Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Berakhirnya Permainan Tania
Langkah-langkah kecil penuh amarah membawa Tania menuju rumah mertua. Ia sudah menyiapkan rencana: mengadukan perbuatan Angkasa dengan versi ceritanya sendiri. Air mata kepalsuan sudah siap ditumpahkan, wajahnya dipulas dengan ekspresi seolah-olah dialah korban paling menderita.
Sesampainya di ruang tamu keluarga besar Samudra, ia langsung disambut oleh Mommy Zivana yang tengah duduk bersama Granny Nadlyn, Grandpa Ocean, dan Daddy Samudra. Wajah-wajah mereka semula tenang, tetapi mendadak berubah cemas ketika melihat Tania datang dengan mata sembab.
“Tania, apa yang terjadi padamu, sayang?” tanya Mommy Zivana, nada suaranya penuh kekhawatiran.
“Mom…” Tania langsung meraih tangan mertuanya, meremasnya erat seolah mencari perlindungan. “Tolong aku, Mom. Kasa bilang… dia akan menceraikanku.” Ucapnya terbata, diselingi tangis penuh drama.
Ruangan yang semula hangat mendadak dingin. Mommy Zivana sontak membelalakkan mata. “Apa? Bercerai? Bagaimana bisa?”
Granny Nadlyn yang duduk anggun di kursi panjang ikut tersentak kaget, sementara Grandpa Ocean hanya menarik napas panjang, menatap dalam ke arah cucu menantunya. Namun berbeda dari yang lain, Daddy Samudra tidak menunjukkan keterkejutan sama sekali. Tatapannya justru tajam, seolah sudah menduga apa yang akan keluar dari mulut Tania.
“Apa alasan Kasa ingin menceraikanmu, hm?” tanya Granny Nadlyn dengan suara bergetar. “Bukankah kalian sedang menjalani program kehamilan? Apa yang terjadi?”
Tangis Tania semakin menjadi-jadi. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, membuat air matanya mengalir semakin deras. “Kasa… Kasa berselingkuh, Granny. Dia berselingkuh dengan pelayan kami di rumah. Dan sekarang perempuan itu kabur, tapi Kasa terus mencarinya. Bahkan dia bilang… dia akan menceraikanku, lalu menjadikan perempuan itu istri satu-satunya.”
Mommy Zivana langsung tertegun. Rahang halusnya mengeras. “Apa yang kau katakan ini, Tania? Pelayan? Tidak mungkin… Kasa bukan tipe pria yang mudah tergoda begitu saja.”
“Mom, dengarkan aku!” Tania memeluk lengan mertuanya erat-erat. “Pelayan itu… dia yang menggoda Kasa. Aku sudah berusaha sabar, tapi Kasa berubah, Mom. Sangat berubah… dia bukan lagi suamiku yang dulu.”
Mommy Zivana memegangi dadanya, jelas hatinya terguncang. “Ya Tuhan…” gumamnya lirih. “Pelayan yang kau maksud… apakah keponakan Bi Mar?” tanyanya, teringat kejadian beberapa hari lalu saat bertemu seorang gadis di mal bersama Bi Mar.
Tania cepat-cepat mengangguk, menyambar peluang itu. “Benar, Mom! Pelayan itu pasti bersekongkol dengan Bi Mar. Bi Mar licik, dia ingin menguasai rumah kami. Mom, tolong… jangan biarkan mereka menghancurkan rumah tanggaku.”
Namun sebelum Mommy Zivana bisa menanggapi, suara berat Daddy Samudra memotong tegas. “Cukup, Tania.” Tatapannya menusuk langsung ke arah menantunya itu. “Sejak awal, pernikahan kalian tidak sehat. Jangan menyalahkan Angkasa seorang diri. Kau sendiri yang lebih memilih tinggal di apartemen, jarang pulang, bahkan enggan mengurus suamimu. Sekarang, ketika keadaan berantakan, kau justru melempar semua kesalahan pada Kasa.”
“Daddy!” Mommy Zivana menoleh, berusaha menenangkan suaminya agar tidak terlalu keras.
Namun Daddy Samudra tetap pada pendiriannya. “Fakta adalah fakta, Mom. Jangan membela hanya karena kau menyayanginya. Kebutuhan seorang pria sederhana: kenyamanan. Bila seorang istri tak hadir, tak ada kehangatan, maka wajar bila hatinya mencari tempat berlabuh.”
Tania tercekat, wajahnya memucat. Tangisnya makin menjadi, mencoba menarik simpati. Tetapi Daddy Samudra tak tergerak sedikitpun.
“Sam, sudah.” Grandpa Ocean akhirnya angkat bicara, suaranya berat namun berwibawa. “Jangan biarkan emosi menguasai kita. Panggil Kasa kemari. Biarkan dia yang bicara langsung.”
Daddy Samudra mengangguk, lalu segera menghubungi putranya. Tak sampai satu jam, Angkasa datang. Langkahnya mantap, wajahnya dingin, dan di tangannya tergenggam sebuah map berisi dokumen.
“Kasa, duduklah di sini,” ucap Mommy Zivana, mencoba menahan gejolak hatinya.
Angkasa duduk di samping sang ayah, pandangan matanya tajam mengarah pada Tania. Tidak ada lagi kelembutan, hanya jijik yang terpancar.
“Kasa,” Mommy Zivana membuka percakapan, “apa benar yang Tania bilang? Kau akan menceraikannya? Kenapa, Nak?”
Alih-alih menjawab langsung, Angkasa menoleh pada Tania. Senyum sinis terulas di wajahnya. “Kenapa Mommy tidak tanya saja pada menantu kesayangan Mommy ini? Aku ingin tahu, seberapa jauh dia bisa berbohong.”
Suasana ruangan menegang. Mommy Zivana menelan ludah, lalu berkata lagi, “Tania bilang kamu berselingkuh dengan pelayan rumahmu. Katanya pelayan itu keponakan Bi Mar, yang menggodamu dengan dukungan Bi Mar. Apa itu benar, Kasa?”
Sekejap darah Angkasa mendidih. Ia berdiri, melangkah cepat menghampiri Tania. Dengan kasar ia menarik lengan istrinya, memaksanya berdiri. Lalu jemarinya mencengkeram kedua pipi Tania hingga perempuan itu meringis kesakitan.
“Berani sekali kau berbohong di depan Mommy, ya!” bentaknya keras.
“Sa… sakit, Sa… jangan sakiti aku!” Tania merintih, berusaha melepaskan diri.
“Angkasa, jangan kasar!” seru Granny Nadlyn, berdiri dengan wajah terkejut.
Mendengar suara Granny, Angkasa akhirnya melepaskan cengkeramannya. Tania terjatuh ke sofa, terisak pilu seolah benar-benar korban.
“Wanita ini penuh drama, Mom!” ucap Angkasa dengan nada muak.
“Kasa, jaga bicaramu. Hormati Mommymu,” tegur Daddy Samudra dengan tegas.
Angkasa menghela napas panjang, menahan emosinya agar tidak meledak lagi. Ia kembali duduk, merapikan map di pangkuannya.
“Mom, Dad, Granny, Grandpa…” suara Angkasa dalam, berat, penuh tekad. “Maaf. Tapi pernikahanku dengan Tania gagal. Aku tidak bisa lagi melanjutkan kebohongan ini.”
Tania buru-buru memotong, “Kasa, kau tahu aku punya masalah—”
“Diam!” Angkasa membentak. “Jangan lagi berbohong di depan keluargaku.”
Dari dalam map, Angkasa mengeluarkan selembar dokumen dan menyerahkannya pada Mommy Zivana. “Ini bukti, Mommy. Tania menyuap petugas laboratorium rumah sakit untuk memalsukan hasil pemeriksaan kesehatannya.”
Mommy Zivana menunduk, membaca dokumen itu. Tangannya bergetar hebat ketika menyadari kebenarannya: Tania sebenarnya sehat, mampu mengandung, tidak ada masalah medis apapun.
Air mata kecewa menitik dari mata Mommy Zivana. “Kenapa, Tania? Kenapa kau harus melakukan ini?”
Namun sebelum Tania sempat membela diri, Angkasa membuka bukti lain. “Ada satu rahasia besar lagi.”
Semua menoleh padanya. Ruangan hening, seakan menanti bom besar yang akan meledak. Tania menunduk, wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar. Ia tahu apa yang akan dibongkar Angkasa.
“Tania mempermainkan hidupku. Dia membuat perjanjian pernikahan kontrak, mempertemukanku dengan seorang wanita yang dipaksa menikah denganku agar bisa mengandung anakku. Setelah anak itu lahir, Tania berniat mengakuinya sebagai anak kami.”
“Apa?!” teriak Granny Nadlyn dan Grandpa Ocean hampir bersamaan.
Angkasa lalu menunjukkan salinan kontrak serta foto pernikahannya bersama Aliya di kantor catatan sipil. Vino, asistennya yang telah berhasil mengamankan semua bukti itu.
“Kasaaa…” Grandpa Ocean memukul meja dengan tangan tuanya, suaranya bergetar antara marah dan kecewa. “Kenapa hal sebesar ini kau sembunyikan?!”
“Maaf, Grandpa,” ucap Angkasa dengan suara parau. “Aku lemah. Tekanan untuk segera punya keturunan membuatku menuruti permainan Tania. Aku menyesal. Sangat menyesal.”
Granny Nadlyn menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya pucat. “Lalu… di mana perempuan itu sekarang? Bukankah dia juga bagian dari semua ini?”
“Granny…” suara Angkasa lirih, penuh sesal. “Aliya bukan salahnya. Dia dijebak, diancam oleh Tania dan Darrel. Aku salah menilainya di awal. Kini… dia pergi. Pergi membawa calon anakku.”
Air mata menetes di sudut mata Angkasa. Ia tidak lagi bisa menahan perasaannya. “Mom… aku menyesal mengikuti permainan Tania. Tapi aku tidak menyesal mencintai Aliya. Harusnya aku berani menceraikan Tania sejak dulu dan mengakui Aliya di depan publik. Tapi aku terlambat. Aliya pergi… membawa anak kami.”
Mommy Zivana tak sanggup lagi menahan diri. Ia beranjak dari kursinya, memeluk putranya erat. “Kasa… Nak… jangan salahkan dirimu sendiri.”
Tangis Angkasa pecah di pelukan sang ibu. “Mom… apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menemukan Aliya?”
Sementara itu, Granny Nadlyn bangkit berdiri dengan wajah merah padam. Ia menunjuk tajam ke arah Tania. “Kau! Pergi dari sini! Granny tidak sudi lagi menerimamu sebagai menantu. Berani sekali kau mempermainkan kehidupan cucuku!”
“Granny, aku—”
“Diam! Keluar sebelum aku sendiri yang menyeretmu!”
Mommy Zivana hanya bisa terisak dalam diam. Daddy Samudra tetap duduk tenang, seolah sudah mengetahui kebenaran ini sejak awal. Sementara Grandpa Ocean menghela napas panjang, menahan gejolak marah yang hampir meledak.
Keluarga itu kini terbelah antara kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan mendalam. Namun satu hal jelas: permainan Tania telah berakhir.
jangan lengah,ntar kejadian lagi Aliya hilang
gak jauh jauh dari semesta kan kk Thor 😆...
udah 4 bulan ya dad 🤣🤣🤣