Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

Mata Ratu Amora berkilat, melihat apa yang ada didalam kotak kayu itu.

"Ini dia, senjata keunggulan yang tidak adil," gumam Ratu Amora.

"Ini bisa mengubah permainan," lanjut Ratu Amora tersenyum dingin.

Setelah mendapat kan penemuan yang sangat tidak terduga itu, Ratu Amora segera kembali ke Paviliun Kembang, tidak lupa juga membawa serta kotak prototipe itu.

Ratu Amora memanggil Ryken dan seorang pandai besi jenius yang dirinya minta dicari oleh Marco.

Di ruang kerjanya, yang kini setengahnya menjadi bengkel strategi, Ratu Amora menjelaskan visinya.

"Ryken, kita tidak akan melawan para bandit itu secara terbuka, mereka sudah terbiasa dengan perang gerilya di hutan, kali ini kita harus memberi mereka kejutan," ucap Ratu Amora, sambil membentangkan cetak biru senjata primitif itu.

"Apa ini, Yang Mulia?" tanya Ryken, menatap bingung cetak biru yang penuh gambar aneh.

"Ini adalah cara baru untuk membunuh, senjata yang bisa menembakkan peluru logam kecil dengan kecepatan tinggi, kekurangannya adalah proses pembuatannya yang lambat dan suaranya yang keras, tapi keuntungan terbesarnya yaitu Ketakutan," jawab Ratu Amora, mulai menjelaskan

"Pandai besi, bisakah kau membuatnya?" tanya Ratu Amora melirik dingin, pria tua, si pandai besi.

Pandai besi itu, yang bernama Theron, seorang pria tua yang kasar namun berbakat, mengangguk setelah mempelajari cetak biru itu.

"Saya bisa, Yang Mulia, tapi ini butuh logam yang sangat kuat dan sangat banyak bubuk mesiu yang harus dimodifikasi, ini juga akan memakan waktu yang lumayan lama," jawab Theron menatap peta desain di depan nya.

"Waktu adalah kemewahan yang tidak kita miliki," ucap Ratu Amora, datar.

"Anda bisa pergi sekarang," ucap Ratu Amora datar.

"Baik, Saya permisi Yang Mulia," jawab Theron,. membungkuk hormat.

"Hem"

Setelah melihat Theron keluar dari ruang kerjanya, Ratu kembali fokus pada pembahasan awal nya.

"Ryken, Saya ingin kau membentuk unit kecil yang paling terpercaya, yang disebut Unit malam, mereka harus kuat, cerdas, dan tidak takut pada hal yang tidak diketahui, mereka akan menjadi Unit Pertama yang akan menggunakan senjata baru ini, sasaran pertamanya adalah Markas Komandan Bandit!" perintah Ratu Amora, tegas.

"Saya akan memilih yang terbaik, Yang Mulia," jawab Ryken mengangguk kan kepala nya, paham.

Tuk

Tuk

"Strateginya," ucap Ratu Amora mengetuk peta.

"Bukan hanya serangan fisik, karena itu terlalu boros nyawa, Mina memberi Saya laporan bahwa Tuan Victor dan Tuan Edgar telah mengirim pesan ke pada Raja Arthur, Saya akan menggunakannya untuk menutupi gerakanmu," ucap Ratu Amora, menatap Ryken serius.

"Saya akan mengirim surat lagi kepada Raja Arthur, kali ini dengan nada yang lebih panik, menuduh Tuan Victor dan Tuan Edgar merencanakan pembunuhan terhadap Saya dan Pangeran Kevin, dan Saya juga akan memohon Raja Arthur untuk segera kembali. Ini akan membuat Tuan Victor dan Tuan Edgar merasa panik, dan yang lebih penting, itu akan membuat Raja Arthur fokus pada konflik Istana," lanjut Ratu Amora menyeringai, senyum Jesica Marry yang penuh tipu daya.

Mendengar ucapan sang Ratu, mambuat Ryken tertegun.

"Dan itu memberikan waktu bagi saya di perbatasan, Yang Mulia," ucap Ryken berdecak kagum, dengan kecerdasan sang Ratu.

"Tentu," jawab Ratu Amora membenarkan.

"Saat Raja Arthur kembali, Dia akan menemukan dua hal, pertama yaitu Istana yang kacau balau karena perkelahian bangsawan dan Kemenangan mutlak di perbatasan yang dibawa oleh Menteri Pertahanan barunya, Raja Arthur mungkin tidak mencintai Saya, tapi dia mencintai stabilitas dan efisiensi, kemenanganmu adalah kartu as-Saya Ryken!" ucap Ratu Amora, penuh penekanan.

"Saya akan menjamin kemenangan itu, Yang Mulia, unit Malam akan segera dibentuk," ucap Ryker membungkuk, matanya dipenuhi kekaguman.

"Saya permisi Yang Mulia," pamit Ryken undur diri.

"Hem"

Jawab Ratu Amora mengangguk kan kepala nya, kecil.

Ratu Amora kini memegang senjata dan strategi.

Ryken akan memimpin serangan, sementara itu, Raja Arthur sedang dalam perjalanan pulang.

Di sisa hari itu, Ratu Amora meninggalkan urusan negara dan berjalan ke Paviliun Naga, tanpa pengawal yang mencolok, di paviliun naga Ratu Amora mendapati Pangeran Kevin yang sedang membaca gulungan sejarah.

"Ibu datang," ucap Pangeran Kevin menyadari kedatangan ibunya.

"Hem. Apa yang kau baca, Kevin?" tanya Ratu Amora duduk di samping Pangeran Kevin.

"Strategi Perang Raja Sean Ibu. Bagaimana beliau memenangkan pengepungan sepuluh tahun hanya dengan tipu daya logistik," jawab Kevin, nadanya tertarik.

Ratu Amora tersenyum, senyum tulus yang sangat langka.

"Strategi adalah segalanya, kau tidak hanya harus tahu cara membunuh, tetapi juga cara menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu," ucap Ratu Amora, tersenyum kecil.

Lalu Ratu Amora membuka peta kecil Kerajaan Lemos di atas meja, yang biasa Ratu Amora gunakan untuk mengajarkan Kevin geografi Kerajaan.

"Dengarkan Ibu, Kevin, musuhmu tidak selalu di perbatasan," bisik Ratu Amora, mulai mengajari Pengeran Kevin.

"Istana ini adalah papan catur paling berbahaya," ucap Ratu Amora, serius.

"Anggap Tuan Valerius, Tuan Silas, dan Tuan Denton adalah bidak yang sudah kita makan, tapi Tuan Victor dan Tuan Edgar adalah Kuda yang bergerak lincah dan licik. Sementara Ayahmu, dia adalah Raja di papan itu. Kau harus tahu cara melindungi mu," lanjut Ratu Amora, menatap Pengeran Kevin.

Kevin balik menatap ibunya dengan mata yang berbinar, merasa dididik, bukan hanya diperintah.

Bagaimana cara Raja melindungi dirinya, Ibu?" tanya Pangeran Kevin bersemangat.

"Raja tidak pernah bergerak sendirian, beliau selalu dijaga oleh Ratu dan benteng," jawab Ratu Amora, menatap Kevin lekat-lekat.

"Mulai hari ini, Ibu akan mengajarimu cara berpikir seperti Ratu, kau akan belajar bahasa sandi, cara membaca niat orang dari gerakan tangan mereka, dan cara tidak pernah menunjukkan ketakutanmu pada siapapun!" lanjut Ratu Amora penuh penekanan.

Pangeran Kevin mengangguk kan kepala nya, mendengar kan semua yang ibunya ajarkan.

Ratu Amora menghabiskan waktu selama dua jam dalam mengajari Pangeran Kevin, cara membaca gerakan mata dan ekspresi wajah.

Ratu Amora tidak lagi hanya seorang Ratu, Dia adalah seorang guru, mentor, dan pelindung.

Pangeran Kevin menyerap semua pelajaran itu seperti spons, gembira mendapatkan perhatian intens yang selama ini ia idam-idamkan, ibunya bukan hanya memberikan perhatian kasih sayang, tapi juga memberikan ilmu yang tidak Kevin dapatkan dari guru istana yang selama ini mengajari nya.

"Kau sangat cerdas, Kevin," puji Ratu Amora.

"Ingat, kau adalah Pangeran yang kuat, jangan pernah biarkan keraguan merusak dirimu," ucap Ratu Amora, tegas.

"Saya mengerti Ibu, Saya akan menjadi benteng bagi Ibu, dan Ibu adalah Ratu yang akan melindungi ku," jawab Kevin, mengepalkan tangan kecilnya.

Ratu Amora membelai lembut rambut Putranya, meletakkan fondasi loyalitas yang tak tergoyahkan, Pangeran Kevin adalah alasan dirinya bertahan di dunia baru nya ini, Pangeran Kevin akan menjadi kekuatan. terbesarnya.