Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Xavier bersama Asistennya menyusuri pulau Bali untuk mencari keberadaan Divana dan kedua putranya, tapi sudah pukul sebelas siang mereka belum menemukannya juga.
"Kita cari mereka kemana lagi tuan" tanya Reza sambil menatap wajah bosnya yang sudah terlihat lelah.
"Kita makan dulu aja kali Za, perut ku sudah lapar" ucap Xavier, selain lapar tenggorokannya juga sudah mulai kering, dia butuh air agar tidak dehidrasi.
Reza mengangguk, dan dia kembali fokus mengemudikan mobilnya, Xavier diam sambil melihat keluar jendela mobil, dia memikirkan bagaimana caranya bisa menemukan Divana. Dia tidak mengenal perempuan itu, jadi Xavier tidak tahu tempat seperti apa yang biasa perempuan itu datangi.
Reza menghentikan mobilnya di salah satu restoran yang ada di pulau itu, mereka turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam restoran. Mereka duduk lalu memesan makanan.
Mereka menunggu makanan datang sambil mengobrol berdua.
"Setelah ini kita cari mereka kemana lagi tuan, kita dari pagi sudah muter-muter tapi tidak menemukanya juga. Sebenarnya dimana mereka tinggal? Mereka hanya pergi liburan atau memang tinggal di sini" keluh Reza.
"Kalau kau tanya sama aku terus aku tanya siapa Za. Bukankah kita sama saja, sama-sama tidak tahu tentang wanita itu" jengkel Xavier.
"Tapi kan anda sudah menidurinya tuan, harusnya anda lebih tahu" ucap Reza tapi hanya berani didalam hati, dia tidak berani ngomong langsung di depan atasannya.
Pelayan datang menyajikan makanan diatas meja makan mereka, dan mereka berdua mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya, mereka mengisi perut terlebih dahulu sebelum melanjutkan pencariannya.
****
Di sisi lain Divana sedang menjemput anaknya sekolah, ia menunggu kedua putranya didalam mobil, rencana setelah ini ia ingin mengajak kedua putranya makan siang di luar. Sebab, Divana tidak sempat memasak untuk mereka karena banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Terlihat kedua putranya keluar gerbang, Divana segera keluar dari mobil dan berdiri di samping mobil seraya melihat kearah mereka.
Kembar yang melihat sang mama menjemputnya pun langsung berlari kearah mama nya yang sedang merentangkan kedua tangannya
"Mama" pekik mereka seraya menubruk tubuh mamanya. Beruntung Divana kuat sehingga tubuhnya tidak jatuh ke belakang.
"Wow, pelan-pelan sayang, hampir saja mama jatuh" ucap Divana dan kembar tertawa lepas.
"Bagaimana sekolahnya hari ini sayang" tanya Divana sambil menyisir rambut putranya dengan jari-jarinya.
"Menyenangkan mama, tadi Noel belajal menali, cepelti ini" sahut Arini sambil memeragakan tariannya dengan begitu semangat, ada beberapa wali murid yang tersenyum saat melewati mereka.
"Anak mama hebat" puji Divana sambil bertepuk tangan membuat si kecil Noel melompat lompat karena bahagia mendapat pujian dari mamanya.
"Tapi Noel nda bisa berhitung ma, dia cuma bisa menari. Seperti anak perempuan aja" ejek Noah.
"Bialin, dalipada Noah nda bisa menali" balas Noel sambil menjulurkan lidahnya.
Divana hanya tersenyum, dia tidak mempermasalahkan akan hal itu, setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing, mungkin putra sulungnya pintar di akademis sementara putra bungsunya pintar dibidang seni.
"Anak mama hebat semua, mama bangga sama kalian" puji Divana.
"Telima kacih mama"
"Terima kasih mama"
Ucap keduanya secara bersamaan dan mencium pipi mamanya di kedua sisi.
Cup
Cup
Cup
Cup
"Sudah-sudah, kalian bau busuk" ucap Divana.
Kembar mencium bau tubuhnya.
Huwekk....
"Tubuh Noel bau kelingat" ucap Noel sambil tertawa cekikikan.
Mereka bertiga tertawa bersama, lalu Divana menggiring kedua putranya masuk kedalam mobil.
"Mama tidak masak, bagiamana kalau kita makan di luar aja?" Tanya Divana sambil fokus menyetir mobilnya.
"Mau mama" jawab mereka cepat.
"Noel mau makan udang becal" seru Noel.
"Noah juga mama" sahut Noah tidak mau kalah, keduanya memang menyukai makanan seafood.
Divana langsung melajukan mobilnya menuju kesalah satu restoran favoritnya bersama anak-anak. Suasana di dalam mobil terasa ramai karena suara Noel yang menyanyi di sepanjang perjalanan, bocah kecil itu seperti tidak ada lelahnya mengoceh.
Mobil Divana berhenti di depan restoran, dia membawa anak-anaknya masuk kedalam restoran. Dia memesankan beberapa makanan untuk mereka makan, tak lupa Divana memesakan mereka udang kesukaannya.
"Kamu mau kemana sayang" tanya Divana ketika melihat Noel turun dari atas kursi.
"Noel mau cucu tangan mama, tangan Noel kotol" jawab Noel sambil menunjukkan tangannya yang terkena debu.
"Mau mama antar tidak" tanya Divana.
"Noel bica cendili mama. Noel belani kok, nda cepelti Noah penakut" ledek Noel dan berlalu begitu saja sebelum kena sembur kembarannya.
"Awas kau" ancam Noah sambil melototkan matanya.
Divana geleng-geleng kepala melihat kejahilan putra bungsunya itu, suka sekali menggoda sang kakak.
Di belakang terlihat Noel sedang kesulitan, tangannya tidak dapat menggapai keran wastafel.
"Huf, tangan aku nda campe" keluh anak itu.
Tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya di angkat oleh seseorang membuat bocah kecil itu terpekik kaget, dan menoleh melihat siapa yang mengangkatnya.
"Uncle ngagetin aja, nanti kalau jantungnya Noel lepas gimana" omel Noel sambil mencuci tangannya.
"Kenapa kamu marah boy, harusnya kamu berterima kasih sama uncle" ucap pria asing itu dan menurunkan bocah kecil itu yang selesai mencuci tangannya.
"Telima kacih uncle" ucap Noel dan kabur meninggalkan pria asing itu, dia takut dengan orang yang tidak di kenal.
Pria asing itu menggelengkan kepalanya sambil melihat tingkah lucu bocah kecil itu.
"Dia sangat menggemaskan" ucapnya sambil mencuci tangannya.
Tiba-tiba pria asing itu mengingat sesuatu. "Aku seperti tidak asing dengan wajahnya, tapi tadi dia bilang Noel, apakah itu namanya? seperti nama anak.... " pria itu yang tak lain adalah Xavier.
Xavier mencuci tangannya dengan cepat, belum sempat dia mengeringkan tangannya, Xavier sudah keluar dan mencari keberadaan bocah kecil itu.
"Anda mencari siapa tuan" tanya Reza ketika melihat atasannya menoleh kesana kemari.
"Kau tadi melihat anak laki-laki yang keluar dari sana tidak? Dia masih menggunakan seragam sekolahnya" tanya Xavier sambil menunjuk ke arah letak wastafel.
"Saya tadi melihatnya tuan, dia berlari kearah sana" tunjuk Reza kearah tadi Noel berlari.
"Cepat cari Za, dia seperti anak laki-laki yang bertemu dengan mami kemarin" seru Xavier.
Reza mengangguk dan bergegas mencari keberadaan Noel.
Sementar di meja Divana, Noah sedang memarahi adiknya karena lama.
"Kamu dari mana aja sih kenapa lama sekali" omel Noah.
"Tangan Noel nda campai Noah, makana lama. Tapi tadi ada uncle baik yang nolong aku" kata Noel sambil mendudukkan tubuhnya dengan di bantu mamanya.
"Salah sendiri tadi antar mama nda mau" ketus Noah
.
"Ntal aja debatnya Noah, Noel mau makan dulu" ucap Noel yang sudah sangat lapar, dia tidak ada tenaga untuk berdebat dengan Kembarannya.
"Yaudah ayo makan" ajak Divana.
Divana membersihkan udang dan menaruhnya di kedua piring putranya, kembar makan dengan begitu lahap.
"Mama kenapa diam aja? Mama harus makan juga" ucap Noah dan menyuapi sang mama.
Divana dengan senang hati menerima suapan putranya itu, Noel juga tidak mau kalah dari sang kakak, dia menyuapi udang kedalam mulut mamanya, mereka terlihat saling meyayangi satu sama lain.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang memperhatikan kebersamaan mereka.
"Benar itu perempuan yang kita cari tuan, lebih baik kita samperin dia aja sekarang sebelum dia menghilang lagi" usul Reza.
"Biarkan mereka menyelesaikan makannya dulu Za" ucap Xavier tanpa mengalihkan pandangannya dari mereka.
"Ternyata benar mereka kembar, mereka terlihat bahagia meskipun tidak ada aku di sampingnya" batin Xavier.
Tidak usah melakukan tes DNA, Xavier sangat yakin kalau mereka adalah anaknya, wajahnya sangat mirip dengannya.
Dia terus memperhatikan mereka, sampai mereka selesai menghabiskan makanannya.
Lalu Divana pergi ke meja kasir untuk membayarnya, mereka melangkahkan kakinya keluar dari restoran.
"Cepat kita ikuti mereka, jangan sampai kita kehilangan jejaknya" titah Xavier.
Xavier dan Reza segera keluar dari restoran menyusul mereka, Xavier sengaja tidak mau menyapa mereka langsung, lelaki itu ingin tahu dimana perempuan itu dengan anaknya tinggal.
Xavier mengikuti mobil Divana dari belakang, hingga sampai akhirnya mobilnya Divana berhenti didepan rumah minimalis.
"Mobilnya berhenti tuan, mungkin itu rumahnya" ucap Reza.
Dan benar saja, tak lama setelah turun dari mobil Divana dan kedua anaknya masuk kedalam rumah tersebut. Setelah melihat pintu rumahnya tertutup barulah Xavier keluar dari mobilnya.
"Kamu tunggu disini saja Za, biar aku yang kesana sendiri" ucap Xavier dan Reza membalasnya dengan anggukan.
Xavier melangkahkan kakinya berjalan menuju kerumah tersebut, dia berdiri didepan pintu rumah Divana, lelaki itu memberanikan diri untuk mengetuk pintunya.
Tok
Tok
Tok
Ceklek.....
Deg....