Klan yang kalian kira sudah punah akan kembali
Klan yang kalian takuti dan kalian benci akan menjadi jawaban dari kesembuhan alam di bumi
Gadis itu, telah kembali dengan anugrah kekuatan dari seorang legenda yang pernah dikagumi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MyNamesEel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Malam semakin larut. Api unggun yang sebelumnya menari hangat kini mulai meredup. Bara yang tersisa hanya menyisakan pijaran merah kusam yang sesekali meletup lembut. Suara ombak pantai terdengar lebih nyaring di kesunyian malam. Angin laut membawa hawa sejuk yang perlahan membungkus tubuhku yang saat ini duduk terdiam di dalam tenda terbuka, yang mengarahkan pemadanganku langsung ke arah pantai yang berselimut bintang yang bersinar semakin terang.
Aku mengambil jubah tipis yang disediakan Beta Noah untukku. Kubungkus erat tubuhku yang mulai terganggu dengan hawa pantai yang mulai menyentuh kulitku, membuatku sedikit menggigil dan menarik nafas dalam-dalam. Kupandang beta Noah tengah berbincang dengan Alpha Arthur, sementara prajurit lain membersihkan sisa-sisa bakaran api unggun, Beberapa mereka ada yang tengah berjaga di sepanjang pantai .
Mataku mulai lelah dan ingin rasanya aku mengobatinya dengan tidur lelap yang panjang. Namun rasa dingin ini seakan melarangku untuk istirahat. Ya, aku mulai menyesali keputusan untuk menginap disini. Aku lupa ini adalah alam terbuka ditambah aku saat ini bagaikan manusia lemah biasa tanpa kekuatan yang bahkan tak kuat menahan dinginnya hawa malam.
"Kenapa kau tidak tidur?" tanya Alpha Arthur yang menghampiriku sesaat setelah dia menyelesaikan obrolannya dengan Beta Noah
Aku hanya diam sambil mengatupkan mulutku rapat-rapat. Sesekali aku menggertakan gigiku, menahan hawa dingin yang mulai menusuk tulangku. Alpha yang mengerti kondisiku lalu menyusulku masuk kedalam tenda dan menutup tenda rapat-rapat untuk mencegah lebih banyak angin laut yang masuk.
"Apa terlalu dingin untukmu?" tanyanya sambil memegang kedua pipiku
"Tidak sedingin di Bluemoon. Tapi ya, ini cukup dingin," jawabku sambil memeluk tubuhku erat-erat ,"Apa kau akan tidur disini?" tanyaku
"Kau mau aku tidur disini?" tanyanya menggodaku
"Aku terlalu malu untuk mengatakan ini. Tapi kurasa aku membutuhkanmu saat ini," kataku
Alpha tersenyum lega mendengarku."Jadi kau membutuhkan tubuhku?"
"Tidak. Kurasa aku membutuhkan tubuh Leon sekarang. Membayangkan bisa tidur sambil memeluk tubuhnya yang panas ditambah bulunya yang halus dan tebal. Benar-benar kombinasi sempurna untuk tidur malam ini," kataku
"Kau bukannya ingin tidur denganku, tapi dengan serigalaku?"
Aku menganggukan kepalaku dengan yakin
"Bukan hanya serigalaku, tubuhku pun cukup bisa menghangatkanmu. Apa kau lupa aku yang menyembuhkanmu dari hipotermia saat kau berada di Bluemoon Pack?" tanyanya seakan cemburu dengan serigalanya sendiri
"Aku tidak punya tenaga kali ini untuk berdebat denganmu, Alpha. Akan sangat tidak nyaman jika aku tidur dengan bentuk manusiamu,"
"Kenapa?"
"Aku hanya takut kehilangan kendali diriku," jawabku jujur, "Setidaknya jika tidur dengan Leon, dia tidak bisa macam-macam dengan tubuhku dan membuatku tidak bisa mengendalikan gairahku sendiri,"
"Jadi kau bergairah saat bersama denganku?"
"Bukan begitu maksudku."
"Baiklah aku mengerti maksudmu. Tapi, Mate, sesungguhnya jauh lebih berbahaya jika kau tidur bersama serigalaku, Leon," katanya sambil tersenyum
"Lebih berbahaya?"
"Bagaimanapun Leon adalah serigala yang punya naluri binatang. Jika ia tidak tahan melihatmu, aku takut dia akan menandaimu saat melihat betapa menawan dan menggodanya wajahmu saat kau tertidur," kata Alpha
"Kau mengatakan itu untuk menakut-nakutiku bukan?"
"Tentu tidak. Kau tahu seberapa sering aku bertengkar dengan Leon yang terus memaksaku untuk segera menelanjangimu dan melakukan penyatuan denganmu? Leon, tidak sesopan yang kau pikirkan. Dia hewan buas yang tergila-gila dengan matenya,"
"Apa karena dia kau menyukaiku?" tanyaku tiba-tiba yang membuat dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku
"Apa yang kau katakan?"
"Kudengar bahwa serigala lah yang pertama kali mengenali Mate mereka. Dan bahwa sifat setia dan cinta itu dimulai dari serigala. Jika saja saat itu Leon tidak mengenaliku, apakah mungkin kau saat ini menyukaiku?"
"Pertanyaan bodoh macam apa itu!" seru Alpha dengan nada sedikit tinggi
"Aku hanya bertanya. Kau tidak perlu semarah ini,"
"Dengarkan aku Mate, aku dan Leon adalah satu. Bagaimana mungkin kau membandingkan rasa cintaku dengan serigalaku sendiri?"
"Maaf jika aku menyinggungmu," kataku sedikit menyesal dengan pertanyaan ceroboh yang kuberikan
Alpha Arthur mengambil jubah yang membungkus tubuhku lalu menggulungnya membentuk bantal. Ia meletakkannya sebagai alas kepala lalu memelukku dengan erat, mengusir rasa dingin yang menjalar hampir di sekujur tubuhku
"Jangan menanyakan hal seperti itu lagi. Jangan meragukan perasaanku padamu."
Aku menganggukan kepalaku yang saat ini berada di dadanya yang tak berbalut baju. Ia kemudian membaringkanku di tanah berpasir yang beralaskan kain. Ia lalu berlutut, mengambil ancang-ancang untuk membuka celana panjangnya.
"Jangan di buka!" seruku yang tak diindahkan olehnya.
Ia membuang celana itu, kemudian berbaring di sampingku hanya menggunakan celana dalamnya.
"Dengan begini, kau akan merasa lebih hangat," katanya lalu menyeretku dengan halus mendekat ke tubuhnya yang kekar dan sangat hangat. Ia mengatur agar kepalaku dengan nyaman tidur di lengannya yang berotot dan salah satu kakinya ia gunakan untuk mengunci tubuh bagian bawahku.
"Apakah cukup hangat?" tanyanya
Aku mengangguk pelan. Kuakui selain hangat, ini juga sangat nyaman. Perlahan kuberanikan tangan kananku untuk memeluk punggungnya. Kali ini kami terbaring berpelukan erat di atas pasir pantai dengan tubuh saling melilit dalam dekapan hangat. Baik nafasku dan nafasnya berirama datar. Kepalaku bersandar di dadanya sembari mendengar degup jantungnya yang sangat tenang. Sementara tangannya membungkus tubuhku dengan kelembutan yang melindungi dan menyembuhkan.
Dalam pelukan ini aku merasa dunia luar telah lenyap. Hanya ada kami, rasa aman dan nyaman seakan tenda ini adalah tempat paling damai di dunia. Sentuhan lembut jari-jarinya di punggungku menciptakan ikatan yang tak terllihat namun terasa nyata.
"Mate?" panggilnya mesra
"Hm?" jawabku lirih dengan mata yang terpejam
"Hadiah apa yang kau terima dari Conor?" tanyanya
Dengan mata masih tertutup rapat karena rasa kantukku yang berat, aku mengangkat tangan kiriku yang tersembunyi di bawah dadanya. Kutunjukan sebuah gelang elegan yang menghiasi pergelangan tanganku. Ukiran halus bunga tulip warna putih membawa kesan yang sangat manis dan feminin. Setiap lekukan tulip diukir dengan detail presisi seperti menangkap esensi bunga itu sendiri. Di bawah cahaya lembut, gelang itu memancarkan aura keindahan yang tak terlupakan.
"Sebuah gelang? Dan kau langsung memakainya?" tanya Alpha Arthur lagi-lagi dengan kecemburuannya
Aku membuka mataku dan melihat ke arah matanya yang menuntut penjelasan dariku
"Kau tidak marah saat Alpha Douglas memberiku kalung, tapi kau tidak suka saat aku memakai gelang dari Alpha Conor?"
"Benar!" jawabnya tegas
"Kenapa?" tanyaku heran
"Karena kalung itu adalah pusaka yang bisa melindungimu. Tapi gelang ini tidak berarti apa-apa,"
"Kau salah. Ini bukanlah gelang biasa. Lihatlah dengan seksama. Ada bunga tulip putih terukir disini bukan?" kataku sambil menunjukan kembali gelang itu padanya, "Bagi kaum peri, bunga tulip memiliki makna khusus. Bunga yang bermakna pengampunan. Orang yang biasa meminta pengampunan, akan memberikan bunga tulip warna putih pada mereka yang telah mereka sakiti," kataku
"Bagaimana jika artinya bukan itu? Bagaimana kau tahu apa yang Conor maksudkan dengan memberimu gelang ini?"
"Karena dahulu, sesaat sebelum ia mengataiku monster, ia memberiku Lily Orange. Bunga yang bermakna kebencian dan penghinaan,"
Alpha King terdiam kemudian menurunkan pergelangan tanganku perlahan.
"Andai saja aku tahu perilakunya saat itu padamu, aku akan menghabisinya," kata Alpha
"Well, siapa tadi yang bilang bahwa dia adalah Alpha yang baik?" ejekku
Alpha King memelukku kembali dengan erat. Memaksaku masuk ke dalam dekapannya.
"Baiklah. Kuijinkan kau untuk memakainya,"
Aku tersenyum kecil mendengarnya dan kemudian menutup mataku kembali mencoba untuk kembali tidur
"Aku belum memberikan apa-apa padamu," katanya kali ini dengan nada cukup sedih
"Maksudmu perhiasan? Seperti kalung dan gelang ini? Aku tak membutuhkannya. Aku memakainya karena aku menghargai pemberian mereka. Lagipula, aku mendapat hal yang lebih baik darimu," kataku
"Apa itu?"
"Rasa hangat, aman dan juga... cinta."
Mendengar jawabanku, Alpha Arthur beranjak dari posisi tidurnya. Mataku yang semula terpejam, kali ini terbuka dengan lebar karena terkejut dengan gerakannya yang tiba-tiba. Kali ini dia tepat berada diatasku, menindih separuh dari tubuhku. Matanya melihatku dalam-dalam. Jemari tangannya bergerilya di wajahku mulai dari dahi, pipi hingga mulutku.
"Aku akan memberikan apapun yang kupunya untukmu, Mate," katanya dengan tatapan tulus
"Kenapa kau selalu memanggilku Mate? Atau Sayang? Kau sama sekali tidak pernah memanggil namaku,"
"Dan siapa namamu?" tanyanya
Aku diam tak menjawabnya, Aku tak tahu jawaban apa paling tepat yang bisa kuberikan.
"Kau pun tak bisa menjawabnya bukan? Akana bukanlah namamu. Setidaknya itu bukanlah nama aslimu. Leora? Kau sangat membenci nama itu dan ingin menghapus nama itu dari ingatanmu, Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu, Mate?" tanyanya lagi
"Entahlah. Aku tidak tahu." jawabku sedikit kecewa
"Tunggulah sebentar lagi. Begitu sampai di Shadowmoon Pack, aku melantikmu menjadi Quenn Luna. Meski kau tak mengijinkanku melakukannya, aku akan tetap melakukannya. Orang-orang tidak akan lagi yang berani memanggil namamu. Baik itu Leora atau Akana. Kau hanya akan dipanggil dan dikenal sebagai Quenn Luna, dimana kau memang ditakdirkan untuk itu. Dan akupun juga akan melakukan hal yang sama. Aku akan melarang siapapun memanggilku dengan Alpha Arthur. Mereka hanya bisa memanggilku sebagai King Alpha. Karena jika kau kehilangan namamu, maka aku pun akan menghilangkan namaku juga,"
"Bodoh! Kau tak perlu melakukan itu," kataku sambil tersenyum kecil
"Mate, tidakkah kau tahu betapa menggodanya kau saat ini?"
"Aku sama sekali tidak menggodamu," kataku
"Saat kau kedinginan, maka pipimu akan merona seakan kau menyembunyikan rasa malu yang sangat dalam,"
"Aku memang sedikit malu. Apalagi dengan posisi ini,"
"Apa posisi ini membuatmu bergairah?" godanya
"Tidak. Aku sama sekali tidak bergairah," kataku bohong. Ya, aku sedikit salah tingkah dengan cara dia memandangku, menindihku dengan tubuh hampir telanjangnya. Ayolah, siapa yang tidak bergairah jika di depan matamu kau disuguhi laki-laki tampan dengan tubuh indah yang siap untuk menyerangmu.
"Mungkin aku perlu mengeluarkan gairahmu itu," katanya lalu dengan gerakan cepat ia menempelkan bibirnya ke bibirku. Ia menciumku. Lagi. Dan dengan sangat lembut. Terlalu lembut sampai aku bisa merasakan dengan jernih setiap gerakan yang dia lakukan di mulutku. Setiap jilatan yang berikan diatas bibirku.
Aku melingkarkan kedua tanganku ke tengkuknya dan mendorongnya untuk lebih dekat denganku. Aku membalas ciuman hangat yang ia berikan dengan cara yang lembut, tanpa nafsu yang menggebu. Kuimbangi ciumannya dengan membuka mulutku, mengeluarkan lidahku dan mengulum bibirnya dengan pelan. Kami tenggelam dalam lumatan bibir yang lembut dan hangat. Keintiman sentuhan yang membangkitkan gelombang nafsu dan emosi yang mendalam. Jiwa kami seakan menyatu dalam ruang tak terbatas. Ini adalah ciuman sempurna yang pernah kurasakan.
Tanpa menghentikan ciumannya, Alpha Arthur mengangkat tubuhku dengan mudah ke pangkuannya. Kali ini aku duduk beralas pahanya, dengan posisi tanganku memeluk area leher dan kepalanya, sementara tangannya memeluk punggungku dengan erat. Ciuman yang awalnya lembut, kini berubah panas, mengusir rasa dingin dan kantuk yang tadi kurasakan. Nafas Alpha terdengar memburu mengeluarkan nafsu yang ia pendam sebelumnya. Ciuman berubah menjadi lumatan panjang yang meninggalkan suara decakan yang menggairahkan.
Perlahan tangan Alpha merayap ke arah dadaku. Dengan sigap ia membuka kancing bajuku, melepaskan satu demi satu hingga tersisa pakaian dalamku. Dengan kesadaran penuh, aku membantunya membuka kaitan baju dalamku itu hingga akhirnya aku bertelanjang dada di hadapannya. Ia menyudahi ciumannya dan memandang tubuh bagian atasku dengan terpana, Jemarinya menelusuri payudaraku dengan lembut. Kemudian dengan hati-hati ia mulai meremas pelan kedua payudaraku dengan telapak tangannya yang hangat dan besar.
Aku menutup mulutku erat-erat saat dia melakukan hal itu. Aku memejamkan mataku erat, mencoba menahan agar suara desahan dari kenikmatan yang ia berikan ini tidak keluar dari mulutku.
"Ada apa, Mate?" tanyanya menghentikan remasan di payudaraku dan beralih ke kedua tangan yang menutupi mulutku
"Aku tidak ingin mereka mendengarnya," jawabku malu
"Desahanmu?"
Aku mengangguk
"Aku sangat ingin mendengar itu keluar dari mulutmu, Sayang," katanya
"Aku tidak bisa. Terlalu banyak werewolf di luar,"
Alpha King mengerti situasiku. Ia kemudian memelukku dengan erat dan membelai rambutku yang acak-acakan
"Mungkin lain kali kita bisa mencari tempat yang lebih privat," kata Alpha sambil melepaskan pelukannya, lalu membantuku memakai kembali atasanku
"Kau tahu, jika aku begitu menikmati apa yang kau lakukan padaku tadi, aku takut kita akan melakukan penyatuan bahkan sebelum kau menandaiku," kataku
"Kau benar. jadi bukankah lebih baik jika aku menadaimu secepatnya?"
"Aku tidak yakin Alpha. Bahkan apa yang barusan kulakukan, aku tidak tahu apa itu murni didasari rasa cinta atau karena aku terlalu mengikuti hawa nafsuku," kataku
"Aku tahu dan memaklumi jika kau memang masih dalam tahap bingung dengan perasaanmu sendiri. Tenang saja, aku akan membantumu menemukan jawaban itu."
"Kau merasakannya juga bukan?"
Alpha King diam, tak menjawab. Ia kemudian membawaku kembali berbaring ke pelukannya
"Saat kita begitu intim, ada energi yang mengangguku. Energi lain yang memaksaku untuk melakukan penyatuan denganmu." kataku sambil mengingat apa yang barusan terjadi dalam tubuhku
"Itu adalah energi dari Kitsu yang masih tersegel dalam tubuhmu. Karena itulah aku mengerti jika kau merasakan kebingungan. Rasa cintamu yang mulai tumbuh berbaur dengan energi negatif dari Kitsu yang mendorongmu untuk membuka segelnya."
"Apa aku akan terus merasakan seperti ini?" tanyaku khawatir
"Kuharap tidak. Tenang saja, Mate. Aku akan membantumu mengusir energi negatif itu. Hingga saat melakukan penyatuan denganku, yang ada di dirimu hanyalah rasa cinta. "
"Bagaimana caranya?"
"Untuk itulah aku mengutus Haldir, Ralph dan Gio, Mereka tengah mencari seseorang yang bisa membantumu mengendalikan kekuatan yang masih tersegel,"
Bagi yang suka novel panjang, Last Clan: The Living Legend ini bisa menjadi pilihan kalian
mohon tinggalkan kritik dan saran di kolom komentar untuk perbaikan kedepan ya
terima kasih
dan ga kecewa sih
ceritanya bagus