baru berkembang saat ini.
"Sama-sama pak Donny. Saya pegang kata-kata anda." Balas Abizar.
"Baiklah pak kalau begitu kami pamin undur diri."
"Ohh iya, silakan pak."
Setelah kepergian rekan bisnis nya tadi, Abizar langsung menuju ke ruangannya dan diikuti Rendy sang asisten dari belakang. Sesampainya didepan pintu Abizar menghentikan langkahnya sejenak.
"Ren, jam makan siang nanti tidak perlu memesankan makanan untuk saya. Saya ingin makan dirumah." Kata Abizar.
"Baik, tuan."
"Kalau begitu saya masuk dulu."
"Baik, tuan."
Dikediaman Abizar, kini Avica telah menyelesaikan masakannya. Tinggal menyiapkannya diatas meja. Tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan suara Abizar.
"Masak apa?" Tanya Abizar.
Avica pun terlonjak kaget. "Astagfirullahalazim... Mas Abi kapan pulang?" Tanya balik Avica.
"Baru juga sampai." Jawab Abizar.
"Kok tumben pulang mas? Apa ada yang ketinggalan?" Tanya Avica penasaran. Karena tidak biasanya Abizar pulang disaat siang hari.
"Tidak ada. Aku memang sengaja pulang siang karena mau makan siang dirumah." Ucap Abizar.
"Ohh, gitu.. Kalau gitu duduk dulu mas. Aku panggil Alula nya dulu nanti kita makan siang sama-sama." Kata Avica.
"Iyaa.. Mas tunggu."
Avica pun naik kelantai atas untuk memanggil anaknya yang sedang bermain didalam kamar.
"Alula, yuk kita turun makan siang dulu." Ucap Avica.
"Sebentar, ma." Kata anak itu.
"Ayo sayang, ditunggu papa dibawah lo."
"Papa pulang, ma?" Tanya Alula.
"Iyaa, papa pulang. Pengen makan siang bareng-bareng." Ucap Avica.
"Asyiik, kalau gitu ayo kita turun sekarang, ma." Ajak anak itu bersemangat.
"Oke.. Yuk."
Dengan tidak sabar nya anak itu keluar kamar dengan terburu-buru.
"Alula, jangan lari nak. Nanti bisa jatuh. Jalannya pelan-pelan aja." Ucap Avica sambil mengejar Alula.
"Nanti ditinggal papa, ma. Kalau Alula nggak buruan sampai." Jawab Alula.
"Tidak akan, sayang." Ucap Avica ketika bisa mencekal tangan anak itu. "Kita jalannya pelan-pelan ya." Ucapnya lagi.
"Baik, ma."
Mereka berjalan dengan Avica menggandeng tangan Alula. Sebab Avica takut anak itu akan berlari lagi.
"Ada apa kok tadi terdengar ribut-ribut?" Tanya Abizar ketika Avica dan Alula telah sampai di ruang makan.
"Papa.." Alula langsung berlari menghampiri papa nya itu. Dan Abizar pun langsung menangkap anaknya.
"Itu tadi Alula berlari saat akan kesini. Aku takut kalau nanti dia jatuh." Jawab Avica ketika dirinya mendudukkan bokongnya di kursi samping Abizar duduk.
"Alula, jangan diulangi lagi ya. Harus dengar apa kata mama Ica. Oke sayang?" Ucap Abizar pada putrinya itu.
"Baik, pa."
"Sudah, kita makan siang dulu ya." Ucap Avica. "Mas mau makan pake lauk apa?" Tanya Avica menawari suaminya.
"Itu kamu masak apa aja?" Tanya balik Abizar.
"Ini ada cah kangkung, sama telur balado, mas." Jawab Avica.
"Aku mau coba cah kangkung nya aja." Kata Abizar.
"Baik." Avica pun mengambil nasi beserta lauk nya untuk ia berikan kepada Abizar.
"Alula mau lauk yang mana?" Tanya Avica pada putri sambung nya.
"Alula mau telur balado, ma."
"Oke, mama ambilkan ya. Nasinya sedikit apa banyak?" Tanya Avica lagi.
"Sedikit aja, ma."
"Baiklah."
Setelah mengisi piring Alula, kini Avica mengisi piringnya sendiri. Makan siang pun dimulai, mereka begitu menikmati momen saat ini. Mungkin ini hal pertama yang dirasakan oleh Avica. Sebab selama menjadi istri Abizar, baru kali ini Abizar menyempatkan waktu makan siangnya dirumah.
"Besok-besok aku akan makan siang dirumah disaat jam makan siang. Tapi jika aku sibuk kamu harus mengirim makanan ke kantor ya." Kata Abizar disaat telah menyelesaikan makan nya.
"Dengan senang hati, mas." Balas Avica. "Setelah ini mas mau langsung kembali ke kantor?" Tanya Avica.
"Iya, aku akan langsung kembali ke kantor. Nanti jika pekerjaannya sudah selesai aku akan cepat pulang. Jadi kamu harus menyiapkan makanan untuk makan malam yang lebih enak!" Ujar Abizar pada Avica, lalu ia beranjak dari kursinya untuk berpamitan pada sang anak yang masih menikmati makanannya, kemudian dirinya beralih pada Avica.
"Aku berangkat dulu." Pamit Abizar.
"Biar aku antar sampai depan, mas." Kata Avica.
"Tidak perlu. Kamu temani Alula makan saja." Tolak Abizar dengan halus.
"Baiklah kalau begitu." Avica pun menyalami dan mencium punggung tangan suaminya.
Abizar pun kembali ke kantor dengan perut yang terisi kenyang dengan makanan yang dimasak oleh istri kecilnya itu. Sudut bibirnya tak henti-hentinya melengkung. Sebab baru kali ini ia merasa diperhatikan oleh istrinya, semua keperluannya sudah disiapkan. Dari air untuk mandi, pakaiannya, hingga makan pun sudah disiapkan oleh istri barunya itu. Beda dengan mantan istrinya dulu, semuanya serba sendiri, istrinya pun tidak pernah memasak untuk dirinya semua pembantu yang mengerjakannya. Jadi Abizar tidak menyesal telah menikahi Avica meskipun awalnya tidak ada cinta. Tetapi seiring berjalannya waktu, hati Abizar mulai terisi dengan nama Avica. Mungkin perasaannya untuk Avica sudah mulai tumbuh.