NovelToon NovelToon
Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Vampir / Cinta Beda Dunia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eisa Luthfi

Amor Tenebris (Cinta yang lahir dari kegelapan)

“Di balik bayangan, ada rasa yang tidak bisa ditolak.”


...

New Book, On Going!


No Plagiat❌
All Rights Reserved August 2025, Eisa Luthfi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eisa Luthfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...

Bab 25 – Jejak Darah di Balik Manuskrip

Malam di kota itu turun dengan keheningan yang pekat. Lampu jalan berpendar lemah, seolah menyerah pada gelap yang jauh lebih tua daripada listrik manusia. Dari kejauhan, suara burung malam terdengar samar, bersahutan dengan deru angin yang melewati jendela apartemen Lyra.

Di ruang tamunya, Lyra menutup laptop yang sejak sore tidak berhenti menampilkan gambar hasil pemindaian naskah kuno. Matanya lelah, tapi pikirannya terlalu sibuk untuk istirahat. Ia menatap ke arah meja, di mana beberapa lembar catatan berisi simbol kuno yang belum berhasil ia pecahkan. Simbol-simbol itu bukan sekadar gambar; mereka seperti denyut hidup, menatap balik dengan misteri yang seolah tidak ingin dibuka.

Lyra mengusap wajahnya, lalu bangkit menuju rak kecil tempat ia menyimpan buku referensi arkeologi. Saat itulah, ia mendengar suara samar dari balkon—sebuah langkah ringan yang tidak mungkin berasal dari manusia biasa.

“Theron,” bisiknya tanpa menoleh.

Bayangan di pojok balkon bergeser, dan dalam sekejap sosok itu muncul. Mata perak bercahaya dalam gelap, tubuhnya seperti menyatu dengan malam.

“Kau semakin peka,” ujar Theron, suaranya dalam tapi lembut. Ia melangkah masuk, menutup pintu kaca di belakangnya.

Lyra tersenyum tipis. “Sulit untuk tidak peka, kalau setiap kali kau muncul udara di sekitarku berubah begitu drastis.”

Theron menatapnya sejenak, lalu matanya jatuh pada catatan di meja. Ia berjalan mendekat, jemarinya menyentuh kertas-kertas itu tanpa benar-benar menyentuh. “Ini… simbol yang sama dari manuskrip di perpustakaan tua?”

Lyra mengangguk. “Ya. Aku berencana ke sana lagi besok pagi. Profesor Ellis—atasanku—bilang bagian bawah perpustakaan yang biasanya ditutup sedang dibuka untuk penelitian terbatas. Aku tidak bisa melewatkan kesempatan itu.”

Tatapan Theron menajam. “Bagian bawah… kau tahu apa yang tersimpan di sana?”

“Aku hanya dengar rumor,” jawab Lyra. “Ruang arsip yang sangat tua, bahkan sebelum kota ini berdiri. Katanya manuskrip dari abad ke-12 tersimpan di sana, banyak yang belum pernah disentuh peneliti modern.”

Theron terdiam, matanya berkilat dingin. “Itu bukan sekadar rumor. Arsip itu… menyimpan catatan tentang garis darah vampir.”

Lyra membeku, napasnya tercekat. “Apa maksudmu?”

“Beberapa naskah menuliskan perjanjian pertama antara manusia dan vampir. Perjanjian yang membuat kaumku bisa bertahan hidup di tengah peradaban manusia tanpa perang besar. Tapi…” Ia menatap Lyra dalam-dalam. “Tidak semua isi naskah itu diketahui. Lord Valecrest merahasiakannya, bahkan dariku.”

Kata-kata itu mengguncang Lyra. Ia menatap simbol di catatannya, lalu kembali ke Theron. “Kalau begitu… mungkin ada alasan kenapa aku ditarik ke penelitian ini. Bukan kebetulan.”

Theron tidak menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Lyra perlahan. “Kau harus hati-hati. Jika kau membaca terlalu dalam… Lord bisa menganggapmu ancaman, bukan sekutu.”

Lyra memegang tangannya, meneguhkan diri. “Kalau memang takdirku bertemu dengan simbol ini, aku tidak akan lari. Dan kalau aku harus menghadapi Lord, aku akan melakukannya dengan caraku.”

Theron menutup mata sejenak, menahan rasa bersalah sekaligus kagum. “Kau terlalu berani untuk seorang manusia.”

“Aku kan arkeolog,” jawab Lyra ringan, berusaha menutupi kegelisahannya. “Kalau penakut, aku tidak mungkin bertahan di reruntuhan yang penuh misteri.”

Theron tersenyum tipis. Senyum itu tidak lama, karena pikirannya kembali ke realitas: besok, Lyra akan menyentuh sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

...

Pagi berikutnya, langit mendung menyelimuti kota. Bangunan perpustakaan tua berdiri kokoh di pinggir alun-alun, dindingnya dilapisi batu gelap dengan ukiran-ukiran yang bahkan Lyra tidak bisa langsung identifikasi.

Ia melangkah masuk dengan membawa surat izin penelitian. Seorang pustakawan tua mengantarnya ke lantai bawah, melewati tangga spiral yang terasa lebih dingin tiap langkah. Di ruang bawah tanah, lorong panjang terbentang dengan rak-rak kayu berisi gulungan dan manuskrip berdebu.

“Bagian ini hanya boleh kau akses sampai jam tiga sore,” ujar pustakawan itu. “Setelah itu, ruangan akan ditutup lagi.”

Lyra mengangguk, lalu mulai menelusuri rak. Jemarinya berhenti pada sebuah gulungan yang ditandai dengan simbol mirip segitiga terbalik. Ia membuka perlahan, menemukan tulisan dengan tinta yang nyaris pudar.

Semakin ia baca, bulu kuduknya meremang. Ada kisah tentang Sanguinem Pactum—Perjanjian Darah—antara manusia bangsawan kuno dan para Elder vampir. Nama yang tertera di sana membuatnya terperanjat: Valecrest.

Darahnya terasa dingin. “Jadi ini… rahasia keluarga Theron…” gumamnya.

Saat ia semakin larut membaca, udara di ruangan berguncang samar. Bayangan muncul di sudut rak, dan Theron melangkah keluar dari kegelapan.

“Lyra,” suaranya tegas, “letakkan gulungan itu.”

Lyra menatapnya dengan mata membara. “Kenapa? Karena aku akan tahu kebenaran yang kalian sembunyikan?”

Theron mendekat, nada suaranya keras tapi bergetar. “Kau tidak mengerti. Jika Lord tahu kau membaca naskah ini, kau bisa dianggap melanggar perjanjian. Itu berarti hukuman mati.”

Kata-kata itu menusuk Lyra, tapi ia tidak mundur. “Lalu bagaimana aku bisa percaya padamu, Theron, kalau semua kebenaran selalu ditutup dariku?”

Mata Theron berkilat—campuran rasa sakit dan cinta. Ia meraih bahunya, menunduk agar sejajar dengan wajah Lyra. “Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku bisa melawan siapapun, tapi bukan Lord. Tidak sekarang.”

Lyra menggigit bibir, menahan emosi. “Kalau begitu… apa gunanya kita? Kalau aku hanya boleh duduk diam, menunggu, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi?”

Theron tidak bisa menjawab. Hanya keheningan di antara mereka, sementara gulungan tua itu bergetar samar—seolah ikut mendengar pertengkaran mereka.

...

Saat Lyra hendak menutup gulungan, tiba-tiba tinta di halaman itu berpendar merah. Simbol kuno bersinar, seakan merespons darah manusia yang memegangnya. Lyra tertegun, tangannya gemetar.

“Theron… ini… bereaksi padaku.”

Theron terkejut, matanya melebar. “Tidak mungkin… gulungan ini hanya merespons darah bangsawan vampir. Bagaimana bisa—”

Namun sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, cahaya semakin kuat, memenuhi ruangan dengan aura merah. Lyra merasa jantungnya diperas, napasnya terhenti sejenak.

Theron segera meraih pinggangnya, menahan tubuh Lyra yang hampir jatuh. “Lyra! Bertahanlah!”

Dari cahaya itu, suara asing bergema—suara berat, seperti gema dari masa lampau. “Garis darah manusia yang dipilih… ikatan telah dibangunkan kembali…”

Lyra menatap Theron dengan panik. “Apa maksudnya ini?”

Theron hanya bisa menatap balik, wajahnya pucat. “Ini lebih besar dari yang kukira. Jika gulungan mengenalimu… maka kau bukan hanya manusia biasa, Lyra. Kau bagian dari perjanjian.”

...

Malam itu, di istana Valecrest, Theron berdiri di hadapan ayahnya, Lord Valecrest. Aura dingin menyelimuti aula marmer, lampu kristal memantulkan cahaya yang membuat bayangan tampak lebih panjang.

Lord duduk di singgasananya, mata merah tua menatap tajam. “Kau membiarkan manusia itu membuka gulungan?”

Theron menunduk, menahan amarah dan rasa takut. “Itu bukan salahnya. Gulungan bereaksi sendiri padanya.”

Lord terdiam, lalu suaranya terdengar dingin. “Kalau begitu, perjanjian lama telah memilih. Aku tidak bisa mengabaikan tanda itu.”

Theron mengangkat kepala, terkejut. “Jadi kau merestui—”

“Jangan salah paham.” Lord memotong cepat. “Aku hanya mengakui bahwa perempuan itu punya peran dalam garis takdir. Tapi itu tidak berarti aku menerimanya sebagai bagian dari keluarga kita.”

Theron mengepalkan tangan, tapi menahan diri. Ia tahu ini baru awal. Setidaknya, untuk pertama kalinya, ada celah kecil: Lyra tidak lagi dianggap sekadar ancaman, tapi bagian dari sesuatu yang bahkan Lord tidak bisa tolak.

...

Di apartemennya, Lyra menatap jendela, masih terguncang dengan kejadian siang tadi. Lehernya juga masih terasa nyeri dari gigitan malam sebelumnya, tapi kini ada sesuatu yang lebih dalam—perasaan bahwa hidupnya baru saja ditarik ke jalur yang jauh lebih besar.

Ketukan lembut terdengar di jendela. Ia menoleh, dan Theron sudah berdiri di sana. Tanpa kata, ia masuk, lalu langsung meraih Lyra dalam pelukan.

“Ayahku mungkin tidak sepenuhnya menerima, tapi ia tidak bisa menyangkal takdir. Itu artinya… kau dan aku masih punya jalan.”

Lyra menutup mata, membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapannya. Untuk sesaat, dunia yang penuh ancaman terasa tenang. Tapi di lubuk hati, ia tahu: apa yang terjadi di perpustakaan hanyalah awal dari badai yang jauh lebih besar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!