Impian memiliki rumah tangga harmonis ternyata harus berakhir di usia pernikahan yang ke 24 tahun. Handi sosok suami yang di harapkan bisa melindungi dan membahagiakannya, ternyata malah ikut menyakiti mental dan menghabiskan semua harta mereka sampai tak tersisa. Sampai pada akhirnya semua rahasia terungkap di hadapan keluarga besar ayah dan ibu Erina juga kedua anak mereka yang beranjak dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Enigma Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semangat Handi
Inilah yang di khawatirkan Handi, dunia perkampusan. Di mana semua orang berkumpul dalam satu kesatuan dengan jumlah banyak. Handi memutuskan untuk menuruti kemauan bapaknya karena di janjikan fasilitas yang akan di dapatkan. Mobil baru dan transferan uang di atm miliknya. Gak main-main jumlah saldo di tabungannya kini berjumlah puluhan juta. Itu yang sedang dia gunakan saat ini.
"Han, abis berapa duit tadi bayar makanan," selidik Sandi
"Ada lah, yang penting lo pada enak makannya," Handi enggan menyebut nominal total pembayaran.
"Sejuta ada kali San... Yang kita makan porsinya buat orang bule. Mahal-mahal pasti," jawab Andri
"Udah, gak usah di bahas. Gak baik ngebahas makanan udah di dalam perut. Gak jadi daging ntar, bisa gagal gemuk kita," sahut Handi
"Tengkyu banyak ya bro. Udah traktir kita hari ini. Jangan kapok bagi-bagi rejeki ya," ucap Arif sambil menepuk bahu kanan Handi.
"Yoi, sama-sama. Kagak lah. Doain gue banyak rejeki terus ya,"
"Aamiin.....," serempak mereka menjawab.
***
"Na, Handi belum bangun? Udah jam 9 loh ini, udah siang," tanya mamah sambil membongkar polibag pohon mawar untuk di pindahkan ke pot yang lebih besar.
"Belum mah, tadi udah Na bangunin tapi gak bangun juga."
"Waktu kamu tinggal di rumah sana dia bangunnya juga susah kayak gini?"
"Gak juga sih mah. Bangun pagi malahan. Soalnya bapak tiap pagi nyalain mobil buat manasin mesin. Jadi mungkin dia kebangun suara mesin mobil ma,"
"Ya tapi kebangetan kalau terus kayak gini Na. Tiap hari loh mamah perhatiin dia bangun siang banget. Masa tidur dari malem sampai dzuhur baru bangun,"
"Na juga capek ma. Gak tau mesti gimana ngomongin ke dia. Di debat terus, keras wataknya ternyata."
"Makin ke sini kamu makin paham sekarang kan Na?" tanya mamah
"Iya mah, ini baru di awal. Gak tau nantinya gimana. Mudah-mudahan aja gak keterusan,"
"Dia udah ngelamar kerja lagi belum?"
"Udah mah, di daerah dekat rumah sana. Kan banyak pabrik. Kemarin ada 5 surat lamaran yang dia kirim ada lowongan kerja buat staff."
"Mudah-mudahan cepat dapat panggilan kerja y Na. Risih juga mamah ngeliat orang laki masih muda cuma di rumah gak ngapa-ngapain," harap mamah
"Aamiin...minta doanya ya mah."
Sedang asik menemani mamah bertanam, tiba-tiba mas Handi keluar dari kamar sambil memanggilnya.
"Er...Erina...!"
"Ya mas.... Sebentar...."
Aku segera berjalan ke ruang tengah karena mas Handi sedang berdiri di sana.
"Ada apa mas?"
"Alhamdulillah besok mas ada panggilan tes sama interview. Tapi di daerah dekat rumah bapak. Gak apa ya?"
"Alhamdulillah... Iya mas gak apa. Di mana aja yang penting cepat dapat kerja lagi." jawabku dengan senang
"Tolong siapkan kemeja warna biru, dasi, celana panjang hitam sama kaos kakinya ya Er," pinta mas Handi. "Besok mas berangkat jam 5.30. Takut macet."
"Iya mas. Erina siapkan sekarang. Makan dulu mas, mamah udah masak dari tadi pagi. Mau di hangatkan lagi gak lauknya. Kalau nasi pasti masih hangat," ku tawarkan makan untuk mas Handi.
"Gak usah Er, aku makan sekarang aja. Habis ini mau belajar-belajar lagi buat persiapan test besok," ucapnya semangat
"Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah... Engkau mengabulkan doa kami."
