NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Aww...

Hasya meringis, sedangkan suara klakson terus bersahutan. Keadaan jalan menjadi riuh dan mereka penasaran dengan apa yang terjadi.

Ceklek!

Sebuah sepatu hitam klimis bahkan untuk dijadikan cermin juga bisa karena terlalu bening itu terlihat keluar dari dalam mobil. Sedangkan Hasya tetap berusaha bangun dengan susah payah. Haikal sendiri merasa bingung karena keadaan jalan menjadi kacau.

"Sebentar! Mohon maaf mengganggu perjalanan kalian. Saya tidak menabraknya, tapi dia terjatuh sebelum saya sampai di sini." mendengar suara itu, Hasya mendongak. Ia menatap pria yang tidak asing baginya itu sejenak, tapi dia kembali teringat dengan Haikal yang bisa saja mengejarnya jika dia tidak segera lari menjauh.

"Benar, gak?"

"Bagaimana keadaannya?"

"Jangan lari dari tanggung jawab, Bang."

"Kamu harus tanggung jawab sama dia."

Suara para pengendara itu terdengar di telinga Hasya dan pria tersebut. Ada juga yang turun dari kendaraannya untuk melihat dan membantu Hasya bangun.

"Loh... Nak Hasya!" Arsen menengok kebelakang. Ya, pria tersebut adalah Arsen yang habis menjemput Belinda dari butiknya.

"Nenek, ngapain keluar?"

Tapi Belinda tidak menanggapi pertanyaan Arsen. Dia langsung menengok ke arah pengendara yang berada di belakang mobilnya. "Mohon maaf sebelumnya atas kekacauan ini, saya akan bertanggung jawab. Dia adalah karyawan di perusahaan saya." ucap Belinda. Ya, bukan hanya karena kenal dengan Hasya, tapi karena Hasya yang masih memakai baju seragam OGnya. Belinda tidak ingin berlama-lama lagi di sana, dia ingin segera bertanya kepda Hasya, apa yang sudah terjadi kepadanya.

Mereka mengangguk memaklumi, tapi ada juga yang mengomel walaupun terdengar samar.

"Kamu kenapa, Nak? Ayo masuk dulu ke mobil."

"Terimakasih Nyonya, saya akan pulang ke kos-an saya." Hasya tidak ingin merepotkan siapa pun. Apalagi Belinda yang pernah ada ucapan yang membuatnya sedikit risih.

"Masuk sekarang!" Belinda merangkul Hasya dan memapahnya ke mobil. "Ayok, kasihan pengendara lain." mendengar ucapan Belinda, Hasya tidak bisa menolak lagi, di tambah rasa sakit dan ngilu di lututnya bertambah. Bahkan dia sampai meringis menahan sakit saat kakinya dipakai untuk berjalan.

Arsen segera menekan pedal gasnya setelah Belinda meminta mempercepat laju kendaraannya. Dia tidak ingin membuat kekacauan terlalu parah di jalan raya ini.

Selama perjalanan, tidak ada yang mengeluarkan suara sepatah kata pun dari mereka. Arsen fokus menyetir, sedangkan Belinda menunggu sampai rumah. Hasya sendiri dari tadi hanya melamun, banyak hal yang ia pikirkan untuk kedepannya nanti.

Kring kring kring

Dering ponsel Hasya terdengar nyaring, dia langsung mematikan ponselnya. Dia tidak ingin mengganggu Belinda.

Kring kring kring

Hasya kembali mematikan ponselnya, lebih tepatnya dia menolak panggilan dari seseorang yang menghubunginya.

"Diangkat saja, Nak. Takutnya penting." ucap Belinda. Arsen melirik Hasya sebentar sebelum ia kembali fokus ke jalanan.

"Ti..."

Kring kring kring

"Tuh, pasti penting. Kamu terima saja panggilannya,"

"Baik, Nyonya. Terimakasih." Hasya pun memutuskan untuk menerima panggilannya setelah melihat siapa yang menghubunginya.

"Hallo, Rel." ucap Hasya pelan.

"Lo lembur lagi?"

"Tadi gue habis pulang dari rumah, tapi..." Hasya menjeda ucapannya, dia tidak mungkin berbicara jujur kepada Aurel di sana.

"Tapi kenapa, Sya? Apa keluarga lo jahatin lo lagi?" Aurel terdengar khawatir.

"Ya, begitulah, Rel. Bunda ada di sana gak?"

"Tapi lo gak diapa-apain, kan?" tanya Aurel lagi. Dia memang sangat khawatir kepada Hasya yang hubungannya tidak baik dengan keluarganya.

"Gak ada. Tapi gue lagi butuh ketenangan dulu. Gue gak masuk lagi, ya. Bunda ada di mana, biar gue bicara langsung. Gak enak gue kalau bolos terus."

"Gue baru saja keluar kampus, tadinya gue mau mampir dulu ke kos-an lo biar bisa bareng perginya." Hasya memang selalu pulang dulu untuk mandi sebelum berangkat lagi ke restoran bu Dewi.

"Gue gak bisa pulang ke kos-an dulu, Rel. Gue takut Bang Haikal ke sana. Tadi dia ngejar gue." Belinda mengerutkan dahinya begitupun dengan Arsen. Tapi keduanya hanya diam menyimak.

"Terus, lo mau pulang ke mana? Ke rumah gue aja."

"Gak, Rel. Gue gak mau lo sama bunda kena imbasnya. Mungkin gue akan numpang di teman kerja gue semalam ini doang." Hasya memang berpikiran ke sana, dia akan mencoba menghubungi temannya nanti.

"Sumpah, gue khawatir banget sama lo, lo di mana sekarang?" tanya Aurel. Ingin sekali Aurel memeluk Hasya saat ini juga.

"Terimakasih, Rel. Besok mungkin gue masuk. Nomor bunda yang aktif yang mana? Gue gak enak sudah dua hari gak masuk."

"Bunda pasti ngertiin lo, Sya. Lo tenang aja. Lo tenang aja, nanti gue bilang langsung ke bunda."

"Ya udah, terimakasih, ya, Rel. Gue tutup dulu, soalnya gue masih di jalan."

"Oke, lo hati-hati, ya." Aurel terhenyak, baru saja ia mau menaruh ponselnya ke kantong celananya, Haikal sudah berada di depannya.

"Hasya ada sama lo, gak?" tanya Haikal.

"G-gak ada, Bang. Baru saja gue mau pulang." jawab Hasya, dia mencoba menyembunyikan kegugupannya karena terkejut tadi.

"Lo jangan bohong."

"Bohong bagaimana, Bang? Lo lihat, kan, kalau gue masih di depan kampus?"

"Ck! Kemana anak itu?" gumam Haikal. "Apa dia ke tempat kerjanya?" Haikal memang benar-benar ingin menyeret Hasya sekarang juga, tangannya terasa gatal saat melihat perlawanan dari Hasya.

"Sorry, Bang. Gue duluan." ucap Aurel. Dia langsung menarik pedal gas motornya untuk menghindari Haikal.

***

"Kamu istirahat dulu, ya. Semuanya sudah disedikan di kamar sana." Belinda menunjuk sebuah kamar yang terletak berhadapan dengan ruang keluarga. "Bi Ratna, jangan lupa siapkan makannya." ucap Belinda kepada asisten rumah tangganya yang sudah ia tugaskan untuk menyiapkan kamar untuk Hasya. Dia masih menunggu di depan Belinda dan Hasya.

"Baik, Nyonya. Saya akan siapkan segera."

"Bi, jangan repot-repot. Nyonya..." Hasya menatap Belinda.

"Jangan sungkan, anggap saja ini rumah sendiri. Sekarang mandi dulu, terus istirahat." ucap Belinda.

Hasya melihat sekeliling ruang keluarga yang sangat luas, dia teringat rumahnya. Namun, rumah Belinda lebih luas dan mewah.

"Sekarang istirahat, kamu pasti capek." Belind tidak bisa dibantah. Hasya pun langsung masuk ke dalam kamar itu.

Sesampainya di kamar, Hasya hanya duduk di tepi ranjang ukuran king size di kamar itu, dia melamun samapai akhirnya Bi Ratna masuk membawakan makanan.

"Non belum mandi?"

Hasya meringis, dia merasa malu.

"Kalau mau makan dulu gak papa. Kalau mau mandi, semua bajunya ada di lemari, ya. Semua baru khusus Non."

Hasya melebarkan matanya. Baru? Hasya semakin tidak enak hati kepada Belinda.

"Tidak usah sungkan, Nyonya sudah anggap Non cucunya, beliau sudah cerita dari mulai bertemu dengan Non. Baju-baju juga beli langsung hari itu, karena beliau ingin Non main saat libur kerja." Hasya memejamkan matanya sejenak, dia sedikit shock mendengarnya.

"Ya sudah, bibi tinggal dulu, ya. Jangan lupa makannya dihabiskan."

"Te-terimakasih, Bi." ucap Hasya.

***

Malam harinya, Bara pergi ke hotel sesuai waktu yang Belinda beri. Dia bergegas memasuki mobilnya karena waktunya sudah mepet. Dia takut Belinda marah kepadanya kalau telat menjemput.

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!