A wild fictional history of a brothel.
Sepak terjang seorang pengusaha muda mendirikan sebuah rumah bordil dengan konsep yang mewah.
Dengan ditemani wanita-wanita cantik dan jatuh bangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badai Persaingan
"Akhir-akhir ini sepi Boom",
Phil menemani Boom duduk di bangku halaman depan.
Sudah lebih dari seminggu bunga-bunga rumah bordil First Class Lady nyaris tidak tersentuh.
Hanya ada beberapa pelanggan yang datang.
Tidak banyak. Kenapa akhir-akhir ini jauh berkurang?
Phil yang membukukan sendiri keuangan rumah bordil sedikit tersentak.
Pendapatan mereka berkurang lumayan banyak.
"Menurut mu apa yang terjadi Boom?",
"Mungkin orang-orang sedang tidak punya uang",
"Perekonomian Longblack masih stabil",
"Jadi tidak mungkin karena tidak punya uang",
Phil dan Boom sama-sama menghela nafas panjang.
"Aku dengar di kota-kota lain rumah bordil baru sudah mulai beroperasi",
"Mungkin itulah alasannya",
"Mereka melakukannya dengan sistem yang sama persis seperti apa yang kita buat di First Class Lady",
"Tapi mengapa sekarang banyak orang-orang yang lebih memilih datang ke tempat mereka?",
"Bisa jadi karena fenomena grand opening dan diskon",
"Tapi sudah lebih dari satu bulan pelanggan kita tidak pernah kembali lagi",
"Aku akan pergi ke sana untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi",
Malam akhir pekan
Phil pergi meninggalkan kota Longblack seorang diri.
Mempercayakan rumah bordil First Class Lady kepada Boom dan Lily untuk sementara mengambil alih kemudi.
Phil berpakaian menyamar untuk menyembunyikan jati diri.
Memakai kostum serba hitam dan sebuah topi lebar.
Ada dua rumah bordil yang baru buka di waktu yang hampir bersamaan.
Tapi hanya ada satu rumah bordil yang menjadi perbincangan publik akhir-akhir ini.
Rumah bordil yang banyak didatangi oleh para pelanggan.
Banjir tamu-tamu.
Bahkan yang dari luar kota pun rela menunggu.
Rumah bordil Devil Queen
Namanya memang berbau kesetanan. Tapi selalu penuh pengunjung setiap akhir pekan.
Rumah bordil milik pengusaha kelas kakap ini terletak di pusat kota Rednose.
Dua setengah jam perjalanan dengan naik kereta api dari stasiun Longblack.
Phil malam ini akan berkunjung ke sana.
Demi melakukan studi banding diam-diam sekaligus tidak ada salahnya sembari mencuci mata.
Apa yang membuat Devil Queen berhasil mengungguli First Class Lady dan rumah bordil yang lain?
Devil Queen berdiri di lokasi yang sangat menguntungkan. Dekat dengan taman kota dan fasilitas umum.
Bangunan nya adalah gedung apartemen bertingkat tiga.
Lantai satu digunakan sebagai bar minum dan makan layaknya sebuah restaurant.
Lantai dua dan tiga adalah kamar-kamar para budak pekerja sex komersial.
Phil hanya melewati lantai satu. Mereka menyajikan bir, roti lapis dan kentang goreng.
Lantai dua penuh. Padat dengan laki-laki mesum yang tengah mengantri.
Devil Queen tidak memiliki album katalog.
Tapi foto besar para talent yang dipajang di dinding sepanjang lorong bangunan.
Dengan pose yang hot dan bugil.
Lantai dua ada 15 kamar. Lantai tiga juga ada 15 kamar.
Dan semua ada isinya. Tidak ada satu pun kamar yang kosong tidak terpakai.
Di dalamnya para wanita tuna susila yang berasal dari wilayah yang jauh-jauh dengan berbagai macam latar belakangnya sudah menunggu.
Harga permalam nya sama. Tidak ada kelas dan kategori.
Semuanya per100 joli.
Sejauh ini Phil mengerti kenapa orang-orang banyak yang datang kemari. Dan mengabaikan First Class Lady.
Tapi bukankah ongkos kereta api juga termasuk dalam hitungan?
Semuanya akan terungkap setelah Phil mencobanya sendiri.
Seperti apa peforma dan service para wanita Devil Queen?
Phil berdesak-desakan dengan pengunjung yang lain untuk memesan.
Devil Queen tidak memakai nama samaran. Tapi angka.
"Mau nomor berapa tuan?",
"21",
"Ini bukti pembayaran nya tuan",
"Silahkan langsung naik ke lantai tiga tuan",
"Mengantri lah di depan pintu ",
"Terimakasih",
Para petugas rumah bordil Devil Queen begitu ramah dan bersikap santun.
KAMAR 21
Phil menunggu dengan sabar.
Yang sudah memesan dulu. Masuk terlebih dahulu sesuai dengan nomor urut antrian.
Phil akhirnya masuk ketika sudah lewat tengah malam.
Phil memilih wanita nomor 21.
Pintu kamar dengan angka 21 terbuka.
Seorang laki-laki dengan penuh senyuman keluar dari dalam kamar. Dengan ekspresi yang sangat gembira.
Phil masuk ke dalam kamar.
Seorang perempuan muda sudah menunggu Phil di atas tempat tidur.
Phil pun mendekat. Tapi Phil sama sekali tidak berhasrat.
Phil mengambil selimut yang terbuang di lantai.
Lalu menyelimuti nya.
"Apa yang tuan inginkan?",
Phil bisa melihat dari sorot mata wanita Devil Queen yang berada di depannya.
Bukanlah sorot mata dari seorang perempuan yang sedang bahagia.
Biarpun tersenyum. Mimik wajahnya menyiratkan rasa takut.
Terdapat goresan luka merah berdarah di sudut bibir yang membisu.
Phil tahu kalau perempuan di hadapannya ini tidak begitu nyaman ketika sedang melayani.
"Aku hanya mau bicara nona",
"Bagaimana rasanya bekerja di tempat ini?",
Perempuan nomor 21 menceritakan semuanya.
Semuanya
Phil seakan tidak percaya.
"Terimakasih untuk malam ini nona",
"Terimakasih tuan",
Phil pergi dengan meninggalkan banyak uang tip.
Lantai satu
Phil turun ke bawah untuk kemudian pulang.
Meski sudah lewat tengah malam. Masih saja ramai dengan orang-orang yang baru berdatangan.
Sebelum keluar meninggalkan rumah bordil Devil Queen.
Phil melihat seseorang yang membuat nya sangat terkejut.
Tapi Phil tidak bisa menyapa dan mendekatinya karena ia sedang dalam penyamaran.