NovelToon NovelToon
SERENA (Aku Ingin Bahagia)

SERENA (Aku Ingin Bahagia)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Guru Jahat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nita03

Doa Serena setiap waktunya hanya ingin bahagia, apakah Serena akan merasakan kebahagiaan yang dia impikan? atau malah hidupnya selalu di bawah tekanan dan di banjiri air mata setiap harinya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halaman Sepuluh

***

Hari pertama jadi pengangguran, atau lebih tepatnya di bilang apa ya? soalnya kan Serena tidak bekerja cuma tiga hari itu juga dengan hari Minggu. Setelah itu Serena akan kembali bekerja di tempat baru.

Mumpung lagi nggak kerja, Serena akan kembali beres-beres kontrakan nya. Dan dua hari yang lalu Serena memesan kasur lewat online dan katanya akan sampai siang ini.

Serena sengaja membeli kasur baru, karena kasur yang sekarang ia pakai lumayan tipis. kalau baru bangun pasti badan nya merasa pegal-pegal.

Bukan hanya membeli kasur saja, Serena juga membeli beberapa peralatan dapur yang belum ia punya.

“Sepertinya kalau beli Rumah tapi nyicil lebih baik, kalau kontrak terus yang ada nanti ujung-ujungnya nggak bisa di miliki.” Gumam Serena.

Serena membuka internet nya dan mulai mencari perumahan KPR yang dekat dengan tempat kerjanya.

“Tapi Kalai tiba-tiba ada yang ngajak nikah gimna ya?”

Serena menghela nafas nya, sepertinya ia butuh orang untuk tempat ceritanya dan meminta saran.

.

Jam satu siang, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan ringan dari rumah, Serena merasa lapar. Tiba-tiba keinginannya untuk makan bakso datang begitu kuat.

Ia memutuskan untuk pergi ke tempat langganannya, sebuah warung bakso sederhana tapi punya rasa yang selalu bisa mengobati lelah.

Ia keluar dari kontrakan dan memesan ojek online. Tak butuh waktu lama, Serena pun tiba di tempat itu. Suasana masih lengang, hanya ada beberapa pelanggan yang duduk berjauhan.

Namun, saat Serena hendak memesan, pandangannya bertemu dengan sosok yang sangat ia kenal. Paman Reza.

Lelaki paruh baya itu terlihat kaget dan terdiam sejenak, lalu tersenyum canggung. "Serena... kebetulan sekali."

Serena berdiri kaku. Ia tidak menyangka akan bertemu di tempat ini.

"Paman..." jawabnya pelan.

Paman Reza berdiri, menghampiri Serena. Suaranya pelan, nyaris bergetar. "Maafkan Paman ya, Nak. Selama ini mungkin kami... terlalu keras sama kamu. Paman nyesal. Bibi kamu juga sebenarnya, cuma terlalu gengsi ngaku salah."

Serena tidak langsung menjawab. Hatinya berdesir, tapi ia tidak ingin larut dalam emosi.

Paman Reza melanjutkan, "Hari Minggu nanti, Vina akan menikah dengan Rama. Kami akan sangat senang kalau kamu bisa datang, Serena. Anggap ini juga permintaan maaf dari Paman."

Serena menatap mata pamannya. Ia bisa melihat ketulusan di sana, meski diselimuti rasa bersalah.

"Terima kasih sudah mengundang, Paman. Nanti... aku pertimbangkan," jawabnya singkat.

Setelah itu, Serena memesan baksonya dan memilih duduk di pojok warung. Ia butuh waktu untuk mencerna semua yang baru saja terjadi.

Sekalipun luka lama masih terasa, tapi mungkin... permintaan maaf itu adalah langkah pertama untuk sebuah penutupan yang damai.

Di luar warung, langit perlahan menggelap. Tapi dalam hati Serena, ada cahaya kecil yang mulai menyala.

.

Tak lama setelah ia mulai menikmati semangkuk bakso panasnya, suara pelan dan langkah kaki membuatnya menoleh. Di meja sebelah, ternyata ada Hafiz dengan perempuan paruh baya.

Hafiz tampak terkejut namun senang melihat Serena. "Eh, Serena? Kamu di sini juga?"

Serena mengangguk kecil. "Iya... pengen makan bakso, tempat ini langganan lama."

Hafiz menarik kursi dan duduk di hadapan Serena, sementara Bu Farhana hanya diam, menyentuh sendoknya pelan. Pandangannya sesekali tertuju pada Hafiz dan Serena, namun tidak berkata apa pun.

"Kebetulan banget, kami juga suka bakso di sini, oh ini Mama Mas.” kata Hafiz sambil tersenyum. Ia tidak ingin membuat suasana jadi canggung, meski tahu ibunya sedang dalam mode pengamat diam.

Serena tersenyum kepada Bu Farhana, Serena tidak ambil pusing saat senyuman nya Tidak di balas.

Suasana memang sedikit kikuk, apalagi dengan keberadaan Bu Farhana yang belum terlalu akrab dengannya. Tapi Serena memilih tetap tenang.

Obrolan ringan terjadi antara Hafiz dan Serena—soal pekerjaan. Bu Farhana tetap diam, hanya mengamati dan menyimak.

Satu sendok demi satu sendok bakso berpindah ke mulut mereka. Suasana perlahan terasa lebih ringan meski tetap diselimuti keheningan Bu Farhana yang belum menunjukkan tanda terbuka.

Namun, Serena tak mengeluh. Kadang, keheningan pun bisa jadi awal yang baik.

Merasa suasana mulai membuatnya tidak nyaman, Serena mempercepat makannya. Ia menyendok bakso dengan gerakan lebih cepat dari biasanya, lalu meneguk air mineral yang tersisa.

"Aku pulang duluan ya, Mas. Mari Tante" ucapnya singkat pada Hafiz dan Bu Farhana sambil tersenyum sopan. Hafiz tampak ingin berkata sesuatu, tapi urung ketika melihat ekspresi ibunya yang tetap tak berubah.

Serena bangkit, membayar makanannya, lalu berjalan keluar dari warung. Langkahnya cepat, seolah ingin segera kembali ke ruang aman dan tenang di kontrakannya.

Sementara itu, Hafiz hanya bisa memandangi punggung Serena yang menjauh, dengan hati yang tidak tenang.

1
Yuni Ngsih
Duh Author ada orang yg ky gtu pdhal masih klwrga ,hrsnya membimbingnya bkn memarahinya cerita kamu bafu nongol bikin ku marah & kezel Thor ,kmu sih yg bikin ceritra bgs banget jd yg baca kbw emozi ....he....lanjut tetap semangat
Nita: terima kasih kak, udah mampir.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!