Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila
"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."
Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.
Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Bertindak
Jarum jam baru menunjukkan pukul 06.30 pagi, tetapi Mauren sudah rapi dalam setelan formal. Tubuhnya yang tinggi nan sintal dibalut kemeja panjang warna merah dan rok span hitam. Wajah dipoles mekap tipis dan natural, sedangkan rambutnya yang kecokelatan dibiarkan tergerai.
"Pakai ini dan ... perfect," gumam Mauren seraya menyemprotkan parfume white musk ke tubuhnya.
Setelah itu, Mauren mengambil tas kerja dan melangkah keluar. Namun, baru saja membuka pintu, ia sudah disambut dengan tatapan heran dari sang suami.
"Sayang!"
Jeevan menilik penampilan Mauren dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pakaian yang dikenakan sang istri bukan pakaian yang biasa digunakan ke tempat pemotretan, melainkan lebih mirip pakaian kantor.
"Kenapa, Mas? Ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Mauren pura-pura tidak paham dengan ekspresi heran di wajah Jeevan.
"Kamu ... mau ke mana, Sayang?" jawab Jeevan balik bertanya.
"Kantor." Mauren menjawab singkat.
"Kantor? Untuk apa?" Jeevan mulai gugup.
"Ya kerja lah. Iya kalau kamu, Mas, ke kantor buat nyari selingkuhan," jawab Mauren seraya memutar bola mata.
"Kerja? Tapi kan profesi kamu model, Sayang. Katamu, sekarang ada jadwal pemotretan. Lalu kenapa malah datang ke kantor?" Jeevan sengaja mengabaikan kalimat 'cari selingkuhan' agar perdebatan semalam tidak terulang.
Mauren tersenyum miring, "Membatalkan satu kontrak tidak akan membuatku jatuh miskin, Mas."
"Sayang, kamu nggak boleh begitu dong. Harus profesional, biar kariermu cepat naik."
"Aku berubah pikiran, Mas. Aku mau keluar saja dari dunia hiburan, juga dunia fashion. Aku mau fokus di dunia ... bisnis," kata Mauren sengaja memperjelas kata 'bisnis' di akhir kalimat.
"Maksudmu apa, Sayang?" Jeevan makin gugup.
Mauren melipat tangan di dada sembari menilik wajah Jeevan yang tampak gelagapan.
"Mulai sekarang, aku yang bertanggung jawab atas Victory. Ruangan dan kursi yang biasa kamu duduki, mulai hari ini akan menjadi tempat kerjaku," terang Mauren yang lantas membuat Jeevan menganga lebar.
Sebelum Jeevan membuka suara, Mauren sudah melangkah dan pergi dari hadapan suami.
Karena langkah kaki Mauren lumayan cepat, bunyi ketukan high hells-nya terdengar menggema. Hal itulah yang menyadarkan Jeevan dari keterkejutannya.
"Sayang! Tunggu, Sayang!" teriak Jeevan. Dia berlari menyusul istrinya yang sudah berada di tengah tangga.
Akan tetapi, Mauren tak acuh. Dia terus berjalan dan menuju ruang makan. Kebetulan, pelayan sudah menyajikan sarapan.
Tanpa banyak kata, Mauren duduk di kursi dan mengambil beberapa hidangan. Dia menyantapnya dengan lahap tanpa memedulikan Jeevan yang terus mempertanyakan tindakannya.
"Aku tahu aku salah, tapi ... kamu nggak boleh begini dong, Sayang. Víctory itu udah jadi tanggung jawabku, orang-orang di sana tahunya aku yang memimpin. Masa tiba-tiba kamu yang datang dan gantiin aku. Nanti, malah dikira nggak profesional, Sayang." Jeevan terus membujuk Mauren agar membatalkan niatnya. Entah ada apa dengan kantor, mengapa Jeevan sangat tidak ingin istrinya datang ke sana.
"Sayang, kamu ... mau mempertimbangkan pendapatku, kan?" tanya Jeevan setelah cukup lama diabaikan. Kalimatnya yang sedari tadi terlontar hanya dianggap radio rusak oleh Mauren.
"Sayang!"
"Baiklah." Mauren menghela napas panjang. "Cepat mandi dan sarapan, sebelum aku berubah pikiran," sambungnya.
Jeevan tersenyum lebar, "Terima kasih, Sayang. Tunggu sebentar, aku akan segera bersiap."
Detik berikutnya, Jeevan langsung bangkit dan pergi meninggalkan Mauren. Sambil melangkah, dia terus bersorak dalam batinnya, merasa bahagia karena berhasil meluluhkan sang istri.
Namun tanpa Jeevan sadari, Mauren menatap punggungnya sambil tersenyum miring. Entah rencana apa yang tersusun di otaknya.
"Meski seandainya aku bisa memberimu kesempatan kedua, tapi kamu tidak akan pernah merasakan kenyamanan yang sama. Mengkhianatiku adalah kesalahan yang selamanya akan kamu sesali, Mas," batin Mauren seraya menyuap sarapannya.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Jeevan kembali ke ruang makan. Penampilannya sudah rapi dalam balutan setelan formal. Rambutnya sedikit basah dan wangi, pun dengan aroma tubuh, menguarkan aroma woody seperti ciri khasnya.
"Kamu sudah selesai, Sayang?" tanya Jeevan sambil duduk di hadapan Mauren.
"Masih minum teh." Mauren menjawab sambil menatap kunci mobil dan tas kerja yang diletakkan di atas kursi.
"Mau aku ambilkan, Mas?" tawar Mauren beberapa saat kemudian.
"Boleh, Sayang." Jeevan mengangguk sambil menyodorkan piring kosong miliknya. Lantas, dia tersenyum saat melihat tangan lentik Mauren mengambilkan lauk kesukaannya.
Beberapa detik berselang, tak ada perbincangan di antara keduanya. Hanya dentingan sendok yang menjadi suara utama.
"Mas!" panggil Mauren.
"Iya."
"Kamu ... punya uang tunai, nggak?" tanya Mauren. "Nggak butuh banyak sih, seratus atau dua ratus ribu aja cukup."
"Ada, Sayang. Bentar," jawab Jeevan.
Dia merogoh dompet yang disimpan dalam saku celana, lalu memberikannya kepada Mauren. Jeevan sengaja menyuruh sang istri mengambil sendiri agar kepercayaan terhadap dirinya makin meningkat.
Mauren menerima dompet Jeevan sambil tersenyum. Kemudian, dia menghitung uang tunai yang ada di sana—kurang lebih 400 ribu. Setelah itu, Mauren memeriksa dua ATM milik Jeevan dan ternyata ada.
Sambil melirik Jeevan, Mauren mengambil satu lembar uang ratusan ribu dan juga KTP milik suaminya. Lantas, dia beranjak dan mendekati Jeevan. Bukan untuk menyuapi atau mengambilkan minum, melainkan menyambar kunci mobil yang ada di sampingnya.
"Sayang itu___"
"Dari tadi kamu terus menahan niatku. Nggak sadar kah, Mas, kalau itu membuatku curiga?" pungkas Mauren.
"Aku ... aku hanya ingin kamu fokus dengan kariermu. Nggak ada maksud lain, Sayang," kilah Jeevan. Dia turut bangkit dan mengabaikan sarapannya yang masih separuh.
"Setelah apa yang kamu lakukan terhadapku, kamu pikir aku percaya?" Mauren menaikkan kedua alisnya.
"Sayang___"
"Dengan atau tanpa persetujuanmu, mulai sekarang aku yang mengurus Victory. Perusahaan itu milikku dan Papa sudah mempercayakannya padaku, jadi ... kamu terima atau tidak, itu tidak akan mengubah keputusanku!" Lagi-lagi Mauren memotong ucapan Jeevan.
"Satu lagi, mobilmu dan juga kartu kartu ATM-mu, ini dari aku. Jadi mulai sekarang aku yang pegang, sedangkan pengeluaranmu aku yang ngatur," sambung Mauren.
"Sayang, mana boleh begini. Aku juga punya kebutuhan," protes Jeevan.
"Kebutuhan apa?" Mauren menatap intens. "Makan? Kan sudah disiapkan sama Bi Inah, kalau mau ke mana-mana bawa bekal aja dari rumah, lebih sehat. Kalau alat mandi dan pulsa, nanti biar aku yang beli," sambungnya.
"Kamu egois, Sayang!" Suara Jeevan mulai meninggi.
"Iya, aku memang egois. Makanya, kamu jangan kaget kalau ATM dan mobilmu aku pegang," sahut Mauren dengan cepat. "Ini ... kalau misalkan mau nyamperin aku ke kantor, cukup kan untuk naik angkot?" Ia letakkan KTP dan uang lima puluh ribu ke atas meja.
"Mauren___"
"Jangan marah-marah, aku sedang berusaha jahat agar Elsa punya poin lebih dibanding aku. Biar kamu punya jawaban akurat kalau misalkan ada rekan yang tanya, kenapa lebih milih pecahan kerikil daripada berlian yang utuh," potong Mauren dengan tatapan sinis.
Tanpa menunggu jawaban Jeevan, Mauren membalikkan badan dan pergi meninggalkan ruang makan. Dengan menggunakan mobil yang biasa dipakai Jeevan, Mauren meluncur ke Kantor Victory.
Bersambung....
Maaf ya baru up lagi, kemarin-kemarin lagi ada acara di RL, nggak sempat pegang HP. Hari ini juga cuma bisa up satu karena kesehatan kurang mendukung.
Makasih udah mau mampir dan menunggu. Lope banyak-banyak untuk kakak pembaca🥰🥰🥰🥰
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂