Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 ( Surga Yang Terenggut )
Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit, Amira akhirnya sampai di Bagaskara Grup.
"Aku masih sempet sarapan gak ya?" gumam Amira ketika melihat jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi.
"Amira, tunggu," teriak Rendra yang baru sampai juga.
"Selamat pagi Tuan Rendra," ucap Amira dengan tersenyum.
"Bisa tidak kalau kamu panggil aku seperti biasa saja? Aku geli denger kamu memanggil aku memakai embel embel Tuan," ucap Rendra.
"Tidak bisa begitu dong, kita harus bersikap profesional jika sedang berada di Perusahaan," ujar Amira.
"Tapi sekarang kita sedang berdua, jadi kamu tidak perlu merasa sungkan seperti itu. Oh iya, ini buat kamu," ucap Rendra dengan memberikan sebuah paper bag yang berisi makanan dan buah-buahan kepada Amira.
"Apa ini?" tanya Amira.
"Itu makanan sama buah-buahan titipan dari Mami. Katanya makanan sama buah-buahannya bagus buat kandungan," jawab Rendra.
"Bilangin makasih ya sama Mami. Kebetulan aku belum sempet sarapan," ucap Amira dengan nyengir kuda.
"Kamu itu kebiasaan sering lupa sarapan. Sebaiknya sekarang kita masuk supaya kamu bisa sarapan dulu sebelum meeting," ucap Rendra.
Semua mata kini tertuju pada Rendra dan Amira yang berjalan beriringan, apalagi ada beberapa Karyawan yang sudah mengetahui jika Rendra adalah CEO baru Bagaskara Grup.
Ketika keduanya hendak memasuki lift khusus petinggi perusahaan. Pak Wijaya terkejut melihat keberadaan Rendra dan Amira.
"Sedang apa kalian berdua di sini? Apa kalian tau kalau lift ini khusus untuk petinggi perusahaan?" ucap Pak Wijaya yang masih belum mengetahui jika Rendra adalah CEO baru Bagaskara Grup.
Pada awalnya Rendra tidak memperdulikan perkataan Pak Wijaya, tapi ketika Pak Wijaya menyinggung Amira, Rendra akhirnya angkat suara.
"Amira, sedang apa kamu di sini? Jadi benar kalau kalian berdua selingkuh?" tanya Pak Wijaya.
"Kalau tidak tau apa-apa sebaiknya Anda jangan asal bicara. Anda juga tidak perlu mengurusi urusan Amira. Urusi saja Anak Anda yang sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Ingat Pak, Karma tak semanis kurma," peringat Rendra, kemudian bergegas membawa Amira masuk ke dalam lift.
Pak Wijaya masih diam mematung di depan lift, sampai akhirnya beliau tersadar ketika ada rekan kerjanya yang menyapa.
"Pak Wijaya, sedang apa Anda berdiri di sini?" tanya Pak Ridwan.
"Saya baru saja menegur orang yang saya kenal, soalnya mereka sudah bersikap tidak sopan, bahkan berani menggunakan lift petinggi perusahaan," jawab Pak Wijaya.
"Lho, bukannya yang barusan masuk ke dalam lift adalah Tuan muda Rendra yang sekarang menjabat sebagai CEO baru kita sama Asisten pribadinya ya?" ujar Pak Ridwan.
Pak Wijaya begitu terkejut ketika mengetahui jika Rendra dalah CEO baru Bagaskara Grup.
"A_apa? Anda jangan bercanda Pak Ridwan. Bagaimana bisa dia_"
"Tuan muda Rendra adalah Putra tunggal Tuan Bagas. Beliau baru tiba di Indonesia beberapa hari yang lalu. Kebetulan kemarin saya sempat bertemu dengan beliau saat berkunjung ke kediaman Tuan Bagas. Saya juga mendengar kalau Tuan Rendra mempekerjakan salah seorang kerabat untuk menjadi Asisten pribadinya," jelas Pak Ridwan sehingga membuat Pak Wijaya semakin terkejut.
"Jadi Amira adalah_" ucap Pak Wijaya, lalu mengacak rambutnya secara kasar.
Bagaimana bisa aku melakukan kesalahan yang fatal? Tuan muda Rendra pasti tersinggung karena aku sudah bersikap kurang ajar.
Aku harus meminta maaf kepada Amira dan Tuan muda Rendra, jangan sampai aku dipecat gara-gara kejadian barusan, bisa-bisa Mayang beneran menggugat cerai aku, ucap Pak Wijaya dalam hati.
"Pak Wijaya, Anda baik-baik saja kan? Sebaiknya kita segera pergi ke ruang meeting, karena hari ini Tuan muda Rendra akan memperkenalkan dirinya secara resmi sebagai CEO baru Bagaskara Grup," ujar Pak Ridwan.
......................
Sepanjang perjalanan menuju ruang kerjanya, Rendra yang merasa kesal terhadap Pak Wijaya terus saja menggerutu.
"Sebaiknya hari ini juga aku memecat Pak tua itu. Berani sekali dia bersikap kurang ajar kepada Amira ku."
Amira yang sudah kelaparan, makan dengan lahap tanpa memperdulikan Rendra yang terus mondar mandir seperti setrikaan.
"Amira, apa pendapat kamu? Kamu setuju kan kalau aku memecat Pak Wijaya?" tanya Rendra.
"Kenapa kamu mau memecat Pak Wijaya? Memangnya dia sudah membuat kesalahan apa?" Amira malah balik bertanya sehingga membuat Rendra semakin merasa kesal.
Rendra yang merasa gemas langsung mencubit pipi Amira.
"Aww, Rendra. Kenapa kamu malah cubit pipi aku sih? Sakit tau."
"Aku kesal sama kamu, dari tadi aku bicara, kamu malah sibuk makan," gerutu Rendra.
"Kita tidak akan punya tenaga untuk berpikir kalau tidak sarapan, lagian salah siapa kamu bawa banyak makanan enak."
"Bagus deh kalau kamu suka. Aku bahagia melihat kamu makan banyak, siapa tau nanti badan kamu bertambah gemuk," ucap Rendra dengan memasukan makanan yang berada di tangan Amira ke dalam mulutnya.
"Rendra, aku tidak setuju kamu memecat Pak Wijaya begitu saja, apalagi karena masalah sepele. Pak Wijaya juga sudah bekerja selama puluhan tahun di Bagaskara Grup, beliau juga merupakan salah satu Karyawan terbaik," ucap Amira dengan lembut.
"Tapi dia sudah berbicara yang tidak-tidak tentang kamu, dan aku tidak bisa menerimanya. Sebaiknya aku pindahkan saja Pak Wijaya ke kantor cabang, kalau perlu aku pindahkan Pak Wijaya ke daerah terpencil supaya dia tau rasa," gerutu Rendra.
Rendra tidak akan pernah bisa menerima jika ada orang yang menyinggung apalagi sampai menghina Amira.
"Pak Wijaya hanya salah paham karena belum mengetahui semua kebenarannya. Kita juga tidak bisa memaksa semua orang suka sama kita, jadi kita tidak perlu memperdulikan orang lain. Sebaiknya sekarang kita segera pergi ke ruang meeting. Ingat, kita harus bersikap profesional," ucap Amira.
"Siap Bos, apa pun yang Bos katakan, dengan senang hati saya pasti akan selalu melakukannya," ucap Rendra dengan memberikan hormat kepada Amira.
"Sepertinya kebalik. Harusnya aku yang bilang begitu sama kamu," ucap Amira dengan tertawa.
Aku bahagia bisa melihat kamu tertawa, Amira. Semoga saja kamu selalu bahagia, ucap Rendra dalam hati.
......................
Pak Wijaya sudah terlihat gelisah ketika Rendra dan Amira memasuki ruang meeting, apalagi Rendra menekankan kepada semua Karyawan jika mereka harus menghormati Amira.
Semua peserta meeting terlihat kagum terhadap Rendra dan Amira ketika menjelaskan tentang rencana perusahaan kedepannya. Pak Wijaya juga sama sekali tidak menyangka jika Amira yang terlihat pendiam ternyata begitu pintar serta memiliki wawasan yang luas.
"Saya mengucapkan terimakasih banyak atas kerja keras semuanya. Bagaskara Grup tidak akan bisa menjadi seperti saat ini tanpa kerja keras dari Teman-teman sekalian. Semoga ke depannya Bagaskara Grup semakin sukses setelah kami berdua bergabung," ucap Rendra pada saat mengakhiri acara meeting.
Setelah semua peserta meeting ke luar, Pak Wijaya memberanikan diri berbicara kepada Rendra dan Amira.
"Tuan muda, Nona Amira, saya mau minta maaf atas sikap saya tadi pagi yang sudah bersikap kurang ajar. Saya tidak tau siapa Anda sebenarnya," ucap Pak Wijaya.
"Pak Wijaya, kinerja Anda memang bagus di perusahaan ini, tapi sebaiknya Anda belajar menghargai orang lain meski pun orang tersebut cleaning service sekali pun, karena di mata Tuhan semua manusia itu sama. Ingat Pak, di atas langit masih ada langit," ucap Rendra, lalu mengajak Amira ke luar dari ruang meeting.
"Oh iya saya lupa. Tolong hormati Amira seperti Anda menghormati saya. Jika saya mendengar Anda menyinggung Amira lagi, saya tidak akan segan-segan memindahkan Anda ke kantor cabang, bahkan mungkin memecat Anda," tegas Rendra yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Pak Wijaya.
Mulai sekarang aku harus berhati-hati, jangan sampai aku menyinggung Amira lagi. Aku juga tidak boleh membiarkan Mama dan Regina tau tentang siapa Rendra sebenarnya, bisa-bisa mereka syok saat mengetahui jika Amira bekerja menjadi Asisten CEO, batin Pak Wijaya.
*
*
Bersambung