NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Psikopat / Cinta pada Pandangan Pertama / Reinkarnasi / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Mereka akhirnya tiba di depan pintu gerbang sebuah rumah yang mewah dan megah. Sisil, Cindi, Luna, dan Amel terkejut, mereka tidak percaya jika Alice, yang tampak seperti siswi biasa, tinggal di rumah sebesar dan semewah ini.

"Apa benar ini rumahmu?" Sisil bertanya, suaranya penuh dengan rasa penasaran dan tidak percaya. "Sepertinya rumah ini cukup mewah dan luas, tidak seperti yang aku bayangkan untuk seseorang sepertimu," tambahnya, mengamati sekitar dengan mata yang tajam.

Penampilan Alice yang sederhana dan tidak mewah membuat Sisil semakin ragu tentang kebenaran klaim Alice tentang rumah ini.

Alice tersenyum, lalu mengangguk. "Ya, ini rumahku," dia berkata, suaranya santai. Tapi dalam hati, dia bergumam, "Rumah ini adalah neraka."

Sisil, Cindi, Luna, dan Amel saling menatap, lalu kembali memandang rumah yang megah itu dari balik pintu gerbang. "Kamu benar-benar hidup dalam dunia yang berbeda," Cindi berkata, suaranya penuh dengan rasa kagum.

Alice tersenyum, lalu membuka pintu mobil dan turun. "Terima kasih, sudah mau mengantarku pulang," katanya, sebelum berjalan menuju rumahnya dan masuk ke dalam.

Sisil, Cindi, Luna, dan Amel mengangguk, mereka saling menatap, masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. "Aku tidak tahu apa yang harus aku pikirkan tentang Alice," Sisil berkata, suaranya penuh dengan rasa bingung dan keraguan.

Cindi, Luna, dan Amel hanya mengangguk setuju, wajah mereka penuh dengan tanda tanya. Mereka berempat meninggalkan rumah Alice, di dalam mobil mereka sedikit berdebat tentang keputusan yang harus diambil.

Luna memandang Sisil dengan rasa tidak percaya. "Kamu yakin mau menuruti Alice? Jadi anggota, kamu itu sadar atau tidak? Masak derajat kita turun!" protesnya, suaranya penuh dengan kesal.

Sisil menghela napas, lalu memandang Luna dengan mata yang serius. "Mau bagaimana lagi, daripada kita remuk ya mending aku menyetujuinya," dia berkata, suaranya resignasi dan penuh dengan rasa tanggung jawab.

Cindi memandang Sisil dengan mata yang penuh dengan pengertian dan keprihatinan. "Kita harus berhati-hati, Sisil. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya Alice inginkan."

Amel mengangguk setuju. "Alice itu hanya seorang gadis cupu, apa kamu yakin ingin meminta bantuan dia? Jujur aku kurang yakin jika dia sepintar itu."

Luna memandang Amel, lalu menggelengkan kepala. "Aku juga tidak percaya, Sisil. Kamu harus berpikir lagi tentang keputusanmu ini, disini keadaan telah berbalik, bukan kita yang memanfaatkan dia melainkan dia memanfaatkan kita. Tapi, yang membuatku heran, kenapa Alice kuat begitu ya? Apakah dia benar-benar seperti yang dia katakan? Dan seperti yang Amel bilang, sepertinya Alice bukan orang biasa, hanya tampilannya saja yang cupu."

Sisil hanya menghela napas, lalu memandang jalan di depan mereka dengan mata yang tajam. "Aku sudah memutuskan, Luna. Aku tidak akan mundur sekarang, kita jalani saja dulu, jika dia mempermainkan kita, kita harus segera bertindak," dia berkata, suaranya tegas dan penuh dengan tekad.

Luna memandang Sisil dengan skeptis. "Kamu yakin bisa mengendalikan situasi ini?"

Sisil mengangguk tegas. "Aku yakin. Kita harus mencoba."

Dengan keputusan itu, mereka melanjutkan perjalanan, dengan hati-hati dan penuh dengan rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Cindi tiba-tiba teringat akan mahasiswi yang mereka temui sebelumnya. "Ngomong-ngomong, apa kalian masih ingat dengan mahasiswi yang kita temui tadi? Apa benar dia dibully sama Alice?" tanya Cindi, suaranya penuh dengan rasa penasaran.

Amel menjawab, "Aku juga tidak tahu, tapi mahasiswi tadi terlihat seperti korban. Kalau kita lihat dari betapa kuatnya Alice sih, bisa jadi apa yang dia katakan itu benar."

Luna menambahkan, "Yang jelas, kita harus tetap waspada. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini. Dan apa kalian ingat dengan orang yang bersembunyi di balik pohon tadi? Kira-kira siapa dia? Kenapa sepertinya dia asing?"

Sisil memandang ke arah jalan di depan mereka. "Aku juga tidak tahu, tapi yang jelas kita harus tahu apa yang kita hadapi sebelum membuat keputusan lebih lanjut. Termasuk tentang orang itu. Apakah dia bagian dari rencana Alice atau hanya kebetulan?"

Mereka semua terus memikirkan tentang keputusan yang mereka ambil dan apa yang akan terjadi selanjutnya saat mobil terus melaju meninggalkan rumah Alice yang mewah dan megah. Pertanyaan tentang mahasiswi dan sosok misterius di balik pohon masih menghantui pikiran mereka.

*

Sementara Alice baru saja masuk ke dalam rumah, dia berjalan dengan langkah yang santai dan percaya diri. Dia tahu bahwa itu rumahnya karena ingatan dari Alice yang asli sangat detail. Saat dia masuk, Jumi, pembantu yang setia, menyambutnya dengan sedikit gugup. "S...Selamat datang, Nona Alice," Jumi berkata dengan suara sedikit bergetar, matanya memandang Alice dengan rasa takut dan hormat.

Alice tidak terlalu memperhatikan Jumi dan langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar, tapi Jumi segera mengejar langkahnya, berusaha untuk mencegah Alice mendekati kamar agar tidak tahu apa yang sedang terjadi di kamar sebelah.

"Nona Alice, mungkin Anda ingin istirahat di ruang tamu saja dulu? Saya akan menyiapkan teh untuk Anda," Jumi berkata dengan suara yang sedikit terburu-buru, sambil berusaha untuk mengalihkan perhatian Alice.

Namun, Alice sudah terlalu dekat dengan kamarnya dan tidak sengaja mendengar suara yang tidak mengenakan telinga dari dalam kamar. Suara itu seperti suara perdebatan antara dua orang dan Alice dapat merasakan tensi yang tinggi di udara. Dia berhenti sejenak, mencoba untuk mendengarkan lebih jelas apa yang sedang terjadi.

"Apa yang sedang terjadi? Kenapa ada suara laki-laki di dalam kamar sebelah?" dia bertanya pada dirinya sendiri, suaranya penuh dengan rasa penasaran.

Jumi, yang menyadari bahwa Alice sudah mendengar suara itu, merasa semakin gugup dan berusaha untuk memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian Alice. "Nona Alice, mungkin sebaiknya kita turun dulu untuk mengambil cemilan," Jumi mencoba mengalihkan perhatian Alice.

Namun, Alice tidak terpengaruh dan menolak dengan singkat. "Tidak, Bi,"

Jumi merasa semakin gugup dan mencoba mencegah Alice dengan nada yang lebih lembut. "Nona Alice, kalau begitu, mungkin kita bisa..."

Tapi Alice memotongnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Bi Jumi! Bibi bisa kembali ke dapur saja. Saya ingin sedikit istirahat."

Jumi terkejut, matanya melebar karena perubahan drastis dalam diri Alice. Biasanya, Alice berbicara dengan susah payah, bahkan hampir tidak bisa berbicara sama sekali. Tapi sekarang, Alice bisa berbicara dengan lancar dan tegas, tanpa ada tanda-tanda gugup atau kesulitan berbicara.

Jumi merasa seperti sedang bermimpi, mengingat dia sendiri yang selalu berusaha melindungi Alice karena sifatnya yang rapuh dan mudah tersinggung.

"Apa yang terjadi pada Nona Alice?" pikir Jumi dalam hati, sambil mengangguk dan berkata, "Baik, Nona Alice. Jika Anda membutuhkan sesuatu, silakan memanggil saya."

1
Apis
knp aku ngebayanginya peran alex/alice kaya lucinta Luna ya thor 🤣🤣🤣🤣
LOLLIPOP: Hihi...iyakah?🤭
total 1 replies
Apis
jd critanya alex transgender trs transmigrasi ke tubuh alice yg beneran cewe, baru x ini nemu novel peran utamanya lain dari yg lain 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!