Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Pernikahan Lukas & Ivy
Ivy sebenarnya tidak tertidur pulas. Dia mendengar seluruh percakapan Lukas dan nyonya Christina. Dia akhirnya tahu yang menginginkan pernikahan ini adalah Nyonya Christina. Dia juga melihat betapa Lukas sudah berusaha menolak tapi Nyonya Christina tetap memaksa. Dia menyaksikan betapa frustasinya Lukas hingga dia minum-minum di kamar itu dan akhirnya tertidur di sofa.
**
"Selamat pagi, obat untuk Nyonya Ivy," perawat masuk dan melakukan pemeriksaan terhadap Ivy.
Lukas membuka mata perlahan mendengar suara perawat. Dia mengusap wajahnya dan melihat jam tangan. Dia berdehem untuk melegakan tenggorokan nya. Semalam dia terlalu banyak minum tequila sehingga tenggorokan nya menjadi seret.
"Perbannya harus diganti. Selesai ganti perban jika ingin pulang sudah bisa ya. Kami akan lakukan home caring seperti permintaan Nyonya Christina," ujar perawat sambil ganti-gantian menatap Lukas dan Ivy.
"Baik, terima kasih," ucap Ivy sambil tersenyum.
"Kita ganti ini dulu ya," perawat menunjuk ke arah bawah untuk mengganti kateter. Lukas mengerti dan langsung keluar.
"Halo, sudah ada petunjuk?," Lukas menelpon seseorang. Wajahnya terlihat serius mendengar penjelasan yang ditelpon, "Kumpulkan bukti. Bawa padaku malam ini. Aku akan selesaikan dengan caraku,"
Dia menutup telpon bersamaan perawat yang keluar dari ruangan Ivy. Lukas langsung ganti masuk ke dalam.
"Aku minta maaf," ujar Lukas begitu melihat Ivy
"Minta maaf kenapa?,"
"Kemarin aku meninggalkan mu sendiri sehingga terjadi kecolongan,"
"Tidak mati saja aku sudah bersyukur. Aku tidak akan menyalahkan siapapun. Kira-kira siapa dia? Rival mu? Atau... Suruhan Carmen?,"
"Damon sementara menyelidiki. Sebentar malam sudah ada hasilnya. Aku tidak mau ini heboh. Jadi penyelidikan dilakukan secara underground,"
Lukas merapikan botol dan gelasnya.
"Kamu minum semalam?,"
Lukas membisu.
"Ada masalah?,"
Lukas masih membisu.
"Baiklah jika tidak ingin memberitahu,"
Mode pesawat nya kembali On (Ivy)
**
Sore harinya Ivy diizinkan pulang. Dokter dan perawat yang akan datang ke rumah. Nyonya Christina menganggap, di rumah mereka lebih aman. Dia tidak mau lagi ada hal buruk menimpa Ivy.
Ivy menggunakan kursi roda. Lukas mendorongnya masuk ke rumah di sambut Aiden.
"Mamaaaa,"
"Aideenn," Aiden memberi ciuman ke pipi Ivy karena Ivy belum bisa menggendongnya.
"Aiden lindu mama,"
"Sama sayang. Mama juga rindu Aiden,"
Ivy menciumi Aiden beberapa kali.
"Aiden, mama harus istirahat, Aiden lanjut main dengan Maya ya," Maya membujuk Aiden. Wajah Aiden langsung cemberut.
"Kalau kaki mama sudah pulih, nanti kita main lagi ya," Ivy ikut membujuk. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dengan berat hati Aiden mengangguk.
Lukas membawa Ivy ke lantai dua, ke kamar Ivy. Dia dengan telaten membaringkan Ivy ke tempat tidur.
Dari tadi dia diam saja. Tidak berkata apa-apa. Lukas menarik selimut Ivy untuk menutupi bagian perut dan kaki Ivy. Dia hendak membalikan badannya menuju pintu ketika Ivy menahan tangannya.
"Aku ingin bicara," Lukas kaget tapi tanpa berkata apa-apa dia duduk di tepi ranjang Ivy.
"Bicaralah,"
"Aku semalam mendengar pembicaraan kamu dan Ibu," Lukas menatapnya, "Aku tahu keadaan ini membuatmu frustasi. Aku tidak ingin kamu terbebani dengan keinginan Ibu,"
"Aku bersedia menikah,"
Dug. Jantung Lukas serasa berhenti mendengar kalimat itu.
"Tapi aku ada syarat,"
"Katakanlah,"
Ivy menelan ludahnya.
"Aku tidak mau ada hubungan suami istri di antara kita, kau mengerti kan," Ivy agak sungkan mengatakannya, "Kita berdua sama-sama tahu bahwa tidak ada cinta di antara kita. Pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan Ibu,"lanjutnya, "Aku juga tidak mau ada pesta mewah. Aku trauma dengan orang banyak. Kita laksanakan di halaman belakang saja, hanya pemberkatan dan pencatatan sipil. Jangan membuang uang untuk pernikahan sementara ini,"
Sempat berada di atas awan tapi mendengar itu Lukas seperti terhempas ke Padang pasir.
"Sambil kamu juga harus mencari wanita yang tepat untukmu. Aku rasa dengan latar belakangmu, wajahmu, pembawaanmu tidak sulit untuk mencari seorang gadis untuk kau nikahi. Kalau kau sudah menemukannya, ceraikan aku. Aku dan Aiden akan kembali ke Jakarta. Lahirkan anak lelaki yang gagah untuk Ibu. Agar ibu tidak lagi memaksa Aiden tinggal di sini,"
Lukas tersenyum kecut.
"Kenapa? Baiklah kalau mencari gadis itu sulit, aku juga akan campur tangan mencarikan mu seorang gadis yang cantik. Kalau keinginanmu untuk itu muncul, kamu bebas memakai wanita di luar sana. Aku sama sekali tidak akan marah," ujar Ivy sambil memperagakan tanda petik dengan jarinya.
Lukas menarik napas panjang.
"Baiklah. Demi ibu, aku penuhi persyaratan mu,"
"Bagaimana kalau kamu langgar?,"
"Aku bersumpah demi Ibuku, aku tidak akan melanggar perjanjian ini,"
Ivy tersenyum.
**
Malamnya,
"Apa? Benarkah? Baiklah. Suruh Damon menyiapkan semuanya. Mengingat keamanan saat ini agak rawan, pestanya sebaiknya dilaksanakan sangat privasi. Hanya mengundang tamu penting saja. Jangan ada media," Ujar Nyonya Christina sumringah.
"Ivy hanya mau pemberkatan dan pencatatan sipil saja. Di halaman belakang,"
Mata Nyonya Christina terbelalak. Dia berpikir sejenak.
"Itulah yang membuat Ivy beda. Dia tidak gila dengan apa yang kita punya. Dia tidak butuh validasi,"
"Ibu tidak apa-apa tidak ada pesta pernikahan?,"
"Kalian saja tidak keberatan kenapa aku harus keberatan. Dulu saat menikah dengan ayahmu juga tidak ada pesta besar-besaran. Hubungan antar geng saat itu sedang memanas sehingga rentan untuk kumpul-kumpul,"
**
"Ini bukti-buktinya, Tuan," Damon menyerahkan amplop coklat berisi foto dan dokumen.
Lukas membuka amplop. Rahangnya mengeras melihat isi amplop itu.
"Utus pengawal terbaik kita untuk memburu pria ini. Dia sudah hampir membunuh Ivy. Jangan biarkan dia masih berkeliaran menghirup udara,"
"Baik, Tuan. bagaimana dengan nona Carmen?,"
"Sebelum menghukumnya aku ingin memberi dia pelajaran berharga yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya," Lukas meremas amplop coklat itu.
**
Dua hari kemudian, tepatnya jam 4 sore di halaman belakang mansion Vergara,
"Saya, Lukas Vergara, mengambil engkau, Ivy Cecilia, sebagai istriku yang sah dan satu-satunya. Aku berjanji akan setia dan menjaga pernikahan ini baik dalam suka maupun dalam duka, dalam sehat ataupun sakit, dalam susah maupun senang, dan aku tidak akan meninggalkanmu hingga maut memisahkan kita,"
Di hadapan Pastor, Ivy dan Lukas mengikat perjanjian dan diteguhkan dalam pemberkatan nikah. Yang hadir saat itu hanyalah penghuni dari mansion saja. Tidak ada orang luar. Tidak ada gaun wedding. Ivy hanya memakai dress putih Sabrina. Rambutnya juga hanya dicepol terkesan asal-asalan dan make up tipis. Ivy juga masih menggunakan kursi roda. sementara Lukas memakai setelan jas dengan dalaman kemeja putih. Yang lain juga hanya memakai baju formal biasa bukan baju pesta.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami isteri. Silakan berciuman,"
Ivy dan Lukas saling tatap. Seakan mengerti dengan keadaan yang ada, Ivy memejamkan mata dan Lukas menciumnya di kening.
Semua bertepuk tangan, termasuk Aiden yang saat itu tidak mengerti apa-apa.
"Selamat menjadi anggota keluarga Vergara, Ivy," Nyonya Christina lebih dulu maju untuk memberi ucapan pada menantu nya itu sambil mencium pipi Ivy.
"Lukas, terima kasih," Nyonya Christina gantian mencium pipi Lukas dan memeluknya.
"Kakak-kakak ku selamat ya," Sofia langsung memeluk keduanya. Mereka bertiga berpelukan.
"Catatan sipilnya nanti Minggu depan. Masih ada dokumen Ivy yang masih dalam pengurusan," ujar Nyonya Christina yang terlihat paling sumringah sore itu.
Satu per satu anggota mansion memberi selamat kepada Ivy dan Lukas.
Acara pun dilanjutkan dengan makan malam bersama di sebuah meja panjang yang sudah di dekorasi dengan bunga dan lilin. Mereka semua duduk mengelilingi meja panjang itu. Nyonya Christina juga memesan akustik band dari band lokal ternama untuk mengiringi mereka saat makan malam. Semua larut dalam kebahagiaan. Saling toss dan berbagi tawa. Hanya Ivy dan Lukas yang entah bahagia entah tidak. Tidak ada yang dapat menelaah isi hati mereka saat itu.
"Semuanya, aku punya hadiah khusus untuk Lukas dan Ivy," nyonya Christina berdiri sambil memegang gelas wine nya. Semua bertepuk tangan.
"Aku menghadiahi mereka tiga hari tiga malam honeymoon ke Cebu. Aku ingin menghadiahi mereka ke Venesia atau Prancis tapi keadaan Ivy belum memungkinkan. Jadi, untuk awal ini mereka ke Cebu saja dulu," semua bertepuk tangan lagi. Ivy dan Lukas langsung saling tatap dengan ekspresi panik.
"Aku ingin menimang cucu. Aku tidak merasakan menimang Aiden saat bayi. Kali ini aku ingin menimang cucu bahkan saat hari pertama dia dilahirkan," Nyonya Christina mengangkat gelasnya dan semua berteriak , Cheer !!
Nyonya Christina benar-benar menunjukan kebahagiaan nya malam itu. Semua pegawai mansion mendapat uang tunai dan beberapa bingkisan mahal. Menurutnya itu sebagai ganti pernikahan Lukas dan Ivy yang tanpa resepsi. Lukas mulai memperhatikan wajah pias Ivy. Kondisinya memang belum pulih benar.
Lukas mendekati Nyonya Christina,
"Ibu, kami harus ke kamar dulu. Ivy sepertinya sudah sangat kelelahan,"
"Ouw ke kamar? Silakan Lukas. Ibu senang kalau kalian sudah tidak sabar," nyonya Christina tertawa. Dia sepertinya sudah mulai dipengaruhi alkohol.
"Bukan begitu Ibu. Ivy sudah kelelahan. Wajahnya sudah mulai pucat,"
"Semuanya, Lukas dan Ivy harus segera ke kamar. Sepertinya mereka sudah tidak sabar," Nyonya Christina kembali mengangkat gelasnya dan disambut dengan teriakan Cheer !
Lukas menggeleng kepala. Dia segera mendorong kursi roda Ivy dan menuju pintu masuk.
"Hei Lukas," seru Nyonya Christina. Lukas membalikan badannya, "Jangan terlalu ganas. Ingat, kaki Ivy masih diperban," teriak nyonya Christina dengan suara yang nyaring bersaing dengan suara dari band pengiring.
Wajah Ivy memerah, sedangkan Lukas menggelengkan kepala melihat kelakuan ibunya.
Setiba di lantai dua mereka saling tatap,
"Kita tidur di kamar siapa?," keduanya bertanya bersamaan. Ivy menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tertawanya. Sementara Lukas tetap dingin.
"Aku rasa kita tidur masing-masing dulu, ini kan baru hari pertama," usul Ivy canggung.
"Kamu sudah mulai mengenal watak Ibu, kan? Dia bahkan akan dengan berani memindahkan mu ke kamar ku saat kau sedang tidur. Lagipula tidak ada pengantin saat malam pertama tidurnya terpisah. Daripada kesepakatan kita terbongkar, lebih baik kita tidur di kamarku saja. Di sana ada sofa. Nanti kamu tidur di tempat tidur dan aku di sofa," pungkas Lukas.
Dan malam pertama pun dimulai......