"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.
Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.
Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."
Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?
Happy reading~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusun Rencana
Happy reading~
.
.
.
Nindya masih memandang lapangan luas depan sekolah dibalik jendela perpustakaan. Cahaya cerah keemasan kontras dengan suasana hatinya yang biru. Sesekali dia menyeka matanya yang perlahan memburam.
Namun buramnya netra tak menutupi cahayanya. Perlahan Nindya mengepalkan tangannya memegang erat kain roknya.
'Tidak..aku tidak mau ini berakhir seperti ini,' ucapnya dalam hati.
'Tidak kali ini!'
Nindya mengangkat kembali HP nya setinggi dadanya.
Kamu tenang aja, Bapakku pasti merestui kita. Aku akan pastikan itu!
Nindya mengetik dengan penuh keyakinan.
'Memangnya kenapa kalau aku sedikit berusaha untuk cintaku! Pak Broto kan Bapakku, sedikit memohon pasti beliau tersentuh,' batinnya menyemangati diri sendiri.
Setidaknya itu yang ia yakini 2 jam yang lalu.
Nyatanya saat tiba di rumah nyalinya tiba-tiba menciut.
Berulang kali Nindya mondar-mandir di kamarnya. Sesekali ia duduk di kasurnya sambil menggetarkan kaki kanannya. Kukunya pun hampir habis ia gigit. Rambutnya sekarang menyerupai boneka Chucky akibat setuhan kasarnya.
'Benar! Aku butuh rencana. Aku nggak bisa bicara secara frontal. Aku butuh prajurit bertameng baja.'
Matanya masih menatap lantai nanar. Kuku jempolnya sudah habis sekarang.
'Aha! Ibu! Ibuku yang cantik bisa jadi ksatria bertamengku!' batinnya.
Enak aja ksatria, Ibu itu seorang ratu yang bisa menggerakkan seorang raja tiran seperti Bapakmu Nin!
Nindya berlari mencari sang Ratu dan berteriak memanggilnya, "Ibu...Ibu.."
"Stttt! Jangan berisik! Adikmu baru saja tidur," bisik sang Ratu yang selesai menidurkan sang Pangeran.
"Ibu, sini dulu!" Nindya menggandeng tangan Ibu dan menariknya masuk ke kamarnya.
"Ada apa sih? Lihat rambutmu berantakan sekali! Kamu cosplay jadi mak lampir apa gimana nih?" Ibunya duduk di kasur dan berusaha merapikan rambut Nindya.
"Ibu sayang... Dengarkan anak cewek satu-satumu ini, oke?" Ucap Nindya halus dengan intonasi rendah.
Nindya menjelaskan keadaan sang pujaan hati. Dia bercerita dengan penuh ekspresi. Sesekali ia pasang wajah memelas agar sang Ibu iba terhadapnya.
"Tolong ya bu... Bujuk Bapak buat merestui mas Aan. Ya... Ya..!"
"Mmm...." Sang Ibu masih diam mempertimbangkan keputusannya.
"Kamu beneran suka sama Aan?" Tanya Ibu memastikan perasaan Nindya.
Pipi Nindya mendadak memerah seperti strawberry.
Ekspresi Nindya membuat Ibu tersenyum. Beliau tidak menyangka anak gadisnya akan membujuknya seperti ini, bahkan untuk sebuah mainan Nindya tidak pernah memohon.
"Baiklah... Ibu tak bicara sama Bapakmu. Tapi semua keputusan tetap di tangan Bapakmu," ujar sang Ibu dengan sorot mata menenangkan.
Nindya sedikit merasa tenang karena mendapat dukungan dari sang Ratu. Dia tinggal memantau perkembangan strategi sang Ratu.
Kamu sedang apa dek? Kok nggak balas chat? Sedang sibuk ya?
Kebiasaan hilang fokus tidak lepas darinya. Nindya tidak bisa fokus dalam dua atau lebih aktivitas. Sibuknya ia menyusun strategi membuatnya lupa dengan chat dari kekasihnya.
Hahaha...maaf tadi aku habis ngomong serius sama Ibu.
Ngomongin apa? Jangan-jangan kamu sedang ngebujuk Ibumu ya? Nggak usah dek... Serahin aja ke kangmas. Nanti kangmas yang langsung ke Bapak.
Mas mau ke rumah? Kapan?
Nindya menunjukan senyum 3 jarinya di depan layar HP.
Nanti malam.
Hehehe..ok ok
****
Malam hari setelah keluarga Pak Broto selesai menunaikan ibadah Sholat Magrib, Ibu mendekati suaminya.
"Mas... Aku boleh ngomong sebentar?" Ujar Ibu masih mengenakan mukena motif bunga-bunganya.
"Ada apa sayang?" Pak Broto membalik badannya menghadap sang istri dengan duduk bersila.
Ibu menatap suaminya penuh arti.
"Aku ambilkan makan dulu mas," kata Ibu sambil menanggalkan mukenanya.
Pak Broto heran dengan sikap istri tercintanya namun tidak protes.
"Deg"
Hati Nindya mencelos ketika melihat pemandangan kedua orang tuanya. Dia khawatir strateginya malah menyulut pertikaian kedua suami istri harmonis ini.
'Haduh... Apa aku salah langkah? Kalau mereka bertengkar gimana coba? Nindya oon!' protesnya kepada diri sendiri.
Tanpa melepas mukenanya, ia bersiap untuk membaca Al-Quran seperti biasanya dan mencoba bersikap biasa saja.
Ibu menunggu sang Bapak untuk menghabiskan makan malamnya.
"Kamu nggak makan dek?" Tanya Pak Broto penuh penasaran dengan sikap tak biasa istrinya.
"Nanti aja mas," jawab ibu lirih.
Pak Broto hanya manggut-manggut tanpa menaruh curiga sama sekali. Beliau melanjutkan santap malamnya dengan tenang.
Setelah beliau usai santap malam, Ibu Nindya mendekati Pak Broto dengan pijatan di pundaknya.
"Mas? Nak Aan anaknya sopan ya? Kemarin aku sempat lihat, dia juga punya tutur kata yang santun," rayu Ibu.
"Mmm... Ya namanya guru ya harus sopan dan santun," ujar Pak Broto.
Nindya tidak mampu lagi berkonsentrasi dengan bacaannya. Dia memutuskan untuk menyudahi kajiannya yang sudah lumayan banyak dan berusaha nimbrung.
Dia meletakkan Al-Qurannya dan duduk beralaskan lantai di bawah kursi Bapaknya.
"Dia juga berani bertamu langsung lho!" Nindya berusaha menambahi pujian Ibunya.
"Iya..nggak seperti cowok lainnya!" Kata Ibu menyakinkan sang Bapak.
"Kalau Bapak tidak menyukainya karena dia tidak dekat dengan keluarga kyainya itu, sebenarnya mas Aan punya alasan kuat Pak," ungkap Nindya sambil menggigit bibir bawahnya di akhir kalimat yang diutarakannya.
Pak Broto menyesap kopi yang sudah Ibu buatkan dan menyalakan rokoknya. Beliau hanya diam tanpa ekspresi yang mencolok.
"Siapa yang nggak benci kalau Ibunya disakiti? Aku sebagai Ibu sangat maklum dengan sikap nak Aan!" Ibu menambahkan.
Pak broto kembali manggut-manggut dengan rokok di mulutnya.
"Tentu saja itu bisa dimaklumi. Siapa yang tidak benci kalau Abahnya menikah lagi? Apalagi cerainya pas dia baru lahir."
Kata dari Pak Broto membuat Nindya terkejut. Darimana Bapaknya tahu kronologinya? Apa Ibu menceritakannya?
"Bapak tahu dari mana?" Tanya Nindya mengerutkan keningnya.
"Berita itu viral pada masanya. Bapak waktu itu masih muda dan yahh... Anak muda masih suka mengurusi urusan orang lain," ungkap Pak Broto.
"Tapi kenapa Bapak kayak nggak suka sama mas Aan? Padahal tahu kisahnya?" Nindya bertanya dengan nada menekan.
"Hehehe... Siapa yang tidak suka? Justru sebaliknya, Bapak sangat menyukainya. Dia tumbuh dengan baik walau dengan orang tua tunggal. Yahh.. walaupun itu sudah pasti karena Ibunya itu sosok ibu yang baik dan kuat."
"Bapak mengenal Ibunya?"
Nindya masih penasaran dengan informasi yang dimiliki Bapaknya.
"Tidak secara pribadi. Hanya tahu dari mulut ke mulut, tapi sumber bapak sangat terpercaya," ungkap Pak Broto.
"Nin, kalau kamu menyukai Aan kamu boleh bersamanya. Selain dia anak yang baik, Ibunya juga ibu yang baik. Kurasa bapak akan tenang kalau menitipkan anak bapak ke keluarga yang baik," ujar Bapaknya membuat Nindya tersentuh.
"Benarkah?"
"Iya.. mungkin Aan lupa, tapi bapak masih ingat kalau dia itu teman satu angkatan pas kuliah kemarin," ungkap Pak Broto.
"Hah?" Nindya diam sebentar. "Oh ya Bapak kan juga baru lulus 4 tahun yang lalu ya."
Senyum merekah tak mampu Nindya sembunyikan. Ternyata cintanya mendapatkan restu tanpa ada banyak drama. Nindya saja yang terlalu berburuk sangka karena pengalamannya. Tak disangka mencintai kekasihnya kali ini sangat menenangkan hatinya.
"Assalamualaikum..." Suara berat dari penghuni hatinya memecah fokusnya.
"Waalaikum salam," jawab Nindya.
Nindya langsung melepas mukenahnya dan berlari menyambut kekasihnya itu. Namun...
"STOP!" Ibu menghentikan langkah Nindya.
.
.
.
Sampai sini dulu ya guys...
Jangan lupa dukung karya aku dengan like, komen, dan subscribe...
Love ya....