Suka Jeruk mateng? itu biasa, suka Mangga mateng? itu juga biasa, tapi kalau suka sama Duku Mateng gimana? biasa tidak? oh tentu saja tidak!
Duren memang keren
Tapi Duku lebih menantang
Duku Mateng yang satu ini beda dari yang lain, tidak percaya? buktikan saja sendiri.
Squel dari OPERATOR HATI BARATA jadi aku sarankan untuk membaca itu dulu ya guys biar nyambung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngedate?
"Saya gak nyangka kalau bisa bertemu sama, Miss Bell disini." Berliana hanya menampilkan senyuman tipis pada Ambar, yang tersenyum canggung padaNya.
"Ya, kebetulan aku, Cia sama Yas mau nonton disini. Tadi pas ngantri makanan, ketemu sama Pa-, sama Radja maksudnya." Berliana menghela napasnya pelan, dia benar benar tidak nyaman kalau harus memanggil pria itu hanya namanya saja, rasanya tidak sopan.
"Oh begitu ya?" Ambar dan Soraya saling lirik satu sama lain, entah apa yang tengah mereka bicarakan lewat telepati masing masing. Sedangkan Radja, pria itu masih sibuk menyuapi Lora yang tengah dipangku oleh Soraya.
"Sebenarnya saya, Ibu sama Kak Radja juga mau menonton film, tapi film anak anak biar Lora juga bisa menonton." Ambar kembali melirik sang Ibu yang tengah tersenyum tipis padanya.
Sedangkan Cia dan Yasmine, kini tengah saling senggol kaki mereka dibawah meja, keduanya terlihat tersenyum misterius.
"Ah kak Cia, kayaknya kalo kita nonton film horor aja gimana? seru tuh, kayak lihat muka mantan, pas lihat muka setannya nanti." Ucapan Yasmine membuat Berliana menoleh dengan cepat, wanita itu menatap tidak percaya pada adik sepupunya.
"Wah kayaknya ide yang bagus tuh, ayo lah udah lama juga gak nonton horor kita." Cia dan Yasmine bertos ria membuat Berliana semakin pucat pasi dibuatnya. Pasalnya dia sangat tidak menyukai film horor, jangankan nonton film horor, saat dia berada didalam ruangan gelap saja Berliana ketakutan, walaupun itu banyak orang. Apa lagi harus menonton wajah wajah, yang akan bisa membuat dia insomnia selain wajah Radja tentunya.
"Loh kok gitu sih, kan kalian tau Kakak gak suka nonton horor. Kalian gak asik ah, orang kita janjinya mau nonton komedi romantis, kenapa malah horor." Cia dan Yasmine mengangkat bahu mereka tak acuh mendengar ucapan Berliana.
"Yuk ah, kayaknya bentar lagi filmnya mulai." Cia meraih lengan Yasmine dan membawa gadis itu pergi dari sana.
"Cia, Yasmine kok ninggalin sih? Kalian tega sama Kakak! Papa Bell ditinggalin sama mereka." Berliana menatap nanar, pada punggung kedua saudaranya yang semakin menjauh darinya. Sedangkan Ambar dan Soraya terlihat saling pandang satu sama lain.
"Kayaknya Lora pup deh, Ibu mau bawa dia ke toilet dulu ya, kayaknya lama juga jadi kalian kalau mau keliling Mall, ya keliling saja gak usah nunggu Ibu." Soraya segera menggendong Lora dan segera membawanya pergi.
"Bu Ambar ikut, Miss Bell saya mau ke toilet dulu ya? Kak nanti biar Ambar yang bawa Ibu sama Lora nonton." Ambar pun ikut meninggalkan Berliana dan Radja disana, bahkan saat Ambar menatap kearah Radja, wanita itu mengedipkan sebelah matanya pada sang Kakak.
Sedangkan Berliana wanita itu terlihat melipat wajahnya berkali kali, namun kesadarannya kembali, saat dia masih merasakan ada makhluk hidup yang masih berada didekatnya.
"Pa-, kamu mau ninggalin aku juga kayak mereka?" Entah kenapa pertanyaan itu tiba tiba saja diucapkan oleh Berliana.
Radja bahkan tersenyum tipis, mendengar pertanyaan wanita yang tengah menampilkan wajah tidak semangatnya.
"Aku boleh nemenin kamu nonton, Queen?" Berliana yang sedari tadi menunduk, langsung mengangkat wajahnya tinggi tinggi mendengar tawaran Radja.
" Pa-, maksud aku, kamu mau nemenin aku nonton film komedi roman, gitu?" Berliana kembali bertanya, dia ingin memastikan kalau kedua telinganya itu tidak salah dengar.
"Ya, apa boleh?" Berliana langsung menganggukkan kepala cepat, orang bodoh mana yang akan menyianyiakan kesempatan langka ini, bukan. Ngedate bersama duda gondrong pujaan hatinya, menonton film romantis yang bisa membuat siapa pun baper.
"Kalau begitu, ayo kita beli tiketnya!" ajak Radja tidak sabaran.
Radja mengulurkan tangannya pada Berliana, dan dengan senang hati Berliana menyambut dengan senyuman lebarnya. Bahkan tangannya sedikit bergetar, saat dia hendak meraih tangan besar berurat milik Radja, Berliana masih tidak percaya dia bisa menggenggam tangan itu. Tangan yang biasa hadir didalam mimpi, serta pikirannya selama ini.
Greep!
Kedua tangan mereka saling menggenggam, bahkan Radja dan Berliana saling melemparkan senyuman tipis, saat mereka berjalan berdampingan sembari bergandengan tangan.
Hanya satu rasa yang saat ini tengah mereka rasakan didalam hati masing masing.
Hangat!
