Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26.
"Duduk!" titah Erlan dengan suara yang rendah namun tegas seraya menunjuk kursi sofa yang ada di hadapannya.
Tanpa banyak membantah, Selena langsung mendudukkan dirinya di kursi sofa tersebut sambil memangku kardus yang akan ia gunakan untuk membawa barang-barang miliknya dari rumah Erlan.
"Sel .." panggil Erlan lirih. "Aku minta maaf, aku sangat menyesal karena sudah membuat rumah tangga kita hancur berantakan seperti ini". Ucapnya dengan kepala yang tertunduk lesu.
Selena masih diam tak menyahut, ia membiarkan Erlan mengutarakan semua yang mengganjal di dada pria itu.
"jujur, bukan ingin ku membuat rumah tangga ini hancur Sel... Aku tau aku salah dan aku mengakuinya, tapi aku juga tidak akan memaksa mu untuk memberikan ku maaf Sel". Ucap Erlan lagi, suara nya terdengar parau
"Sudah?" ujar Selena datar
Erlan mendongak menatap calon mantan istrinya itu dengan mata yang memerah berkaca-kaca.
Menyedihkan sekali rasanya, tiga tahun menikah dengan Erlan baru kali ini Selena melihat pria dihadapannya ini menangis hanya demi hal yang ia sendiri tidak pernah duga akan terjadi. Hening sejenak mengisi ruangan, hanya suara detak jam di dinding yang terdengar jelas.
Selena menatap Erlan dengan tatapan datar. Sebenarnya, ada sedikit rasa iba, tapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kelemahan itu. Ia menegakkan punggungnya dan memegang erat kardus yang ada dipangkuannya.
“Aku dengar semua yang ingin kamu katakan sudah keluar” ucap Selena akhirnya, suaranya pelan tapi penuh ketegasan. Tak ada lagi panggil 'Mas', atau ucapan lembut seperti dulu lagi. Bahkan, hanya sekedar memanggil nama nya pun Selena terlihat enggan.
"Aku nggak bilang aku memaafkanmu, tapi aku mendengarkan apa yang kamu katakan. Itu sudah lebih dari cukup.”Imbuhnya
Erlan menarik napas panjang, ia sedikit terkejut dengan ketegasan Selena. Ekspresi wajahnya sedikit terasa lega meski sorot matanya masih terlihat penuh penyesalan. “Aku.. aku hanya ingin kamu tau kalau aku menyesal, Sel...", menjeda ucapannya lalu kembali menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya dan matanya mengedar menatap sekeliling rumah yang dulu mereka bangun bersama.
“Dan soal rumah ini, karena kita membangun bersama rumah ini dan atas namamu, maka rumah ini tetap akan menjadi milikmu, Sel. Aku ingin kau bisa mengambil semua yang memang menjadi hakmu, tanpa ada yang tertinggal.”
Selena menatap Erlan sejenak, tetapi tangannya semakin erat memegang kardus di pangkuannya. Ruang tamu yang dulu terasa hangat kini berubah menjadi terasa dingin dan asing. Banyak kenangan yang tak bisa ia ubah.
Erlan menundukkan kepalanya sejenak, kemudian mendongak menatap Selena lagi. “Aku juga mau pamit sama kamu, Sel. Setelah sidang resmi selesai dan kita sudah dinyatakan bercerai. Aku akan pergi dan menetap di luar negeri bersama Vera. Tapi, aku juga tidak ingin hubungan kita berakhir begitu saja. Biarlah kita tetap berhubungan, meskipun hanya berstatus sebagai teman.”
Selena menelan ludahnya susah payah. Ia berusaha untuk tetap tenang, meski ada sedikit getaran di dadanya saat mendengar ucapan itu. Ia menatap Erlan dengan mata yang tajam tapi tenang.
"Jangan gunakan alasan tak masuk akal mu itu! Bawalah Vera tinggal di sini dan segera resmikan pernikahan kalian di mata hukum sebelum anak kalian lahir. Aku tidak mau ada urusan rumah ini lagi di antara kita.”Ucap Selena dengan tegas
Mendengar itu, Erlan sontak terdiam. Jujur, ia sedikit kaget dengan ketegasan Selena, tapi juga kaget dengan apa yang perempuan itu katakan. Tak ada kalimat makian atau hinaan saat menyebutkan nama wanita yang sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Bahkan, dia juga meminta untuk Vera tinggal dirumah yang jelas-jelas itu hasil jerih payahnya dan Selena.
Sontak saja mata Erlan melebar, tapi ia menahan diri untuk tidak bicara lebih banyak pada Selena.
Kemudian, Selena beranjak dari duduknya memegang kardus yang ada di pangkuannya lalu berkata. “Aku hanya ingin semuanya selesai sampai disini. Rumah ini dan semua barang-barang yang ada disini, juga hubungan kita... Semua harus diseleaikan agar tidak ada lagi sisa yang membuat kita kembali terikat.”
Erlan menelan ludahnya susah payah, kemudian ia mengangguk pelan tak banyak membantah. “Baik, Sel aku mengerti. Aku hargai keputusanmu.”
Selena menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Sekarang… aku akan lanjut ambil barang-barangku. Setelah itu, kita selesai di sini. Dan, aku ucapkan selamat atas pernikahan mu. Semoga untuk yang kedua ini kau bisa menjaga nya dengan baik.”
Setelah mengatakan itu, Selena langsung bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar yang dulu ia tempati bersama Erlan untuk mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal disana.
Melihat kepergian Selena, Erlan hanya bisa diam dan tak lagi mencegahnya. Ia hanya menatap punggung perempuan itu yang sudah berjalan menjauh menaiki satu persatu anak tangga.
"Maafkan aku Sel..." gumam nya lirih
.
.
Selena membuka pintu kamar dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, dadanya tiba-tiba terasa sesak. Ada rasa campur aduk antara lega, tegang, dan sedikit getir. Matanya seketika mengabur, air mata hangat menetes pelan di pipinya tanpa disadari. Tapi, ia cepat-cepat menghapusnya dengan punggung tangan, menarik napas dalam, lalu menatap sekeliling kamar yang kini terasa asing meski semuanya masih sama.
"Ini benar-benar selesai cukup sampai disini, aku tidak ingin mengulanginya lagi..." bisik Selena mencoba menenangkan diri sendiri.
Dengan tangan gemetar, ia mulai meraih kotak pertama, menaruh barang-barang yang masih tersisa ke dalam kardus. Setiap gerakan terasa berat, tapi Selena tahu ini harus dilakukan untuk menutup bab lama dan demi membuka lembaran baru.
Setelah selesai memasukkan semua barang-barangnya kedalam kardus Selena segera melangkahkan kakinya keluar, tapi sebelum menutup pintu nya. Selena menatap lagi sekeliling kamar memastikan jika tidak ada lagi barang yang tertinggal termasuk kenangan nya. Setelah itu, Selena benar-benar menutup pintu nya. Ia menarik nafas panjang sebelum melangkah turun menyusul Lily yang sudah menunggunya di mobil.
Sedangkan, Erlan masih berada diruang tamu. Pria itu terdiam saat melihat Selena berjalan menuruni satu persatu anak tangga seraya membawa dua kardus berukuran sedang yang berisi barang-barang pribadi milik perempuan itu.
Dengan langkah yang tegas, Selena mengangkat kardus terakhir dan berjalan menuju pintu. Saat hendak meraih handle pintu dan membukanya, Selena berhenti sejenak menoleh sekilas pada Erlan yang masih menatap kearah nya.
Kemudian, ia berkata. "Aku pergi...."
.
.
.
Pliss genggss jangan kendor kasih dukungan buat Selena yaaa... Support dari kalian sangat berarti buat Buna❣️. Makasih ya masih stay setia tungguin cerita ini🎀🌹
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang