Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
“Terima kasih, Emilia,” ucap Sharon.
Ia berjalan masuk ke kamar dan langsung menjatuhkan diri di kursi. Tubuhnya terasa seperti diberi beban baru setelah dilepaskan dari beban sebelumnya. Lelah… namun juga lega.
Di depan pintu, Emilia menggeleng terburu-buru dengan pipi merona. “A-anda berlebihan, Nona Sharon! Saya hanya… melakukan tugas saya.”
Ia menunduk canggung, senyumnya tampak malu tapi tulus.
Sharon tersenyum kecil. “Kalau begitu, hati-hati di jalan pulang.”
Emilia membungkuk lalu melangkah keluar. Gerakannya pelan dan kikuk seperti biasa, namun ada irama ringan pada langkahnya—seperti seseorang yang merasa berhasil melakukan sesuatu yang besar.
Begitu pintu menutup…
“Haaaah…”
Sharon menghela napas panjang, merasakan seluruh ketegangan yang ia tahan sejak pagi turun bersamaan.
Ia memijat pelipisnya. Cemas. Lelah. Tapi juga… lebih tenang.
“Tapi, aku nggak bisa santai sekarang…” Sharon berdiri, mencoba mengumpulkan sisa tenaga.
Sejak ia masuk ke dalam dunia ini, ia sudah mengacaukan banyak hal. Alur novel yang seharusnya terjadi malah berbelok ke arah yang ia tidak kenal.
Dunia ini kini berjalan sendiri tanpa pedoman cerita asli. Ia tidak lagi tahu apa yang akan terjadi. Maka dari itu dia harus memikirkan rencana selanjutnya, skenario yang kemungkinan terjadi.
“Baik. Saatnya mikir.”
Sharon berjalan menuju meja, membuka laci—dan jantungnya langsung berhenti sedetik. Di dalamnya, tergeletak sebuah buku.
Hitam pekat.
Tanpa judul.
Sedikit usang.
Tali penutupnya lusuh seperti telah dibuka berkali-kali.
Ia memang menemukannya saat pertama kali masuk di dunia novel ini, tapi hampir tidak pernah punya kesempatan untuk membukanya, sekarang adalah kesempatan yang tepat.
“…sebenarnya ini apa?”
Sharon mengulurkan tangan dengan hati-hati, hampir takut menyentuhnya. Begitu disentuh, sebuah sensasi aneh menjalar.
Buku itu terasa… hangat.
Ia duduk perlahan, membuka halaman pertama.
Tulisan tangan hasil goresan tinta memenuhi halaman—rapi, tapi suram.
Nama Sharon Lux tertulis tipis di pojokan.
Mata Sharon membesar. “J-Jangan bilang ini… buku harian Sharon yang asli?”
Ia membuka halaman berikutnya, dan berikutnya. Setiap kata membuat tengkuknya merinding.
...Halaman 1...
Hari ini aku bertengkar kecil dengan Althea.
Aku tidak mengerti kenapa .. dia selalu membuatku kesal, merasa jadi orang yang kecil. Dia selalu berada di pihak yang benar, selalu dilindungi semua orang, selalu disukai semua orang, dunia seolah berputar mengelilinginya.
Aku muak melihatnya. Aku benci melihat parasnya yang jelita. Aku benci melihat rambut yang bagus dan sangat indah. Aku benci cara dia tersenyum kepadaku, setelah semua hal buruk yang kulakukan kepadanya.
Apa dia meremehkanku? Dia senang sekali berlagak menjadi kakak yang sempurna dan aku membencinya.
…
Sharon menggelengkan kepala. Halaman awal-awal masih seperti keluhan anak kecil yang iri serta dengki.
“Sungguh sangat tidak dewasa, begitu batinya…”
Tapi halaman - halaman berikutnya agak membuat dia membuka mata lebar.
...Halaman 3...
Aku bertemu Arthur di taman belakang. Seperti biasa sambil membaca. Aku tidak tahu mengapa, tapi Arthur selalu memahamiku dan aku suka bercerita banyak hal dengannya.
Aku bilang aku muak dengan semuanya, aku bilang aku tidak tahan diinjak-injak.
Arthur cuma tertawa ringan, anehnya dia bilang bahwa wajah marahku terlihat lucu.
“Kalau kau berhenti merasa sakit, tidak ingin diinjak-injak … maka berhentilah jadi yang lemah.”
Aku awalnya bingung, dan dia menjelaskan.
“Gantikan posisi mereka.”
Awalnya aku tidak mengerti, tapi kemudian mengerti. Itu benar, kenapa tidak terpikir olehku! Aku hanya perlu menginjak mereka ganti.
Esoknya aku melakukan sesuatu yang buruk. Tidak ada yang menyuruhku, tapi aku punya orang yang cukup kubenci, ia salah satu pelayan, cukup suka membicarakan garis keturananku yang merupakan kasta bawah, anak haram katanya.
aku hanya ingin menunjukan siapa yang berkuasa!
Maka aku mendorong salah pelayan itu aku hanya risih dengan dia. Aku ingin dia mati! Sehingga dorongan itu Cukup keras, sampai dia terjatuh dari tangga.Sampai kabarnya dia dirawat cukup lama.
Apa aku merasa takut? Menyesal? Tidak aku merasa puas.
Sekarang, semua orang yang menganggapku rendah menatapku takut. Aku masih dijauhi, tapi benar kata Arthur, setidaknya tidak ada yang merendahkan, mereka takut kepadaku.
….
Sharon menelan ludah. Ia tidak terlalu menulis detail hubungan sharon dan Arthur. Jadi ini awal dari kenapa Sharon berbuat buruk.
Karena merasakan akan mendapatkan informasi yang menarik, ia melanjutkan untuk membuka halaman selanjutnya.
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor